Teori Perkembangan Kognitif Anak

9

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi kajian pustaka, penelitian-penelitian yang terdahulu atau penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka berisi teori-teori yang berkaitan dengan teori perkembangan kognitif anak, metode pembelajaran, metode inkuiri, tahap perkembangan kognitif B.S Bloom, hakikat IPA, materi IPA tema 3 Kerukunan dalam Bermasyarakat, subtema 1, dan materi listrik. Penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian- penelitian penerapan metode inkuiri dan penelitian-penelitian perkembangan kognitif. Kerangka berpikir berisikan rumusan atau landasan berpikir dari umum ke khusus. Hipotesis penelitian berisi dugaan atau jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah disusun.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

Pada bagian ini akan membahas teori perkembangan kognitif anak, metode pembelajaran inkuiri, tahapan perkembangan kognitif, kemampuan mengevaluasi dan mencipta, pembelajaran tematik, IPA, dan materi listrik.

2.1.1.1 Teori Perkembangan Kognitif Anak

Perubahan proses pembelajaran anak sejalan dengan perubahan fisik yang terjadi di otak. Hal tersebut menunjukkan pola perubahan dalam hal perilaku dan perkembangan di brain-encyclical property yang memaparkan tentang kemampuan manusia yang luar biasa dalam hal elastisitas otak Boddington: 2009. Sejalan dengan pendapat Boddington, Diamon dan Hopson mengatakan bahwa siklus pertumbuhan otak terjadi terus menerus dari lahir hingga umur 30 tahun. Manusia memiliki kesempatan untuk kembali mengembangkan keterampilan dan mempertajam jaringan-jaringan dari proses belajar yang mereka lewati pada siklus awal. Hal tersebut menjelaskan kemampuan manusia yang luar biasa dalam hal elastisitas otak termasuk memperbaiki dari kerusakan pada masa pertumbuhan dan cidera saraf, terutama perkembangaan terjadi pada lingkungan 10 yang baik. Setiap siklus baru pada anak sering disebut tingkat perkembangan. Hal tersebut terlihat jelas pada setiap orang yang dapat dilihat dari keterampilan yang paling kompleks atau pemahaman bahwa mereka dapat menghasilkan suatu produk atau mencipta Boddington, 2009. Siklus perkembangan otak tersebut sering disebut perkembangan kognitif anak. Jean Piaget 1896-1980 mengembangkan teori konstruktivis dengan nama individual cognitive constructivist theory Yaumi, 2013: 40-41. Piaget berpendapat bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan penyesuaian adaptasi dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi Desmita, 2009: 103. Usaha untuk mencapai keseimbangan tersebut dibutuhkan equilibration penyeimbang. Equilibration adalah tendensi bawaan untuk mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang maksimal Hergenhahn Olson, 2010: 316. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang menggabungkan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif untuk menempatkan dan mengklasifikasikan pengetahuan yang baru ke dalam pengetahuan awal yang telah dimiliki. Akomodasi adalah menciptakan langkah baru untuk memperbarui, atau menggabungkan istilah lama dalam menghadapi tantangan baru. Akomodasi dapat dilakukan dengan dua hal: 1 membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan baru, atau 2 memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu Suparno, 2001: 22-23. Piaget berpendapat bahwa apa yang sudah ada pada diri seorang siswa kapasitas dasar kemampuan intelektualnya atau skema adalah dasar untuk menerima hal baru Majid, 2014: 7. Potensi untuk bertindak dengan cara tertentu disebut sebagai schema skema. Skema yang ada dalam organisme akan menentukan bagaimana ia akan merespon lingkungan fisik Hergenhahn Olson, 2010: 314. Skema berfungsi untuk mengatur interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya Majid, 2014: 7. Jadi, proses asimilasi merupakan perubahan pada objeknya, akan tetapi akomodasi merupakan perubahan yang terjadi pada subjeknya sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan objek yang ada luar dirinya. Proses asimilasi dan akomodasi ini terus berlangsung dalam diri 11 seseorang karena skema atau pola seseorang dibentuk oleh pengalaman sepanjang waktu. Secara garis besar Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap: 1 tahap sensorimotor, 2 tahap pra operasional, 3 tahap operasional konkret, 3 tahap operasional kongkret, 4 tahap operasional formal Rahyubi, 2014: 126. Tahap pertama yaitu tahap sensorimotor yaitu anak yang berusia 0-2 tahun. Pada tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan tindakan inderawinya dan tindakan tersebut dilakukan langkah demi langkah. Tahap kedua adalah tahap pra operasional yaitu anak usia 2-7 tahun. Tahap ini memiliki ciri mulai digunakannya simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khususnya penerapan bahasa. Tahap ketiga adalah tahap operasional konkret yaitu anak usia 8-11 tahun. Tahap ini ditandai dengan penerapan aturan logis yang jelas. Tahap terakhir adalah tahap operasional formal. Tahap ini terjadi pada usia 12 tahun ke atas. Ciri pokok tahap perkembangan ini adalah anak mulai berpikir secara hipotesis, abstrak, deduktif, dan induktif. Berdasarkan teori kognitif Piaget, perkembangan intelektual anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkret 7-11 tahun. Anak pada masa ini memiliki kemampuan berpikir konkret dan mendalam, mampu mengklasifikasikan dan mengontrol persepsinya Muhibin, dalam Majid, 2014: 8. Namun, dalam pembelajaran dibutuhkan metode pembelajaran yang dapat merangsang pemikiran anak terhadap hal-hal kritis agar kemampuan berpikir tingkat tinggi anak dapat dimaksimalkan. Lev Vygotsky 1896-1934 mengemukakan teori belajar-pembelajaran konstruktivisme yang mewakili sociocultural revolution. Vygotsky berpendapat bahwa setiap individu berkembang dalam konteks sosial. Semua perkembangan intelektual yang mencakup makna, ingatan, pikiran, persepsi dan kesadaran bergerak dari wilayah interpersonal ke wilayah intrapersonal Santoso, 2010: 128. Beberapa konsep penting dalam teori Vygotsky tentang perkembangan kognitif yang relevan dengan revolusi sosiokultural dalam teori belajar- pembelajaran adalah hukum genetik tentang perkembangan genetic law of 12 development dan konsep tentang Zone of Proximal Development ZPD yang diartikan sebagai Daerah Perkembangan Terdekat DPT Supratiknya, 2002: 28. Perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tercermin dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri. Tingkat perkembangan potensial tercermin dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten Supratiknya, 2002: 30. Vygotsky yakin bahwa pembelajaran dapat efektif apabila siswa belajar memecahkan masalah kompleks yang masih berada pada jangkauan kognitif siswa atau permasalahan tersebut berada pada ZPD. Zone of Proximal Development ZPD adalah jarak antara taraf perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Dalam pengertian tersebut, taraf perkembangan aktual zone of actual development merupakan batas bawah ZPD DPT, sedangkan taraf perkembangan potensial zone of potential development merupakan batas atasnya. Vygotsky mencatat bahwa dua anak yang mempunyai taraf perkembangan aktual sama, dapat berbeda taraf perkembangan potensialnya. Jadi, ZPD DPT mereka masing-masing berlainan meskipun dalam situasi belajar yang sejenis Santoso, 2010: 130. Tharp dan Gallimore dalam Santoso, 2010: 131-132 membagi empat tahap ZPD DPT, yaitu: 1 Tahap pertama adalah more dependence to others stage. Pada tahap ini pekerjaan anak akan mendapatkan bantuan dari pihak lain seperti teman sebayanya, orangtua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif. 2 Tahap kedua adalah less dependence external assitence stage. Tahap ini tahap dimana pekerjaan anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri. 3 Tahap ketiga adalah internalization and automatization stage. Tahap ini, pekerjaan anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Kesadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul dengan sendirinya. Walaupun demikian, anak belum mencapai 13 kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam mancapai kapasitas diri yang matang. 4 Tahap keempat adalah de-automatization stage. Tahap ini anak mampu mengeluarkan perasaan dari jiwa, dan emosinya secara berulang-ulang. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan de- automatization sebagai puncak kinerja sesungguhnya. Sumber: www.innovativelearning.com Gambar 2.1. Zone of Proximal Development Ormrod dalam Santoso, 2010: 131 berpendapat bahwa scaffolding support mechanism, provided by a more competent individual, that helps a learner successfully perform a task within his or her ZPD. Kutipan ini dapat dimaknai bahwa scaffolding adalah pemberian bantuan tuntunan sementara yang dapat mendukung siswa lebih kompeten dalam usahanya menyelesaikan tugas di daerah jangkauan kognitifnya. Pemberian bantuan tuntunan diberikan secara penuh kepada anak dalam tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian berangsur-angsur dikurangi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya sendiri. Teori belajar Vygotsky merupakan salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran inkuiri kooperatif. Model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru, dalam usaha menemukan konsep-konsep dan 14 pemecahan masalah. Tersedianya bantuan dari teman sekelas atau guru scaffolding siswa akan melompat dari zone of actual development menuju zone of potential development melalui proses yang disebut ZPD Santoso, 2010: 134. Teori perkembangan kognitif Piaget dan Teori belajar sosial Vygotsky menunjukkan kaitan yang sangat erat antara proses belajar kognitif yang di dukung dengan proses belajar sosial dengan scaffolding. Dengan demikian, siswa akan tertantang untuk mengikuti setiap langkah pembelajaran menggunakan metode inkuiri yang akan membekali kemampuan berpikir kritis siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah baik yang ada dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 2 210

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 0 202

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 6 192

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 162

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 0 156

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 173

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 197

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

0 3 160

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 154