Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

27 dalam pembelajaran tematik adalah 1 pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman konseptual siswa terhadap realitas sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualitas, 2 pembelajaran tematik memungkinkan siswa mampu mengeksplorasi pengetahuan melalui serangkaian proses kegiatan pembelajaran, 3 pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan hubungan antar siswa Prastowo, 2014: 65-66. Pembelajaran tematik Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik scientific approach. Pendekatan saintifik pada umumnya melibatkan pengamatan yang membutuhkan perumusan hipotesis atau pengumpulan data. Pembelajaran dengan integrasi kegiatan ilmiah pada umumnya merupakan kegiatan inkuiri Sani, 2014: 50-51. Dyer mengemukakan keterampilan inovatif yang merupakan ciri pembelajaran saintifik terdiri dari 1 observasi, 2 bertanya, 3 melakukan percobaan, 4 asosiasi menghubungkanmenalar, dan 5 membangun jaringan networking. Berdasarkan teori Dyer tersebut, dapat dikembangkan pendekatan saintifik yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: 1 mengamati, 2 menanya, 3 mencobamengumpulkan informasi, 4 menalarasosiasi, 5 membentuk jejaring atau komunikasi Sani, 2014: 53.

2.1.3 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam IPA menurut kamus Webster dalam Liem, 2007: xv adalah suatu cabang ilmu yang berkenaan dengan pengamatan dan pengelompokan fakta dengan formasi kuantitatif hukum umum yang dapat diverifikasi menggunakan pendekatan induktif atau hipotesis. Benjamin mengungkapkan bahwa sains sebagai suatu cara penyelidikan yang meneliti mengenai alam semesta dengan menggunakan pengamatan dan hipotesis yang telah teruji Liem, 2007: xv. Trianto 2010: 136 mengatakan bahwa IPA berawal dari rasa keingintahuan manusia terhadap suatu hal dan membuat manusia mencoba, mengamati untuk memahami penyebab dari suatu hal tersebut. Fisher dalam Amien, 1987: 4 mengatakan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka IPA adalah suatu 28 cabang ilmu yang melibatkan kegiatan observasi dan pengumpulan fakta-fakta yang telah diverifikasi sehingga menjadi suatu kumpulan pengetahuan. Kardi dan Nur mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang mempelajari tentang berbagai zat, baik yang berhubungan dengan benda mati maupun benda hidup. Wahyana menjelaskan IPA sebagai suatu kumpulan pengetahuan tentang gejala- gejala alam yang tersusun secara sistematis menggunakan metode ilmiah sehingga dapat menghasilkan sikap ilmiah. Materi atau bahasan IPA berisi tentang gejala- gejala alam. Untuk mengembangkan atau membuktikan gejala-gejala alam tersebut dipergunakan metode yang ilmiah, sehingga diharapkan akan menciptakan sikap yang ilmiah pula bagi para peneliti atau pembelajarannya Trianto, 2010: 136. Hakikat IPA sendiri meliputi tentang produk, proses, dan aplikasi. Dimensi produk menjelaskan bahwa IPA merupakan serangkaian konsep dan menghasilkan sebuah pengetahuan baru. IPA dijadikan suatu proses untuk mempelajari, menemukan, dan mengembangkan produk-produknya. Keterampilan proses IPA meliputi pengamatan, pengukuran, menarik kesimpulan, merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen. Terakhir sebagai aplikasi, dikatakan bahwa teori yang lahir dari IPA mampu menciptakan teknologi-teknologi yang semakin berkembang untuk memudahkan kehidupan manusia Prihantoro dalam Trianto, 2010: 137. Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa hakikat IPA meliputi sikap, proses, produk dan aplikasi. Sikap ilmiah peneliti dalam mempelajari, menemukan dan mengembangkan produk yang akhirnya teori IPA mampu mmenciptakan teknologi.

2.1.4 Materi Listrik

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 2 210

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 0 202

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 6 192

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 162

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 0 156

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 173

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 197

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

0 3 160

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 154