95 kelompok kontrol diperoleh M = -0,18, n = 36, SD = 0,97, SE = 0,16, t = -1,12,
dan df = 35. Pada kelompok eksperimen juga terjadi penurunan skor dari skor rerata
posttest I ke posttest II, hal tersebut dapat diketahui dari hasil persentase peningkatan yang menunjukkan harga yang negatif yaitu -7,88. Hasil Sig. 2-
tailed Paired Samples T-test skor posttest I ke posttest II kelompok eksperimen sebesar 0,05 atau p 0,05 maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak terjadi penurunan rerata dari posttest I ke posttest II yang signifikan pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Persentase penurunan skor pada kelompok eksperimen sebesar 7,88 . Pada kelompok eksperimen diperoleh M = -0,32, n = 36, SD = 0,93, SE = -
0,16, t = -2,02, dan df = 35. Berikut adalah grafik retensi pengaruh perlakuan terhadap kemampuan mencipta.
Gambar 4.8 Grafik Retensi Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Mencipta
5. Analisis Elemen Kualitatif
Analisis elemen kualitatif bertujuan untuk menyingkap persepsi terhadap proses pembelajaran dari sudut pandang subjek yang terlibat dalam penelitian
Krathwohl, 2004: 546. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif kuasi
1.26 2.79
2.61
1.1 4.06
3.74
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
4.5
Pretest Posttest I
Posttest II
R e
ra ta
Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Mencipta
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
96 eksperimental dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik test.
Walaupun demikian, untuk mendukung hasil analisis data test, dilakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan elemen penelitian kualitatif yaitu
menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi. Triangulasi dilaksanakan dengan menggunakan tiga cara pengumpulan data yaitu observasi pembelajaran,
wawancara siswa dan guru yang dilakukan sebelum dan setelah penerapan treatment, dokumentasi berupa hasil pengerjaan soal instrumen, nilai siswa dan
foto-foto pembelajaran baik di kelompok kontrol maupun di kelompok eksperimen.
Observasi pembelajaran di kelas kontrol dilaksanakan hari Senin, 14 September 2015. Pembelajaran dimulai setelah siswa melakukan upacara bendera.
Ketika Ibu Tiwi masuk ke kelas kontrol siswa merasa senang dan meminta Ibu Tiwi untuk mengajar di kelas kontrol. Beberapa siswa mengatakan
“Bu, mengajar di kelas sini aja Bu” Komunikasi pribadi, 14 September 2015. Guru menjawab
dan menjelaskan akan mengajar di kelas kontrol hanya untuk satu hari yaitu belajar bersama mengenai materi listrik. Kemudian, guru mengistruksikan kepada
siswa untuk membuka buku siswa tema 3, subtema 1, pembelajaran 2. Guru menjelaskan materi listrik yang ada di buku. Guru terkadang juga melakukan
tanya jawab, contohnya guru bertanya “ ebutkan contoh-contoh sumber energi
listrik” Komunikasi pribadi, 14 September 2015, beberapa siswa mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan guru. Walaupun demikian, jawaban siswa belum
sepenuhnya benar. Setiap guru menyampaikan materi beberapa siswa tekun mencatat tetapi terdapat pula siswa yang hanya diam saja, mengantuk dan ada
yang bercanda dengan teman semeja. Kelas terlihat tenang tetapi partisipasi siswa dalam belajar sangat kurang.
Observasi pembelajaran I kelas eksperimen dilaksanakan pada hari Rabu, 16 September 2015. Siswa terlihat aktif dan bersemangat untuk mengikuti
pembelajaran, siswa antusias dan bertanya-tanya kepada guru mengenai peralatan percobaan rangkaian listrik yang dibawa oleh guru. Salah satu siswa bertanya
kepada guru “Bu, itu buat apa?” Komunikasi pribadi, 16 September 2015 siswa
tersebut berkata sambil menunjuk media rangkaian listrik yang dibawa guru. Ada salah satu siswa yang menjawab pertanyaan tersebut
“Oh, aku tau Bu, itu buat
97 kaya di radio itu, kalo tidak buat lampu kan Bu” Komunikasi pribadi, 16
September 2015. Banyak siswa yang meminta untuk langsung melakukan percobaan yaitu merangkai rangkaian listrik. Walaupun demikian, guru tidak
tergesa-gesa, guru memberikan arahan dan penjelasan orientasi terlebih dahulu mengenai langkah-langkah percobaan rangkaian listrik seri. Siswa diminta untuk
membaca bacaan mengenai rangkaian listrik di buku siswa. Siswa di dalam kelompok berdiskusi dan saling bekerjasama untuk
memecahkan masalah yaitu menyusun rangkaian listrik seri. Banyak siswa yang masih kebingungan sehingga guru berkeliling untuk menuntun dan memberikan
arahan agar siswa dapat menyunsun rangkaian listrik seri. Salah satu kelompok dapat menyelesaikan rangkaian listrik dengan cepat,
“Bu, ini bu lampuku dah nyala” Komunikasi pribadi, 16 September 2015, guru menghampiri kelompok
tersebut dan meminta siswa untuk memastikan apakah itu rangkaian listrik seri atau paralel dengan menguji lampu yaitu mematikan salah satu lampu. Kelompok
tersebut mencoba untuk menguji jenis rangkaian listrik dan ketika salah satu lampu dilepaskan dari fitting, lampu yang lain masih tetap hidup. Kelompok
tersebut mengetahui bahwa rangkaian itu rangkaian paralel bukan rangkaian seri. Sehingga kelompok tersebut mengulangi untuk menemukan rangkaian listrik seri.
Kelompok yang lain tidak kalah antusias ketika lampu sudah menyala, tetapi banyak kelompok yang menemukan rangkaian listrik paralel, padahal siswa
belajar untuk menemukan rangkaian listrik seri. Adapula kelompok yang gagal terus menerus, walaupun demikian siswa kelas eksperimen pantang menyerah dan
tetap bersemangat untuk menyusun rangkaian listrik seri. Siswa tidak malu-malu untuk bertanya ketika terdapat kendala mereka akan bertanya kepada guru. Ketika
semua sudah menemukan rangkaian listrik seri, mimik wajah siswa terlihat senang dan lega sudah dapat menyelesaikan percobaan rangkaian listrik. Siswa juga
bangga dengan hasil pekerjaan mereka. Semua siswa mencoba menyusun rangkaian listrik agar bisa menyusun rangkaian listrik secara mandiri. Siswa
melakukan presentasi di depan kelas dengan menunjukkan hasil karya kelompok, menjelaskan langkah-langkah percobaan dan mendemonstrasikan cara kerja
rangkaian lsitrik seri. Setelah presentasi siswa mengerjakan LKS dan aktif melakukan tanya jawab dengan guru.
98 Pembelajaran II dilaksanakan hari Kamis, 17 September 2015, siswa kelas
eksperimen melakukan percobaan rangkaian listrik paralel. Ketika guru masuk kelas, siswa-siswa sudah meminta untuk langsung melakukan percobaan,
walaupun demikian, guru tetap melakukan orientasi yaitu dengan memberikan petunjuk cara membuat rumusan masalah dan hipotesis yang baik. Setelah itu
siswa dalam kelompok membuat rangkaian listrik paralel. Siswa terlihat senang dan sudah paham pembuatan rangkaian listrik paralel. Terbukti mereka cepat
menyelesaikan rangkaian listrik paralel. Kemudian siswa secara bergantian mencoba membuat rangkaian listrik paralel. Setelah semua selesai, siswa
melakukan presentasi, mengerjakan LKS dan melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
Kegiatan wawancara dilakukan terhadap 3 siswa yang berasal dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Wawancara 1 merupakan
wawancara sebelum pelaksanaan pembelajaran, sedangkan wawancara 2 merupakan wawancara setelah dilakukan pembelajaran dengan metode inkuiri dan
ceramah. Wawancara 1 siswa kelompok kontrol dilakukan pada hari Rabu, 12 Agustus 2015 lihat Lampiran 4.12. Hasil wawancara pada kelompok kontrol
sebelum penerapan metode ceramah menunjukkan bahwa dua siswa senang belajar IPA, akan tetapi terdapat salah satu siswa kurang tertarik dengan
pembelajaran IPA. Hal tersebut ditunjukkan dengan pernyataan salah satu siswa ketika diberi pertanyaaan apakah kegiatan IPA selama ini berlangsung menarik
dan menyenangkan? Apa alasanmu?, siswa tersebut menjawab “Tidak, karena
selama ini pembelajaran PA makin lama makin tambah sulit” W1 SKA B15- 16.
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah, peneliti kembali melakukan wawancara 2 pada siswa yang sama untuk kelas kontrol, pada
hari Senin, 12 Oktober 2015. Beragam pendapat diungkapkan oleh ketiga siswa. Terdapat siswa yang sudah paham dan ada yang belum paham. Beberapa siswa
sudah paham mengenai materi pembelajaran, salah satu siswa mengatakan “Tidak,
karena sudah paham yang dijelaskan Bu Tiwi. ” W2 SKA B3. Beberapa siswa
yang masih kebingungan dengan materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut
99 dapat dilihat dari pendapat salah satu siswa yang menyatakan bahwa
“ edikit kesulitan karena masih bingung dengan materinya” W2 SKB B6.
Ketika siswa diwawancarai mengenai jawaban siswa untuk soal nomor 5 mengevaluasi lihat soal di Lampiran 3.1 terdapat dua siswa yang bisa
mengerjakan dan satu siswa yang tidak bisa mengerjakan. Salah satu siswa mengatakan,
“Bisa, karena hanya menjawab dan memberi alasannya” W2 SKB B9. Soal nomor 6 mencipta dua siswa tidak bisa mengerjakan dan satu siswa
bisa mengerjakan. Salah satu siswa berkata, “Enggak, karena disuruh membuat langkah percobaan dan gambar” W2 SKC B12. Ketiga siswa menyatakan
bahwa mereka dapat mengerjakan soal posttest I dengan baik. Walaupun demikian, siswa mengalami kesulitan menjawab soal posttest II hal tersebut
diungkapkan ketiga siswa, salah satunya berkata “ udah lupa dan bosan diulang-
ulang terus ” W2 SKC B17.
Wawancara 1 kelompok eksperimen dilaksanakan sebelum perlakuan yaitu pada hari Rabu, 12 Agustus 2015 lihat Lampiran 4.13. Pada kelompok
eksperimen dipilih 3 siswa untuk diwawancarai dengan kemampuan yang beragam. Hasil wawancara 1 menunjukkan siswa senang belajar IPA dan guru
juga pernah menggunakan media pembelajaran IPA. Hal tersebut ditunjukkan oleh pernyataan salah satu siswa
“ uka, karena belajar PA itu menyenangkan” W1 SEA B2.
Wawancara 2 dilaksanakan pada hari Senin, 12 Oktober 2015 lihat Lampiran 4.13 dengan mewawancarai ketiga siswa yang sama pada wawancara 1
kelompok eksperimen. Siswa kelompok eksperimen merasa senang dan dapat belajar dengan baik melalui pembelajaran yang menerapkan metode inkuiri. Hal
tersebut dapat dilihat dari pernyataan salah satu siswa yaitu “ enang sekali karena
memudahkanku untuk mengerti PA” W2 SEA B13. Hasil wawancara siswa mengenai jawaban soal nomor 5 untuk menguji
kemampuan mengevaluasi terdapat 1 siswa yang tidak dapat mengerjakan dan terdapat 2 siswa yang bisa mengerjakan dengan baik lihat soal di Lampiran 3.1.
Salah satu pernyataan siswa yaitu “Ya bisa , karena hanya membedakan” W2
SEA B16. Sedangkan siswa yang tidak bisa mengerjakan soal no. 5 mengevaluasi memberikan pernyataan
“Tidak, karena tidak belajar” W2 SEC
100 B16. Soal nomor 6 untuk menguji kemampuan mencipta terdapat 2 siswa yang
tidak bisa mengerjakan dan terdapat satu siswa yang bisa mengerjakan. Siswa yang tidak bisa mengerjakan memberikan pernyataan
“Tidak, sulit untuk mengingat-
ingat” W2 SEA B19. Sedangkan siswa yang bisa menjawab soal no. 6 berpendapat
“Ya bisa , karena membaca” W2 SEC B19. Hasil wawancara posttest I yaitu siswa dapat mengerjakan soal dengan baik. Salah satu siswa
berpendapat “Mudah bisa , karena kita sudah diajari tentang materi itu, jadi ada
soal tentang materi itu saya sudah bisa menjawabnya” W2 SEA B21-23. Sedangkan untuk pelaksanaan posttest II, siswa kesulitan karena sudah lupa
dengan materi listrik dan bosan mengerjakan soal yang sama secara berulang- ulang. Salah satu siswa mengatakan
“ ulit karena sudah lupa, males mengerjakan soal yang sama terus” W2 SEC B 23-24.
Wawancara yang dilakukan terhadap 6 siswa dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan bahwa beberapa siswa kelompok kontrol
tidak mampu mnegerjakan soal untuk mengukur kemampuan kognitif mengevaluasi dan mencipta, sedangkan eksperimen merasa senang dan
bersemangat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dan sebagian siswa dapat mengerjakan soal untuk mengukur kemampuan kognitif
mengevaluasi dan mencipta dengan baik. Wawancara 1 guru dilaksanakan sebelum penerapan perlakuan pada hari
Senin, 12 September 2015 lihat Lampiran 4.14. Guru berpendapat bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode inkuiri lebih efektif karena materi lebih
mudah ditangkap oleh siswa. Siswa lebih aktif dan antusias dalam belajar. Berikut pernyataan guru
“Materi pembelajaran lebih mudah ditangkap oleh siswa, antusias belajar siswa lebih tinggi” W1 G B13-14. Guru juga berpendapat
kemampuan mengevaluasi siswa belum terasah dengan baik. Berikut ungkapan guru
“ iswa pernah melakukan percobaan dan membuat laporan percobaan, tetapi evaluasinya hanya berupa kendala-kendala yang dihadapi selama
melaksanakan percobaan” W1 G B18-20. Wawancara 2 guru dilaksanakan setelah perlakuan di kelas eksperimen.
Wawancara 2 dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015 lihat lampiran 4.14. Guru berpendapat bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri sesuai
101 dengan pembelajaran IPA di Kurikulum 2013. Berikut pendapat guru,
“ iswa aktif melakukan percobaan dan belajar membuat rumusan masalah dan hipotesis
itu, soalnya kan siswa jarang membuat seperti itu dan metode inkuiri menerapkan 5M dalam Kurikulum 2013, yaitu Mengamati, Menanya, Menalar, Mencoba,
Mengkomunikasikan” W2 G B 3-7. Selain itu guru memberikan saran untuk penelitian selanjutnya, guru mengungkapkan
“ udah bagus mbak, tetapi mungkin dalam percobaan rangkaian listrik cadangan lampu lebih diperbanyak karena
siswa kan mencoba sendiri dan sering terjadi kesalahan yang menyebabkan lampu putus. Kurikulum 2013 kan menekankan siswa menemukan sendiri jadi ya
resikonya sering putus lampunya karena dicoba- coba oleh siswa” W2 G B14-
19. Guru menilai kemampuan mengevaluasi materi rangkaian listrik sudah
baik, guru berpendapat “ aat presentasi itu mbak terlihat siswa bisa
mengidentifikasi apa yang menjadi ciri khas sebuah rangkaian listrik. Siswa bisa menunjukkan apabila rangkaian listrik seri pasti nyalanya lebih redup di lampu
ke dua, sedangkan rangkaian listrik paralel nyala lampunya sama-sama terang dan bisa menyimpulkan mana yang lebih efektif digunakan di rumah” W2 G
B23-29. Siswa kelas eksperimen juga telah mampu menciptakan produk rangkaian listrik, berikut pernyataan guru,
“Ya awalnya kesulitan mbak, memang materi rangkaian listrik ini sedikit membingungkan apa lagi untuk percobaannya.
Akan tetapi pada akhirnya siswa bisa membuat rangkaian listrik secara mandiri. Ya berarti siswa sudah bisa menciptakan produk rangkaian listrik baik seri
maupun paralel walaupun masih sederhana” W2 G B32-37. Wawancara yang dilakukan dengan guru menunjukkan bahwa
pembelajaran inkuiri lebih efektif. Siswa dapat belajar melalui percobaan dan secara
langsung dapat
menemukan pengetahuannya
sendiri sehingga
mengembangkan kemampuan sampai pada tahap mengevaluasi dan mencipta.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA
siswa kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran