104 depan kelas mengevaluasi. Siswa juga belajar membuat laporan percobaan yang
baik yaitu dengan menggunakan rumusan masalah, hipotesis dan langkah-langkah percobaan yang sistematis.
Pembelajaran di kelas kontrol sangat jauh berbeda dengan pembelajaran di kelas eksperimen. Siswa di kelompok kontrol cenderung pasif dalam
pembelajaran. Siswa hanya duduk diam mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan oleh guru, terkadang siswa dan guru juga melakukan tanya jawab.
Sebagaian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa juga kebingungan dengan materi yang diberikan karena materi listrik
merupakan materi baru bagi siswa kelas V. Kondisi kelas cenderung tenang tetapi sebagian siswa ada yang bosan dan ramai dengan teman semeja, sehingga
pengetahuan yang didapat kurang maksimal. Pengetahuan siswa hanya sebatas pengetahuan dari penjelasan guru melalui metode ceramah. Siswa juga tidak
diajarkan bagaimana cara memeriksa, menguji dan menilai produk dalam hal ini rangkaian listrik seri dan paralel.
4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta
Siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal mencipta yang berbeda hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig 2-tailed
sebesar 0,014 p 0,05. Dengan demikian, subjek penelitian ini kurang memenuhi karakteristik penelitian eksperimental.
Terdapat pengaruh perlakuan terhadap kemampuan mencipta sebesar 1,43. Uji asumsi menunjukkan bahwa terdapat homogenitas varians data selisih skor
posttest I-pretest, sedangkan hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan, didapat harga Sig 2-tailed sebesar 0,000 p 0,05. Dengan demikian ada perbedaan
yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa penerapan
metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA Kelas V SD Negeri Cebongan semester gasal tahun ajaran 20152016
diterima.
Metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta sebesar 40 dengan effect size sebesar 0,63. Metode inkuiri memberikan pengaruh
“sangat
105 besar” terhadap kemampuan mencipta dengan besar pengaruh 40, sedangkan
60 lainnya merupakan pengaruh dari variabel di luar penelitian ini. Di sisi lain, penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol
memberikan pengaruh “sangat besar” dengan harga r = -0,61 atau 37,
sedangkan 63 lainnya dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian ini. Penerapan metode inkuiri pada kelompok eksperimen memberikan pengaruh
“sangat besar” terhadap kemampuan mencipta yaitu dengan harga r = -0,62 atau 38,
sedangkan 62 yang lain dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian ini. Variabel di luar penelitian tersebut dapat berasal dari faktor internal dalam diri siswa
maupun faktor eksternal yaitu lingkungan belajar siswa. Faktor internal misalnya minat belajar, konsentrasi, kesehatan tubuh, motivasi. Faktor eksternal misalnya
lingkungan sekolah dan latar belakang siswa. Untuk mengetahui perbandingan peningkatan rerata skor pretest ke
posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat digunakan diagram rerata selisih skor posttest I-pretest kemampuan mencipta. Kelompok
kontrol dan eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan dengan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,000 p 0,05 pada kemampuan mencipta. Peningkatan
rerata skor pada kelompok eksperimen lebih signifikan daripada kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok kontrol sebesar 1,53 sedangkan
kelompok eksperimen sebesar 2,96. Uji korelasi kelompok kontrol menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara skor pretest dan posttest I kemampuan mencipta. Correlation coefficient kelompok kontrol menunjukkan harga yang positif dan termasuk
kategori cukup besar. Dengan demikian siswa yang memperoleh skor tinggi pada saat pretest akan mendapatkan skor yang tinggi pada posttest I. Begitu pula
sebaliknya apabila siswa mendapat skor rendah pada pretest maka skor posttest I akan rendah juga. Walaupun demikian, hasil korelasi tersebut tidak dapat
digeneralisasikan ke populasi karena data dua kelompok tersebut tidak signifikan. Uji korelasi kelompok eksperimen menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I kemampuan mencipta dan termasuk kategori sangat rendah. Correlation coefficient menunjukkan harga
yang negatif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata
106 skor siswa di posttest I belum tentu rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata
skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I belum tentu tinggi pada kelompok eksperimen. Meskipun demikian data menunjukkan bahwa
korelasi ini tidak signifikan. Posttest II dilakukan dua minggu setelah posttest I. Hasil posttest II
dianalisis dan dapat diketahui bahwa hasil posttest II tidak sekuat hasil posttest I. Hal tersebut dapat diketahui pada hasil persentase peningkatan yang menunjukkan
harga yang negatif yaitu -6,45 pada kelompok kontrol dan -7,88 pada kelompok eksperimen dengan penurunan skor yang tidak signifikan.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta siswa kelas V SD Negeri
Cebongan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan atau observasi peneliti. Siswa di kelompok eksperimen
mampu membuat rangkaian listrik secara mandiri, siswa diajak untuk berpikir kritis dan kreatif untuk melakukan percobaan yang benar. Siswa juga belajar
membuat laporan percobaan yang baik yaitu dengan menggunakan rumusan masalah, hipotesis dan langkah-langkah percobaan yang sistematis. Siswa di kelas
eksperimen dapat meningkatkan kemampuan membuat hipotesis, merencanakan percobaan dan mendesain rangkaian listrik dengan baik.
Siswa di kelas kontrol cenderung pasif, guru yang lebih aktif memberikan penjelasan sedangkan siswa di kelas kontrol mendengarkan penjelasan guru dan
mencatat. Tampak juga siswa yang bercanda, ngobrol dengan teman semeja. Guru yang mengetahui hal tersebut akan memberikan pertanyaan mengenai materi
listrik dan siswa tersebut kebingungan dan salah dalam menjawab pertanyaan guru. Siswa tidak diberi keterampilan dalam membuat hipotesis, merencanakan
percobaan dan mendesain rangkaian listrik. Temuan pada kelompok eksperimen sesuai dengan karakteristik
pembelajaran IPA yang mengatakan bahwa IPA berawal dari rasa keingintahuan manusia terhadap suatu hal dan membuat manusia mencoba mengamati untuk
memahami penyebab dari suatu hal tersebut Trianto, 2010: 136. Tujuh langkah metode inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
meakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil dan
107 melakukan refleksi sejalan dengan komponen proses pembelajaran di Kurikulum
2013 yaitu 1 mengamati, 2 menanya, 3 mencobamengumpulkan informasi, 4 menalarasosiasi, 5 membentuk jejaring atau komunikasi Sani, 2014: 53.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri dianggap tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di Kurikulum 2013, siswa kelas V SD
Negeri Cebongan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016.
4.2.3 Pembahasan Lebih Lanjut