102 20152016. Perbedaan perlakuan dalam penelitian ini adalah penerapan metode
inkuiri pada kelompok eksperimen dan metode ceramah pada kelompok kontrol. Berikut merupakan hasil implementasi penerapan metode inkuiri dalam penelitian
ini.
4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi
Siswa kelas V yang dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang berbeda, hal tersebut ditunjukkan
dengan hasil uji perbedaan kemampuan awal mengevaluasi, Sig 2-tailed sebesar 0,012 p 0,05. Dengan demikian, subjek dalam penelitian ini kurang memenuhi
karakteristik untuk penelitian eksperimental. Terdapat pengaruh perlakuan terhadap kemampuan mengevaluasi yaitu
sebesar 1,14. Uji asumsi menunjukkan bahwa terdapat homogenitas varians data selisih skor posttest I-pretest, sedangkan hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan,
didapat harga Sig 2-tailed sebesar 0,000 p 0,05. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi pada
mata pelajaran IPA Kelas V SD Negeri Cebongan semester gasal tahun ajaran
20152016 diterima.
Metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi sebesar 20 dengan effect size sebesar 0,45. Metode inkuiri memberikan pengaruh
“cukup besar” terhadap kemampuan mengevaluasi dengan besar pengaruh 20, sedangkan 80 lainnya merupakan pengaruh dari variabel di luar penelitian ini.
Di sisi lain, penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol memberikan pengaruh
“cukup besar” terhadap kemampuan mengevaluasi yaitu dengan harga r = -0,56 atau 31. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode
ceramah berpengaruh sebesar 31 sedangkan 69 lainnya dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian ini. Penerapan metode inkuiri pada kelompok
eksperimen memberikan pengaruh “sangat besar” terhadap kemampuan
mengevaluasi yaitu dengan harga r = -0,62 atau 38. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi kelompok
103 eksperimen sebesar 38 sedangkan 62 yang lain dipengaruhi oleh variabel di
luar penelitian ini. Untuk mengetahui perbandingan peningkatan rerata skor pretest ke
posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat digunakan diagram rerata selisih skor posttest I-pretest kemampuan mengevaluasi.
Kelompok kontrol dan eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan dengan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,000 p 0,05. Peningkatan rerata skor
pada kelompok eksperimen lebih signifikan daripada kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok kontrol sebesar 1,40 sedangkan kelompok
eksperimen sebesar 2,53. Uji korelasi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen kemampuan mengevaluasi. Didapat harga correlation coefficient kedua kelompok
positif yang termasuk kategori rendah. Dengan demikian siswa yang memperoleh skor tinggi pada saat pretest akan mendapatkan skor yang tinggi pada posttest I.
Begitu pula sebaliknya apabila siswa mendapat skor rendah pada pretest maka skor posttest I akan rendah juga. Walaupun demikian, hasil korelasi tersebut tidak
dapat digeneralisasikan ke populasi karena data dua kelompok tersebut tidak signifikan.
Posttest II dilakukan dua minggu setelah posttest I. Hasil posttest II dianalisis dan dapat diketahui bahwa hasi posttest II masih sekuat hasil posttest I.
Hal tersebut dapat diketahui pada hasil persentase peningkatan yang menunjukkan harga yang positif yaitu 5,58 pada kelompok kontrol dan 0,56 pada kelompok
eksperimen dengan peeningkatan skor yang tidak signifikan. Dari analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa metode inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi siswa kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016. Hal tersebut sesuai
dengan hasil pengamatan atau observasi peneliti. Siswa di kelompok eksperimen aktif belajar dan mampu membuat rangkaian listrik mandiri, siswa diajak untuk
berpikir kritis dan kreatif untuk melakukan percobaan dengan benar. Siswa juga belajar untuk melakukan evaluasi terhadap produk yang telah dibuat, siswa
mengungkapkan cara pembuatan, kelebihan dan kelemahan rangkaian listrik di
104 depan kelas mengevaluasi. Siswa juga belajar membuat laporan percobaan yang
baik yaitu dengan menggunakan rumusan masalah, hipotesis dan langkah-langkah percobaan yang sistematis.
Pembelajaran di kelas kontrol sangat jauh berbeda dengan pembelajaran di kelas eksperimen. Siswa di kelompok kontrol cenderung pasif dalam
pembelajaran. Siswa hanya duduk diam mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan oleh guru, terkadang siswa dan guru juga melakukan tanya jawab.
Sebagaian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa juga kebingungan dengan materi yang diberikan karena materi listrik
merupakan materi baru bagi siswa kelas V. Kondisi kelas cenderung tenang tetapi sebagian siswa ada yang bosan dan ramai dengan teman semeja, sehingga
pengetahuan yang didapat kurang maksimal. Pengetahuan siswa hanya sebatas pengetahuan dari penjelasan guru melalui metode ceramah. Siswa juga tidak
diajarkan bagaimana cara memeriksa, menguji dan menilai produk dalam hal ini rangkaian listrik seri dan paralel.
4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta