BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Budaya Organisasi
2.1.1. Konsep Budaya
Budaya mempengaruhi banyak aspek kehidupan, baik organisasi maupun individu. Dalam literatur teori organisasi, budaya telah didefinisikan dalam
berbagai ragam oleh berbagai ahli. Definisi budaya culture secara umum dikemukakan oleh Hofsted dalam Bourantas et al., 1988 sebagai “the collective
programming of the mind which distinguishes the members of one human group from another”. Menurut Hofsted, manusia membawa mental program yang
terbentuk sejak dini, dari masa kecil di lingkungan keluarga, di sekolah, dan di organisasi. Definisi budaya dalam artian budaya kelompok dikemukakan Edgar
1997 sebagai suatu pola asumsi dasar bersama yang dipelajari kelompok karena menyelesaikan masalah-masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang
telah berjalan baik dan valid, dan karenanya diajarkan pada para anggota baru sebagai cara yang benar untuk memandang, berpikir dan merasakan, dalam
hubungannya dengan berbagai masalah yang dihadapi. Schein 2004 menyatakan bahwa budaya merupakan suatu pola asumsi dan keyakinan dasar yang dirasakan
bersama oleh para anggota dari sebuah kelompok atau organisasi ketika organisasi itu memecahkan masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal para
anggotanya. Luthans 2007 menyatakan bahwa budaya adalah pengetahuan yang diperoleh untuk menginterprestasikan pengalaman dan menghasilkan perilaku
sosial. Budaya memiliki beberapa lapisan atau hierarkhi yang meliputi budaya organisasi, budaya kelompok dan budaya individu. Sangat dimungkinkan terjadi
konflik antara budaya dengan subbudaya dalam organisasi sebagai konsekuensi logis perkembangan organisasi.
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan hal – hal sebagai berikut : 1 Budaya terbentuk sejak dini melalui lingkungan, 2 Budaya menyediakan sarana
bagi anggota untuk menyelesaikan masalah eksternal dan internal, 3 Budaya sebagai nilai dan kebiasaan bersama yang membentuk perilaku anggota organisasi
5
dan 4 Budaya memiliki lapisan atau hierarki, meliputi organisasi, kelompok dan individu.
Konsep budaya banyak digunakan untuk membantu menjelaskan aspek irasional yang terjadi dalam kelompok pada suatu organisasi. Budaya tidak dapat
dipisahkan dengan kepemimpinan dalam organisasi, karena pemimpinlah yang pertama kali menciptakan budaya dalam organisasi. Sering organisasi dihadapkan
pada aspek disfungsional budaya, dan tugas pemimpin untuk mengevaluasi budaya yang ada serta mengantar organisasi melakukan perubahan budaya yang
sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan. Hal ini juga dapat dikaji pada organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat.
2.1.2. Budaya Organisasi
Budaya organisasi semakin disadari berperan besar dalam meningkatkan kinerja organisasi. Tika 2006 menyatakan “Organizational culture is the set of
shared values and norms that controls organizational members interactions with each other and with suppliers, customers, and other people outside the
organization”. Menurut Luthans 2007, terdapat 3 tiga faktor yang membentuk budaya
dalam organisasi, yaitu : 1 komunikasi, 2 motivasi, dan 3 kepemimpinan. Komunikasi merupakan transfer informasi, ide, pemahaman dan perasaan di
antara para anggota organisasi. Manajer yang ingin berhasil dalam organisasi harus mampu berkomunikasi secara efektif. Dalam lingkungan bisnis global,
masalah komunikasi menjadi semakin sulit akibat hambatan bahasa. Motivasi merupakan kemauan untuk berusaha dalam mengejar tujuan organisasi.
Sebelumnya manajer tidak dapat secara langsung memotivasi bawahan, karena motivasi adalah masalah internal masing – masing individu. Tugas manajemen
adalah menghadirkan budaya organisasi yang mendorong perilaku positif dari bawahannya. Manajemen organisasi perlu memahami faktor – faktor yang
memicu perilaku bawahan dan mengembangkan serta mempertahankan lingkungan yang produktif dalam organisasi. Kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi anggota organisasi untuk bertindak sesuai dengan keinginan 6