Pengertian Kinerja Organisasi Kinerja Organisasi

2.4.2. Pengukuran Kinerja Organisasi

James B. Whittaker, dalam Zainal dan Hessel 2004, menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran goals and objectives. Wibisono dalam Zainal dan Hesell 2004, mencoba membedakan sistem pengukuran kinerja atas Taktis, Operasional dan Strategi. Pengukuran kinerja taktis ditekankan pada titik pandangan konsumen, sebagai contoh kualitas dapat diukur melalui ukuran eksternal seperti tercapainya kebutuhan konsumen yang dideteksi berdasarkan jumlah klaim yang ditujukan terhadap produk yang dijual. Delivery diukur berdasarkan persentase yang dapat dilayani tepat waktu dan sebagainya. Pengukuran kinerja operasional lebih ditekankan pada proses operasi internal dan kemampuan internal organisasi. Dan pengukuran kinerja strategis di tekankan pada pencapaian visi dan misi organisasi. Menurut Bastian 2001, indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen indikator berikut ini : 1. Indikator masukan input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya. 2. Indikator keluaran output yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik. 3. Indikator hasil outcomes adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah efek langsung. 4. Indikator manfaat benefit adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. 5. Indikator dampak impacts adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan. 23 Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data informasi untuk menentukan indikator kinerja kegiatan program kebijakan. Indikator kinerja dapat dikaitkan dengan beberapa kategori teknis, operasional, kelembagaan dan ekonomi. Karena itu indikator kinerja dapat dinyatakan dalam unit yang dihasilkan, waktu yang diperlukan, nilai yang dihasilkan, dana yang diperlukan dan produktivitas. Untuk menentukan keberhasilan suatu unit kerja diperlukan pengukuran kinerja terhadap unit kerja tersebut, dimana pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting bagi organisasi. Pengukuran tersebut antara lain dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan dan dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penyusunan sistem imbalan atau sebagai dasar penyusunan strategi organisasi, Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam rangka kelancaran pengukuran kinerja adalah, melibatkan manajemen puncak top management, kepekaan terhadap pentingnya pengukuran kinerja sense of urgency, keselarasan dengan aturan strategik, adanya kerangka kerja konseptual, adanya sistem komunikasi yang baik dan melibatkan karyawan yang ada dalam organisasi, Lembaga Administrasi Negara, 2004. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa indikator pengukuran kinerja organisasi tersebut indikator hasil atau out come dapat dipergunakan untuk mengkaji kinerja usaha mikro dan kecil.

2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi

Menurut Donaldson 1999, Organizational portfolio theory attends to the causes of organizational performance both from within the organizational and from the external economy. These factors have been relatively neglected in that there has been no systematic theoretical treatment of organizational performance as a cause of adaptive change. There is widespread acceptance that low performance is a trigger of adaptive change, but little formal theory beyond that basic point. Given that organizational performance is accepted as a causes of adaptive organizational change, it behaves us to consider fully the implications of this insight. Its ramification need to be developed in order to maximize the explanatory power that may be obtained. 24