V. HASIL ESTIMASI DAN VALIDASI MODEL
5.1 Hasil Estimasi Model Makroekonomi-Lingkungan Jawa Barat
Secara umum, spesifikasi model yang dibangun pada penelitian ini cukup bagus, dimana sebagian besar variabel bebas memenuhi kriteria ekonomi dan
statistik. Selengkapnya disajikan dalam sub bab berikut ini.
5.1.1 Persamaan Output Sektor Pertanian
Hasil pendugaan parameter dan tingkat signifikansi pada persamaan output sektor pertanian disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Output Sektor Pertanian AGRO Variable Parameter
Standard Error Prob
|T| Elastisitas
SR LR INTERCEP
-1524787 9440908
0.8731 TKA 0.115971
0.690426 0.8681
0.02806 0.21596
KA 0.301276 0.987125
0.763 0.01729
0.13305 LA 1.31755
2.24154 0.5624
0.22422 1.72584
LKp -98591210 97522801
0.3226 -0.05727
-0.4408 BODp 637250458
730687610 0.3922
0.18972 1.46029
TDSp -88097122 128239783
0.499 -0.16869
-1.29846 LAGRO
0.870081 0.149109
0.0001 ProbF 0.0001 Adj R
2
= 0.945 DW =2.45
Berdasarkan hasil estimasi nampak bahwa hampir seluruh variabel bebas kecuali variabel lag tidak signifikan. Artinya temuan ini tidak mencukupi untuk
membuktikan bahwa semua input dan kerusakan lingkungan mempengaruhi output sektor pertanian. Meskipun demikian secara ekonomi semua variabel bebas
kecuali BOD memiliki tanda sesuai dugaan, bahwa peningkatan seluruh input yakni tenaga kerja, modal dan lahan akan meningkatkan output. Namun
sebaliknya jika yang meningkat adalah luas lahan kritis per kapita dan jumlah TDS, maka output akan turun.
Lahan yang kritis akan berdampak pada menurunnya produktivitas lahan sehingga perolehan output akan rendah. Demikian halnya badan air yang
mengandung banyak TDS yang mengairi persawahan atau tambak dan jaring apung akan mengakibatkan hasil panen lebih rendah.
Dari seluruh variabel bebas yang masuk dalam model nampak bahwa variabel lahan merupakan variabel yang paling responsif terhadap output sektor
pertanian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Jika input lahan naik 1 persen maka akan menaikan output sektor pertanian dalam jangka pendek
sebesar 0.22 persen dan 1.73 persen dalam jangka panjang. Hal ini memiliki implikasi jika ke depannya luas lahan untuk pertanian semakin berkurang maka
output agregat pertanian akan turun dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan jika input lainnya yang turun.
5.1.2 Persamaan Output Sektor Industri Pengolahan
Hasil pendugaan parameter dan tingkat signifikansi pada persamaan output sektor industri pengolahan disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Output Sektor Industri Pengolahan Variable Parameter
Standard Error Prob
|T| Elastisitas
SR LR INTERCEP
745359 3312646
0.8239 TKI 0.965485
1.727605 0.5814
0.04352 0.76668
KI 0.143132 0.067228
0.0437 0.06779
1.19434 LKp -112465913
129936968 0.3953 -0.03793
-0.66831 CO -8.689029
5.620236 0.1352 -0.16763
-2.95345 CO2p 21613418
7695030 0.0097
LINDS 0.943241
0.058718 0.0001
ProbF 0.0001
Adj R
2
= 0.9955 DW = 1.653
Untuk persamaan output sektor industri pengolahan hanya tenaga kerja di sektor ini dan LKp yang tidak signifikan, sedangkan investasi dan CO signifikan
pada taraf nyata 5 persen dan 10 persen. CO adalah sisa pembakaran yang tidak sempurna dari BBM. Gas ini berbahaya jika sering terhirup yang akan
mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja. Jumlah CO relatif banyak di daerah padat penduduk sehingga dimungkinkan mengganggu produktivitas tenaga
kerja di sektor industri yang akhirnya berdampak pada penurunan output. Variabel CO ini responsif terhadap perubahan output sektor industri
pengolahan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, bahwa setiap kenaikan CO sebesar 1 persen dalam jangka pendek akan menurunkan output
sektor industri pengolahan sebesar 0.17 persen dan 2.95 persen dalam jangka panjang.
Variabel CO2 sangat signifikan dengan tanda positif, bahwa jika CO2 naik output sektor industri pengolahan meningkat pula. Temuan ini mendukung studi
empiris yang dilakukan oleh Iwami 2001, Morancho 2001, Hung 2002 dan Lieb 2004 bahwa ada kecenderungan ketika pendapatan naik CO2 naik pula.
Kenyataan ini dimungkinkan terjadi karena sifat CO2 bisa menghilang dissipate dengan cara yang lebih cepat sehingga dampak negatif terhadap produksi akhirnya
pertumbuhan ekonomi tidak cukup serius. Selain itu masalah CO2 lebih sulit diatasi karena menyangkut biaya yang sangat besar sehingga berdampak pada
rendahnya upaya internalisasi eksternalitas. Dengan demikian alokasi anggaran tetap pada upaya peningkatan output.
Meskipun demikian temuan ini harus disikapi hati-hati bahwa dengan membiarkan jumlah CO2 semakin banyak beberapa tahun ke depan pada
gilirannya akan melebihi kapasitas daya dukung lingkungan sehingga berdampak negatif terhadap kehidupan termasuk aktivitas ekonomi. Oleh karena itu khusus
untuk kasus ini tidak dihitung besaran elastisitasnya. Untuk variabel input, ternyata kredit investasi lebih responsif
dibandingkan dengan tenaga kerja. Setiap kenaikan kredit investasi 1 persen akan meningkatkan output sektor industri pengolahan sebesar 1.19 persen dalam jangka
panjang. Bandingkan dengan input tenaga kerja yang hanya menaikan 0.77 persen. Hal ini bisa dipahami karena selama ini industri yang berkembang di Jawa Barat
adalah industri yang padat modal.
5.1.3. Parameter Persamaan Output Sektor Jasa
Sektor jasa yang dimaksud di sini mencakup sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Hasil pendugaan parameter dan tingkat signifikansi pada persamaan output sektor jasa disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Output Sektor Jasa Variable
Parameter Standard Error
Prob |T| Elastisitas
SR LR INTERCEP -5876154
3012721 0.062
TKJ 4.031291 1.245201
0.0033 0.50021
0.76849 KKJ 0.391009
0.29848 0.2017
0.09336 0.14343
CO 12.59959 7.662401
0.1121 0.20731
0.3185 LJASA
0.349095 0.21989
0.1245 ProbF
0.0001 Adj R
2
= 0.9733 DW = 1.042
Semua variabel bebas signifikan pada taraf 20 persen dan tanda sesuai harapan kecuali variabel CO. Dalam persamaan output sektor jasa ternyata setiap
terjadi peningkatan CO mendorong meningkatkan output. Ini pun dimungkinkan terjadi karena sifat pencemaran CO yang setipe dengan CO2.