langka. Kedua, ekonom neoklasik percaya bahwa pasar akan beraksi untuk
melindungi kelangkaan SDA. Ketika SDA menjadi lebih langka, produsen akan mencari cara penggunaan SDA lebih efisien lagi untuk mencegah naiknya biaya.
Dengan demikian dalam pandangan ekonom neoklasik degradasi
lingkungan menghasilkan tiga kasus. Pertama, merupakan respon jangka pendek
terhadap pertumbuhan penduduk dimana hanya terjadi sampai ketika manusia mampu mensubstitusi atau menemukan cara yang lebih efisien dalam
menggunakan SDA yang langka. Kedua, degradasi lingkungan akan terjadi ketika
pasar tidak ada atau tidak bekerja secara efisien, seperti halnya kasus untuk SDA
yang berada dalam rejim kepemilikan open access. Ketiga, degradasi lingkungan
terjadi ketika terjadi deplesi SDA untuk kegiatan produksi. Ekonom neoklasik mengakui adanya degradasi lahan yang meluas dimana pasar menawarkan
alternatif penggunaan Guinness, 2000.
2.5. Degradasi Lingkungan: Wujud Kegagalan Pasar
Dari perspektif paham ekonomi neoklasik, masalah lingkungan muncul karena terjadinya kegagalan pasar. Akar masalahnya adalah tidak adanya hak
kepemilikan atau hak kepemilikan yang tidak terdefinisikan dengan baik Taggart, 1996; Hanley, 1997; Callan, 2000. Hak kepemilikan yang dapat terdefinisikan
dengan baik yakni serangkaian hak yang menggambarkan keistimewaan dan kewajiban pemilik dalam rangka penggunaan sumberdaya memiliki ciri-ciri
umum sebagai berikut Tietenberg, 1996: 1. Universality, ditentukan secara komprehensif. Semua aset atau sumberdaya
harus dimiliki baik secara pribadi maupun bersama, serangkaian hak harus
diketahui dan ditegakan secara efektif. Dalam kondisi tidak ada eksklusifme dimana beberapa pihak sama-sama memiliki hak atau akses legal terhadap
suatu SDA, maka semuanya memiliki insentif untuk mengambil sebesar manfaat yang diberikan oleh SDA tersebut dan secepat mungkin sebelum yang
lain melakukan hal yang sama. Untuk beberapa kasus kondisi ini akan mengakibatkan overuse.
2. Eksklusif, semua keuntungan dan biaya dari penggunaan SDA hanya terkait dengan pemilik.
3. Transferable, semua hak kepemilikan harus bisa dialihkan dari satu pemilik ke pihak lainnya dalam pertukaran yang sukarela. Kemampuan mengalihkan hak
kepemilikan memberi insentif pada pemilik untuk melakukan konservasi. 4. Enforceability, hak kepemilikan yang jelas aman dari perampasan pihak lain.
Eksternalitas adalah kasus spesial dari pasar yang tidak sempurna untuk aset lingkungan. Ketika kegiatan konsumsi atau produksi individu tertentu
mempengaruhi utilitas seseorang atau fungsi produksi suatu perusahaan maka kondisi pareto optimal tidak akan terjadi dan yang terjadi adalah eksternalitas.
Dengan demikian efek eksternalitas tidak bekerja melalui harga pasar, tetapi melalui dampaknya terhadap utiliti atau profit. Pasar tidak sempurna menunjukan
tidak ada pertukaran institusi dimana seseorang membayar untuk keuntungan eksternal atau membayar sebuah harga untuk pembebanan biaya eksternal.
Aset lingkungan
merupakan pure public goods
jika dalam mengkonsumsinya non-rival dan non-excludable. Pure public goods tersedia
untuk semuanya dan konsumsi perorangan tidak mengurangi konsumsi perorangan lainnya. Non-rivalry berimplikasi bahwa biaya marjinal dari
penawaran barang tersebut nol, oleh karena itu tidak ada efisiensi pareto. Setiap orang dapat menerima benefit dari jasa yang disediakan oleh pure public goods,
dan tak seorang pun dapat dikecualikan dikeluarkan dari benefit tersebut maka sesorang bisa berperilaku ‘free rider’. Artinya, seseorang yang menyembunyikan
preferensinya terhadap suatu barang dalam rangka menikmati benefitnya tanpa membayar.
Kondisi incomplete market, externalities, non-exclusion and the commons, non-rivalry and public goods,
semuanya terkait erat dengan masalah hak kepemilikan. Bromley 2003 dalam Borris 2004 mendefiniskan hak sebagai
kapasitas mempersilahkan pihak tertentu berada di belakang pengakuan seseorang terhadap aliran manfaat. Bromley 2003 mencirikan bahwa hak bukan merupakan
hubungan antara sesorang dengan obyek tapi hubungan antar person yang terkait dengan obyek. Sedangkan kepemilikan adalah benefit stream, aliran manfaat.
Dengan demikian hak kepemilikan adalah hubungan sosial tritunggal yakni hubungan antara individu yang memiliki hak, pihak lain yang harus menahan diri
dari intervensi dengan pemegang hak, institusi untuk menyokong pengakuan. Ada empat tipe hak kepemilikan property rights regim yakni untuk
individu, negara, kelompok, dan tidak seorang pun, sehingga ada private property rights, state property rights , common property rights
dan open access. Sekalipun ada pemilikan pribadi namun dalam pelaksanaannya tetap dibatasi oleh UU,
regulasi, dan aturan sosial. Keempat tipe tersebut dapat dioperasionalisasikan untuk menentukan dampaknya terhadap pemanfaatan SDA, melalui pengaitan
antara hak kepemilikan dengan perilaku ekonomi yakni biaya transaksi dan eksternalitas. Hak kepemilikan dapat memperkecil biaya transaksi sehingga lebih
mudah mengatasi eksternalitas. Hak kepemilikan dapat memfasilitasi kerjasama untuk menginternalisasi eksternalitas, sehingga distribusi hak kepemilikan
menentukan siapa yang menanggung biaya kerjasama. Semakin dekat kepentingan pemegang hak terhadap kepentingan sosial, maka struktur hak
kepemilikan akan lebih efisien. Berdasarkan pendekatan institutionalis berarti solusi untuk masalah
degradasi lingkungan adalah memberikan hak kepada pencemar atau kepada korban polusi. Menurut Coase 1960, jika hak kepemilikan ada dan biaya
transaksi rendah maka transaksi antar individu akan efisien tercapai polusi optimal. Dengan lain kata, adanya hak kepemilikan dan biaya transaksi rendah
maka tidak akan ada eksternalitas karena seluruh biaya dan manfaat akan diperhitungkan oleh pihak yang melakukan transaksi.
Namun demikian terdapat beberapa situasi dimana hak kepemilikan tidak dapat diberikan. Dalam kasus seperti ini pemerintah terpaksa mengembangkan
alternatif lain seperti pungutan emisi, ijin yang dapat diperdagangkan atau pajak.
2.6. Kebijakan dan Kepedulian Lingkungan