perambahan hutan terluas dilakukan oleh mereka yang bermodal besar yang memanfaatkan kelemahan hukum dan masyarakat miskin untuk memetik
keuntungan sebesar-besarnya. Studi Barros 2002 pun mengamati kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Bahwa kemiskinan di Brazil mempengaruhi
permintaan untuk konservasi lingkungan. Konsentrasi pendapatan dan kesulitan dalam akses terhadap pendidikan mempengaruhi tingkat deforestasi di Brazil,
minimalnya secara tidak langsung melalui dampaknya terhadap willingness to pay WTP untuk konservasi. Dengan demikian distribusi pendapatan yang lebih
merata, ceteris paribus dapat mengurangi luas lahan kritis. Eriksson 2002 menunjukan secara matematis bahwa distribusi
pendapatan yang lebih merata tergantung pada derajat demokrasi, sehingga dalam kondisi demokrasi lebih sempurna distribusi pendapatan lebih merata akan
menghasilkan polusi yang lebih rendah. Boyce 1994 menunjukan hal yang sama bahwa semakin besar ketimpangan kekuasaan dan kekayaan, lingkungan akan
semakin terdegradasi.
2.4.2. Dampak Pertumbuhan Penduduk Terhadap Degradasi Lingkungan
Pertumbuhan penduduk adalah kunci katalisator dari kemiskinan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan terutama untuk kasus di lahan marjinal.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan ukuran lahan pertanian semakin sempit sehingga mendorong masyarakat miskin untuk merambah lahan
di pinggir hutan yang rawan erosi sehingga bisa memunculkan lahan-lahan kritis. Bahkan mereka pun terdorong untuk menebang pohon dalam rangka mendapatkan
bahan bakar yang melebihi kapasitas reproduksinya Hayami, 2001; Endersen,
1995. Dalam beberapa literatur tentang kajian Pertumbuhan Penduduk dan
Degradasi Lingkungan, ada kelompok yang bersikap pesimis dan optimis. Kelompok yang pesimis lahir dari ekonom klasik dan ahli ilmu alam. Argumen
utama mereka bahwa degradasi lingkungan adalah hasil dari meningkatnya tekanan penduduk terhadap basis SDA dalam rangka memelihara atau
meningkatkan standar hidup penduduk Guinness, 2000. Kelompok pesimis sangat yakin bahwa ada ambang batas untuk ketersediaan SDA, selain itu
ekosistem memiliki carrying capacity yang sudah tertentu. Kelompok pesimis pun mengungkapkan temuan empiris yang terkait dengan kelangkaan SDA seperti
halnya kekurangan lahan pertanian yang dihadapi oleh banyak negara berkembang. Degradasi lahan dan hilangnya produktivitas lahan mencapai 270
000 km persegi setiap tahunnya. Sementara Engelman 1997 dalam Guinness 2000 mengemukakan kelangkaan air bersih di Mexico City seiring dengan
tingginya pertumbuhan penduduk. Sementara kelompok yang optimis dalam memandang keterkaitan antara
pertumbuhan penduduk dengan degradasi lingkungan, mengacu pada teori neoklasik. Ekonom neoklasik fokus pada pasar yang terbuka dan efisien sebagai
media untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Basis teori ini bersandarkan pada asumsi bahwa individu berfikir dan berperilaku dengan cara yang rasional secara
ekonomi. Mereka berargumen bahwa dalam perekonomian dimana pasar berfungsi secara sempurna, pertumbuhan output dapat dipelihara bahkan mungkin
sekali melebihi pertumbuhan penduduk. Terdapat 2 alasan, pertama ekonom
neoklasik berargumen bahwa dimungkinkan adanya substitusi terhadap SDA yang
langka. Kedua, ekonom neoklasik percaya bahwa pasar akan beraksi untuk
melindungi kelangkaan SDA. Ketika SDA menjadi lebih langka, produsen akan mencari cara penggunaan SDA lebih efisien lagi untuk mencegah naiknya biaya.
Dengan demikian dalam pandangan ekonom neoklasik degradasi
lingkungan menghasilkan tiga kasus. Pertama, merupakan respon jangka pendek
terhadap pertumbuhan penduduk dimana hanya terjadi sampai ketika manusia mampu mensubstitusi atau menemukan cara yang lebih efisien dalam
menggunakan SDA yang langka. Kedua, degradasi lingkungan akan terjadi ketika
pasar tidak ada atau tidak bekerja secara efisien, seperti halnya kasus untuk SDA
yang berada dalam rejim kepemilikan open access. Ketiga, degradasi lingkungan
terjadi ketika terjadi deplesi SDA untuk kegiatan produksi. Ekonom neoklasik mengakui adanya degradasi lahan yang meluas dimana pasar menawarkan
alternatif penggunaan Guinness, 2000.
2.5. Degradasi Lingkungan: Wujud Kegagalan Pasar