Parameter Persamaan Output Sektor Jasa

Variabel tenaga kerja paling responsif terhadap output sektor jasa, setiap kenaikan tenaga kerja di sektor ini sebesar 1 persen akan menaikan outputnya sebesar 0.5 persen dalam jangka pendek dan 0.7 persen dalam jangka panjang. Hal ini bisa dipahami karean sektor jasa merupakan sektor yang padat ilmu pengetahuan seperti teknologi informasi dimana tenaga kerja yang terserap sebagian besar memiliki skill dan kreativitas tinggi.

5.1.1. Parameter Persamaan Gini Ratio

Perbedaan laju pertumbuhan output antar sektor akan berdampak pada perubahan pangsa sektor-sektor tersebut dalam PDRB Jawa Barat. Perubahan dominasi pangsa sektor pertanian oleh sektor industri menunjukan bahwa perekonomian Jawa Barat sudah berada dalam tahap industrialisasi. Tabel 9 menunjukan perkembangan perubahan pangsa sektor pertanian, industri dan jasa di Jawa Barat ternyata tidak diikuti oleh perubahan struktur tenaga kerjanya secara proporsional. Berdasarkan data pada tabel tersebut nampak bahwa sebagian besar tenaga kerja masih terserap di sektor pertanian sementara pangsa sektor ini dalam PDRB Jawa Barat semakin rendah. Kesenjangan antara dominasi input dengan output berdampak pada perbedaan produktivitas tenaga kerja dan pendapatan antar sektor ekonomi. Pekerja di sektor industri dan jasa cenderung memperoleh pendapatan lebih besar dibandingkan dengan pekerja di sektor pertanian. Dengan demikian perbedaan produktivitas tersebut berdampak pada ketimpangan pendapatan Tabel 9. Distribusi Output dan Tenaga Kerja Per Sektor Ekonomi di Jawa Barat Periode 1973-2005 Tahun Sektor Pertanian Sektor Industri Pengolahan Sektor Lainnya Output TK Output TK Output TK 1973 41.20 62.03 10.23 7.35 48.57 30.62 1974 36.14 61.00 8.88 7.35 54.98 30.66 1975 34.59 62.00 8.05 7.35 57.36 30.66 1976 32.28 60.18 8.48 9.03 59.24 30.80 1977 30.70 60.18 9.14 9.03 60.16 30.80 1978 31.44 56.85 10.39 8.52 58.17 34.63 1979 29.97 56.85 10.69 8.82 59.34 34.33 1980 26.80 49.08 9.66 10.60 63.54 40.32 1981 26.74 50.88 9.54 9.40 63.72 39.71 1982 25.21 48.86 9.32 9.70 65.47 41.44 1983 24.22 50.21 8.78 9.73 67.00 40.05 1984 23.13 49.44 9.49 9.92 67.38 40.63 1985 20.23 48.80 16.87 10.36 62.90 40.84 1986 22.46 48.18 18.11 10.06 59.43 41.77 1987 21.61 47.59 19.54 10.19 58.85 42.22 1988 23.06 47.06 19.57 10.20 57.37 42.74 1989 22.94 45.76 20.18 12.13 56.88 42.11 1990 21.62 44.56 20.45 14.20 57.93 41.24 1991 21.10 41.63 21.57 14.46 57.33 43.92 1992 19.02 35.38 27.41 17.01 53.57 47.60 1993 16.89 39.43 29.57 14.92 53.54 45.65 1994 15.96 36.08 33.05 16.02 50.99 47.90 1995 15.03 34.09 35.14 16.77 49.83 49.14 1996 13.21 33.24 36.50 16.74 50.29 50.01 1997 12.63 32.86 37.86 16.95 50.49 50.19 1998 16.05 33.24 35.67 16.01 51.72 50.75 1999 18.15 32.21 34.70 15.96 52.85 51.83 2000 15.51 30.92 35.06 17.59 51.98 51.50 2001 16.04 31.90 38.12 17.01 45.84 51.09 2002 15.39 32.40 37.69 16.30 46.92 51.30 2003 14.45 31.00 36.73 16.25 48.82 52.75 2004 13.15 29.82 40.44 17.60 46.41 52.58 2005 12.85 31.23 41.18 17.89 45.97 50.88 Sumber: BPS Jawa Barat berbagai tahun, diolah kembali Meskipun angka GR Jawa Barat relatif rendah yakni di kisaran 0.3, namun informasi dari tabel neraca sosial ekonomi mempertegas terjadinya ketimpangan. Tabel 10 menunjukkan besarnya pendapatan nominal yang siap dikonsumsi