Hasil estimasi menunjukan bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap luas lahan kritis namun tanda sesuai harapan. Respon tingkat kepedulian
hanya sebesar 0.06 persen dalam jangka pendek dan 0.3 persen dalam jangka panjang. Berarti terdapat keterkaitan antara kebijakan dengan tingkat kepedulian
bahwa dalam keadaan tingkat kepedulian yang rendah membuat implementasi kebijakan kurang efektif. Membangun kepedulian lingkungan bisa diandalkan
untuk menjamin efektivitas kebijakan.
5.1.4. Persamaan Sektor Pertambangan dan Penggalian
Terdapatnya variabel sektor pertambangan dan penggalian dalam model lahan kritis, menarik untuk dikaitkan lebih jauh dengan sektor bangunan, karena
output dari sub sektor penggalian merupakan input utama aktivitas sektor bangunan. Dengan demikian model berikutnya adalah persamaan sektor
pertambangan dan penggalian sebagai fungsi dari sektor bangunan dan dummy variabel pelaksanaan otonomi daerah. Sejak otonomi daerah pengurusan ijin
penambangan galian C dilakukan di kabupaten masing-masing. Terdapat kecenderungan banyak kabupaten yang meningkatkan target Pendapatan Asli
Daerah PAD dari sub sektor ini sehingga banyak mengeluarkan ijin penambangan. Hasil pendugaan parameter dan tingkat signifikansi pada
persamaan sektor pertambangan dan penggalian disajikan dalam Tabel 14. Hasil estimasi menunjukkan bahwa kedua variabel kurang respon terhadap
output sektor pertambangan dan penggalian. Dalam hal ini permintaan terhadap output sektor penggalian merupakan derived demand dari produksi sektor
bangunan.
Tabel 14. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Output Sektor Pertambangan dan Penggalian
Variable Parameter Standard
Error Prob |T| Elastisitas
SR LR INTERCEP 5975847
1247971 0.0001
KN 0.635927 0.194982
0.0029 0.3305
DP 7089735 1734872
0.0003 0.0849
ProbF 0.0001 Adj R
2
= 0.4665 DW = 0.586
Kenaikan sektor bangunan sebsar 1 persen akan menaikan permintaan terhadap sektor penggalian sebesar 0.33 persen. Eksploitasi bahan galian setelah
menjadi kewenangan kabupaten ternyata semakin mendorong output sektor ini.
5.1.5. Parameter Persamaan Sektor Bangunan
Produksi sektor bangunan memiliki persamaan tersendiri yakni fungsi dari pendapatan per kapita, kredit konstruksi, dan lag sektor bangunan. Hasil estimasi
persamaan sub sektor bangunan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Sektor Bangunan
Variable Parameter Standard
Error Prob
|T| Elastisitas
SR LR INTERCEP 652542
430653 0.1413
PDRB 223564 189130
0.2475 0.1275
0.3166 KKN 0.37208
0.207913 0.0847
0.1746 0.4334
LKN 0.597166 0.177308
0.0023 ProbF 0.0001 Adj R
2
= 0.8891 DW = 1.242
PDRB per kapita sebagai proksi pendapatan per kapita mendorong berkembangnya sektor bangunan yang meliputi infrastruktur, gedung-gedung
perkantoran, pertokoan maupun perumahan. Hasil estimasi menunjukkan ternyata variabel pendapatan per kapita kurang responsif terhadap output sektor bangunan,
jika pendapatan per kapita naik 1 persen output sektor bangunan hanya naik 0.13 persen dalam jangka pendek dan 0.32 persen dalam jangka panjang.
Demikian halnya dengan variabel kredit konstruksi menunjukan tanda yang sesuai harapan dengan elastisitas jangka pendek 0.17 bahwa setiap kenaikan
kredit konstruksi perbankan sebesar 1 persen akan meningkatkan output sektor bangunan sebesar 0.17 persen dalam jangka pendek dan 0.43 persen dalam jangka
panjang.
5.1.9. Estimasi Parameter Persamaan TDS Per Kapita
Setelah persamaan lahan kritis dengan segala keterkaitannya, persamaan berikutnya yang termasuk indikator degradasi lingkungan adalah persamaan
TDSp dan BODp sebagai proksi untuk pencemaran air. TDS yang mewakili pengukuran dari aspek fisika merupakan padatan terlarut total yang
mencerminkan jumlah kepekatan padatan dalam air. Ahli biologi air ingin mengetahui padatan terlarut total dalam air karena dua alasan Sastrawijaya,
2000. Pertama, untuk penentuan produktivitas yakni kemampuan mendukung kehidupan. Kedua, untuk menetapkan norma untuk air yang dimaksud. Jika
terjadi penyimpangan dari norma, maka kemungkinan ada pembuangan sampah kota atau limbah industri secara liar. Hasil estimasi persamaan TDSp
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan TDSp
Variable Parameter Standard
Error Prob
|T| Elastisitas
SR LR INTERCEP -0.009413
0.012786 0.4684
PDRB 0.012839 0.001945
0.0001 1.0511
1.6847 GR 0.054379
0.030298 0.0848
0.4492 0.7199
DLA -0.000255 0.00126
0.8415 -0.0031
-0.0049 ED -0.004394
0.002013 0.0387
-0.6011 -0.9635
LTDSp 0.376062 0.108043
0.0019 ProbF 0.0001 Adj R
2
= 0.9811 DW = 1.785
Variabel PDRB per kapita sebagai proksi pendapatan per kapita memiliki pengaruh terhadap jumlah TDS per kapita dengan tanda positif. Artinya,
peningkatan pendapatan per kapita masih berdampak pada meningkatnya degradasi lingkungan. Jika dikaitkan dengan EKC, kondisi ini berada pada posisi
sebelum mencapai titik balik. Pendapatan per kapita ini sangat responsif terhadap TDSp, bahwa jika pendapatan naik 1 persen maka TDSp naik sebesar 1.05 persen
dalam jangka pendek dan 1.68 persen dalam jangka panjang. Hal ini mengisyaratkan bahwa aktivitas produksi yang menghasilkan output dan limbah
harus diubah dengan pola produksi ramah lingkungan. TDS terkait dengan zat-zat beracun sebagai residu dari kegiatan produksi
sektor industri pengolahan. TDS pun terkait dengan pembuangan dari limbah domestik seperti hotel, restoran, rumah sakit, dan aktivitas perkantoran. Tidak
semua perusahaan melakukan pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai. Sebelum perekonomian mengalami transformasi saja yakni
tahun 1991, sedikitnya 40 industri di DAS Citarum terbukti mencemari sungai Citarum di Kawasan Bandung Sastrawijaya, 2000. Apalagi setelah sektor
industri pengolahan mendominasi struktur ekonomi Jawa Barat. Sebagaimana dibahas dari awal, sejak tahun 1993 Jawa Barat sudah menjadi
wilayah industri. Dominasi ini tidak lepas dari banyaknya kawasan industri yang berada di Jawa Barat sebagaimana bisa dilihat pada Tabel 17. Sementara jika
dilihat dari jumlah, terdapat 4 564 industri di Jawa Barat yang didominasi oleh industri pakaian, tekstil, logam, kulit, makanan dan minuman, kayu, mineral, dan
furniture. Distribusi jumlah industri per kabupatenkota dapat dilihat pada Tabel 18.