pemilikpeserta yang merupakan kelompok tani yang telah dibina melalui proses penyuluhan.
UP-UPM ditempatkan di wilayah yang masih terdapat masyarakat tani yang berladang berpindah-pindah, diutamakan pada wilayah desa yang akan
menjadi tempat pemukiman kembali hasil restrukturisasi desa, dan diutamakan lahan yang digarap sendiri oleh para pemilikpeserta yang merupakan kelompok
tani yang telah dibina melalui proses penyuluhan. Pembuatan KBD meliputi pembuatan bibit kayu-kayuan, buah-buahan, tanaman industri, dan hijauan ternak
yang mempunyai dengan sistem bergulir diantara kelompok petani yang ada. KUK-DAS yaitu merupakan paket kegiatan usahatani terpadu antara intensifikasi
pertanian dan penerapan teknik konservasi tanah, melalui paket teknologi agroforesty
.
2.7. Makna Pembangunan Berkelanjutan
Aktivitas ekonomi yang berkelanjutan yakni ekonomi tumbuh, distribusi pendapatan merata dan kemiskinan rendah, kerusakan lingkungan terkendali
merupakan keinginan semua pihak. Integrasi semua aspek tersebut mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan yakni pembangunan ekonomi dan sosial yang
peduli mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan alam dan mengedepankan keadilan sosial. Tiga pilar pembangunan berkelanjutan adalah lingkungan,
pertumbuhan ekonomi dan keadilan Putri, 2003. World Conservation Strategy,
untuk pertama kalinya mencoba mendefinisikan konsep pembangunan berkelanjutan sebagai berikut: agar
pembangunan berkelanjutan maka harus memperhitungkan faktor sosial dan
ekologi seperti halnya faktor ekonomi, SDA baik yang bisa diperbaharui maupun yang tidak, dan memperhatikan keuntungan jangka pendek dan panjang dari
kegiatan yang dipilih. Kritikan terhadap definisi ini terlalu berorientasi pada sustainabilitas ekologi dibandingkan pembangunan berkelanjutan itu sendiri
Alisjahbana, 2004 The Brundtland Report
mendefinisikan pembangunan berkelanjutan yakni terpenuhinya kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi
yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Implikasi dari definisi ini samar, tidak jelas apa yang dibutuhkan, bagaimana mekanisme mencapai
masyarakat yang berkelanjutan secara lingkungan. Dalam beberapa hal ini lebih menunjukan kompromi politik antara pertumbuhan dengan keberlanjutan
lingkungan Castro, 2004. Menurut Putri 2003 pembangunan berkelanjutan memiliki karakteristik:
penggunaan sumberdaya alam yang arif, santun, dan tidak eksploitatif, pengembangan jaminan nafkah kehidupan yang berkelanjutan, mengurangi
kerentanan ekonomi dan ekologi, memungkinkan berlangsungnya prinsip-prinsip pemberdayaan, peningkatan persamaan dan keadilan dalam pembangunan,
peningkatan fleksibilitas dan kelenturan dalam beradaptasi dengan perubahan. Titik kulminasi dari momentum peduli lingkungan tercapai saat
diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi KTT Bumi di Rio de Janeiro Juni 1992. Pada saat KTT tersebut konsep pembangunan berkelanjutan
memperoleh komitmen politik secara global sebagai arah berjalannya proses pembangunan, bahwa pembangunan ekonomi harus dilakukan bersamaan dengan
meminimalkan atau memperhitungkan dampak yang mungkin ditimbulkannya
dan berakibat bagi generasi mendatang. KTT Bumi menghasilkan beberapa dokumen resmi, yakni Deklarasi Rio dan satu dokumen program yang dikenal
sebagai Agenda 21. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan titik tumpunya di empat sudut
yakni ekonomi, sosial, kelembagaan dan lingkungan sehingga proses yang ditempuh adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh distribusi
pendapatan yang lebih merata dan menurunnya kemiskinan, peningkatan kualitas SDM, kualitas kelembagaan dan lingkungan.
Esensi dari paradigma pembangunan berkelanjutan adalah merupakan arah dari proses perubahan yang terencana dengan memperhatikan dan
mengintegrasikan aspek-aspek berikut: kelestarian sistem penunjang kehidupan, aspek keadilan dan pemerataan antar waktu dan antar wilayah, pemberdayaan
kelembagaan dan SDM, terutama kelompok masyarakat marjinal, pertumbuhan ekonomi, efisiensi dan keadilan alokasi SDA Najmulmunir, 2001.
Harris 2000 dalam Fauzi 2004 melihat bahwa konsep keberlanjutan dapat dirinci dalam tiga aspek pemahaman, yakni: keberlanjutan ekonomi yang
diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinyu, keberlanjutan lingkungan yang mampu memelihara sumberdaya
yang stabil, menghindari eksploitasi SDA dan fungsi penyerapan lingkungan, keberlanjutan sosial yang mampu mencapai kesetaraan.
Pengukuran indikator keberlanjutan ekonomi secara formal diperkenalkan oleh Hartwick yang mengukur keberlanjutan pembangunan ekonomi yang
berbasis SDA tidak terbarukan. Selanjutnya Pearce dan Atkinson menggunakan
ukuran per kapita baik untuk tabungan maupun output yang tidak menurun sepanjang waktu Fauzi, 2004; Lange, 2004.
Fundamental pencapaiannya adalah mengubah bagaimana aktivitas pasar yang dijalani dalam arus melingkar dan bagaimana di dalamnya kebijakan
lingkungan dirancang. Kuncinya adalah memodifikasi perilaku sehingga pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan menjadi saling menguatkan
bukan bersaing. Salah satu strategi promosinya adalah lebih baik mencegah daripada mengendalikan polusi Callan, 2000.
2.8. Posisi Penelitian Diantara Penelitian Sebelumnya