Substansi Hasil Simulasi Historis

dikembangkan kebijakan spesifik perbaikan distribusi pendapatan diantaranya melalui inovasi kelembagaan seperti menumbuhkembangkan micro-financing, mengembangkan kearifan lokal dan modal sosial. Dalam bab ini akan dibahas bagaimana dampak dari beberapa skenario kebijakan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi, perbaikan distribusi pendapatan dan peningkatan kepedulian lingkungan.

9.1. Skenario Kebijakan Peningkatan Kredit Perbankan

Kredit perbankan ke berbagai sektor ekonomi merupakan pembiayaan permodalan baik untuk modal kerja maupun untuk pembentukan modal tetap atau investasi. Permodalan merupakan input penting selain tenaga kerja dalam proses produksi suatu barang atau jasa. Selama periode 1974 - 2004 besarnya kredit perbankan didominasi oleh kredit untuk sektor industri pengolahan, rata-rata setiap tahunnya pangsa kredit industri sebesar 43 persen. Hal ini sejalan dengan proses industrialisasi yang berlangsung di Jawa Barat. Dari total nilai kredit sektor industri pengolahan sebagian besar terserap di wilayah industri yakni Kabupaten Bogor, Bekasi, Karawang, Bandung dan Kota Cimahi. Dominasi pangsa kredit industri mulai turun menjadi rata-rata 36 persen per tahunnya sejak tahun 2003, sebaliknya pangsa kredit sektor jasa mulai meningkat mencapai 23 persen. Sektor jasa yang dimaksud mencakup sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sementara sektor pertanian hanya menyerap alokasi kredit tidak lebih dari 4 persen. Pada tahun 2004 pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan masih tetap tinggi yakni mencapai 20 persen dan menyebar ke wilayah lain yang belum terkategorikan sebagai wilayah industri seperti Kabupaten Majalengka, Kota Sukabumi, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Purwakarta, Subang dan Cianjur selain tetap mengalir ke wilayah industri. Kenyataan tersebut menunjukan tingginya aktivitas pengolahan produksi barang di banyak wilayah di Jawa Barat terutama yang dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil dan menengah. Hal ini tercermin pada perkembangan jumlah unit usaha kecil dan menengah yang baru yang terdaftar di Dinas Perdagangan dan Perindustrian KabupatenKota di Jawa Barat. Potensi pengembangan usaha industri diperkirakan masih besar untuk 5 tahun ke depan, sehingga diproyeksikan kredit perbankan untuk sektor industri pengolahan tumbuh 20 persen selama periode 2007 - 2010. Perkembangan output sektor jasa sangat tinggi dalam 5 tahun terakhir terutama ditopang oleh sub sektor perdagangan eceran dan sektor jasa-jasa. Kontribusi kelompok sektor jasa terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selama tahun 2001 - 2005 rata-rata mencapai 2 persen dari rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 4.5 persen. Sesuai perencanaan makroekonomi Jawa Barat ke depannya, dalam jangka menengah perekonomian Jawa Barat ditargetkan didominasi oleh sektor jasa. Oleh karena itu perlu dukungan kebijakan dari perbankan untuk meningkatkan alokasi kredit ke sektor jasa. Kredit sektor jasa pada tahun 2004 tumbuh 13 persen, sehingga diproyeksikan untuk periode 2007 - 2010 kredit tumbuh sebesar 13 persen pula. Diskenariokan ada kebijakan khusus peningkatan kredit ini sebesar 30 persen. Untuk kepentingan lingkungan, skenario tersebut diharapkan akan memberikan efek positif karena karakteristik produksi jasa yang menghasilkan limbah dan emisi lebih rendah dari sektor industri pengolahan. Sementara kredit perbankan untuk sektor pertanian pada tahun 2004 tumbuh 7 persen. Diharapkan ke depannya pertumbuhan pembiayaan sektor pertanian dapat bertahan sebesar 7 persen karena di Jawa Barat banyak sekali komoditas pertanian unggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pada saat yang bersamaan Jawa Barat dihadapkan pada permasalahan serius yakni alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan non-pertanian karena tingginya pertumbuhan penduduk dan aktivitas perekonomian. Diproyeksikan untuk periode 2007 - 2010 lahan pertanian di Jawa Barat semakin menurun setiap tahunnya sebesar 0.5 persen. Penurunan lahan pertanian ini menurunkan output pertanian, sehingga menurunkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan. Dalam ranagka mengantisipasi penurunan output perlu dilakukan upaya substitusi oleh input lainnya misalnya oleh kredit perbankan. Berdasarkan perhitungan trial and error menunjukan ternyata kredit perbankan untuk sektor pertanian harus naik 10 persen agar dampak negatif dari penurunan luas lahan dapat tereliminir. Oleh karena itu diskenariokan kredit perbankan untuk sektor pertanian naik 10 persen dari angka yang diproyeksikannya. Kedit untuk sektor bangunan tumbuh paling tinggi pada tahun 2004 yakni 34 persen. Hal ini terkait dengan berkembangnya pembangunan properti baik