Dari hasil riset yang sama dapat diketahui bahwa penyumbang terbesar polutan CO2 di Jawa Barat adalah dari sektor pertambangan, kemudian industri
manufaktur, listrik gas, air dan bangunan serta trasnportasi dan komunikasi. CO2 merupakan gas yang tidak berbau dan tidak beracun. Di atmosfir, CO2 dapat
berasal dari proses pernafasan makhluk hidup, sedangkan sumber buatan adalah berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, industri, pembakaran hutan dan
perubahan tata guna lahan, dimana sekitar 67 persen dari sumber buatan tersebut berasal dari industri dan pembakaran bahan bakar fosil Santoso, 2005.
Seperti halnya parameter Sox, total Nox yang dihasilkan dari berbagai sektor di Jawa Barat bersumber dari kegiatan industri manufaktur dan aktivitas
domestik dan transportasi. Sementara total Pb juga dihasilkan dari sektor manufaktur, sektor bangunan dan transportasi. Hal ini menunjukkan bahwa jenis
gas-gas berbahaya yang diemisikan ke udara masih didominasi oleh sektor industri manufaktur, transportasi dan domestik.
2.1.2. Proksi Untuk Kualitas Air
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1988.
Menetapkan standar air yang bersih tidaklah mudah karena tergantung pada beberapa faktor penentu seperti kegunaan air dan asal sumber air. Dengan
demikian pencemaran air terjadi apabila adanya penyimpangan dari keadaan normal yang tergantung pada kegunaan air dan asal sumber air. Menurut
Wardhana 1999 dalam Hasmanto 2001 indikator dari pencemaran air dapat diketahui melalui:
1. Adanya perubahan suhu. 2. Adanya perubahan pH atau konsentrat ion hidrogen.
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air. 4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut.
5. Adanya mikro organisme. 6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
Secara lebih eksplisit, Sastrawijaya 2000 menunjukkan bahwa kualitas air dapat dinyatakan dengan beberapa parameter berikut ini:
1. Parameter fisika, diantaranya suhu, kekeruhan, padatan terlarut. 2. Parameter kimia, diantaranya pH, oksigen terlarut, BOD, COD, kadar logam.
3. Parameter biologi diantaranya keberadaan plankton, bakteri. 4. Parameter fisika dan kimia seperti TDS dan TSS.
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar, kandungan oksigennya rendah. Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air
dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air telah terjadi yakni dengan uji COD dan BOD. BOD hanya menggambarkan bahan organik yang dapat
didekomposisi secara biologis biodegradable. Bahan organik ini dapat berupa lemak, protein, kanji starch, glukosa, aldehida, ester, dan sebagainya.
Dekomposisi selulosa secara biologis berlangsung relatif lambat. Bahan organik
merupakan hasil pembusukan tumbuhan dan hewan yang telah mati atau hasil buangan limbah domestik dan industri.
Total output BOD yang dihasilkan dari beberapa sektor di Jawa Barat terutama bersumber dari sektor pertanian dan manufaktur. Tingginya kadar BOD
yang dihasilkan dari sektor pertanian merupakan hasil pembusukan materi organik pada hasil-hasil pertanian. Sedangkan dari industri manufaktur tingginya BOD
dihasilkan dari limbah yang mengandung bahan organik tinggi. Padatan Terlarut Total TDS adalah bahan-bahan terlarut diameter 10
-6
mm dan koloid diameter 10
-6
mm – 10
-3
mm yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter
0.45 μm. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion
yang biasa ditemukan di perairan. Nilai TDS di perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah, dan pengaruh antropogenik berupa
limbah domestik dan industri.
2.1.3. Lahan Kritis