Akuisisi dan Eksploitasi Teknologi

136

6. Akuisisi dan Eksploitasi Teknologi

Audit terhadap akuisisi dan eksploitasi teknologi meliputi empat wilayah penaksiran yaitu akuisisi teknologi, transfer teknologi, eksploitasi untuk keuntungan, dan proteksi. Hasil audit dengan skala rata-rata 3,33, berarti setingkat rata-rata atau sedang Tabel 20. Metode akuisisi teknologi terhadap teknologi yang berkembang masih merupakan hal yang perlu dikembangkan ke arah lebih agresif. Keterbatasan metode akuisisi dan transfer teknologi yang diterapkan STA disebabkan karena tingkat teknologi yang dibutuhkan dalam produksi ternak umumnya adalah teknologi tepat guna dan tersedia secara luas di dunia bisnis perunggasan umumnya. Tabel 20. Hasil Audit Teknologi Untuk Akuisisi dan eksploitasi teknologi PT.Sahabat Ternak Abadi STA dan PT.Charoen Pokphand Indonesia Wilayah Penaksiran Elemen Nilai Penaksiran STA CPIN 6.1 Akuisisi teknologi - Metode akuisisi 3 5 - Ketepatan modal investasi 4 5 6.2 Transfer teknologi - Prosedur transfer 3 5 - Transfer tenaga kerja 3 5 6.3 Eksploitasi untuk keuntungan - Eksploitasi untuk keuntungan sesuai strategi teknologi dan klasifikasi teknologi 4 5 6.4 Proteksi - Proteksi pengetahuan 3 5 Nilai rata-rata 3,33 5,00 Keterangan : metode diadaptasi dari TAM Khalil 2000. Transfer teknologi dilakukan melalui CPIN berkaitan dengan mutu DOC, dan formula pakan. Pemuliaan genetik DOC oleh CPIN secara terus menerus dilakukan, dengan tujuan untuk memperbaiki potensi performa ayam broiler yang dipasarkan. Tujuan ini dapat dicapai secara baik, dengan adanya 137 peningkatan efisiensi pakan dan umur ayam lebih singkat untuk dipanen dengan bobot badan rata-rata 1,8 kg per ekor 30-32 hari sebelumnya 35-40 hari. Secara keseluruhan, posisi teknologi STA bernilai baik, dan baik sekali berdasarkan nilai rata-rata hasil audit pada ke-enam kategori teknologi yang dimilikinya yaitu Tabel 15 sampai dengan Tabel 20. Materi tersebut, diperjelas melalui Gambar 14. Kesenjangan antara nilai penaksiran terhadap nilai harapan terkecil untuk STA terjadi pada lingkungan teknologi, sedangkan kesejangan terbesar pada Gambar 14. Kesenjangan Nilai Penaksiran Rata-rata Terhadap Nilai Harapan dari Ke-enam Kategori Teknologi pada STA dan CPIN 2009 138 akuisisi dan eksploitasi teknologi. Dengan kondisi tersebut, STA sebagai perusahaan inti dalam kemitraan pola PIR yang dibangunnya, perlu membuat strategi yang difokuskan terutama pada akuisisi dan eksploitasi teknologi. Hal ini didasarkan kepada kondisi kesenjangan terbesar antara nilai penaksiran terhadap nilai harapan yang terjadi pada wilayah penaksiran akuisisi dan eksploitasi teknologi. Kondisi teknologi pada kategori lingkungan teknologi yang dimiliki STA dapat dijadikan sumber kekuatan utama dalam persaingan bisnis. Hal ini didukung adanya kesenjangan yang paling kecil antara nilai penaksiran terhadap nilai harapan pada ke-enam kategori yang diaudit. Dengan memaksimalkan penerapan teknologi pada kategori lingkungan teknologi sebagai sumber kekuatan utama dan peningkatan pada kategori akuisisi dan eksploitasi teknologi, STA diharapkan dapat menjadi pemimpin di lingkungan bisnis kemitraan perunggasan, khususnya ayam broiler. Hasil audit terhadap akuisisi dan eksploitasi teknologi pada CPIN, diperlihatkan pada Tabel 20, dengan nilai rata-rata 5,00 yang berarti baik sekali dan sesuai dengan nilai harapan. Akuisisi teknologi untuk proses-proses produksi oleh CPIN dilakukan dengan baik sesuai harapan. Perbaikan mesin-mesin produksi diarahkan kepada operasi otomatis, untuk meningkatkan kinerja dan mutu produk. Pemasangan dan operasionalisasi mesin-mesin otomatis baru yang didukung oleh tenaga kerja yang sesuai dan mampu mengoperasikan mesin baru tersebut, sehingga CPIN selaku perusahaan pembeli dapat mengoperasikannya secara benar. Kerahasiaan atas temuan yang menjadi andalan Perseroan dilakukan dengan baik. 139 Berdasarkan nilai rata-rata hasil penaksiran pada Tabel 15 sampai dengan Tabel 20 yang dibandingkan nilai harapannya, terdapat kesenjangan pada kategori lingkungan teknologi, kategorisasi teknologi, serta pasar dan pesaing untuk CPIN. Gambar 14 memperlihatkan kesenjangan tersebut. 1 Kebebasan komunikasi dalam organisasi yaitu kemudahan untuk melakukan komunikasi dari level atas ke level bawah maupun dari bawah ke atas dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung-jawab masing-masing, Rata-rata nilai kesenjangan adalah 0,20 pada kategori lingkungan teknologi terhadap nilai harapan 5,00, merupakan indikator bahwa CPIN perlu meningkatkan hal-hal berikut : 2 Keefektifan perubahan manajemen yaitu mengoptimalkan kemampuan dan keterampilan pada setiap tingkat organisasi untuk dapat bekerja secara mandiri dengan penuh rasa tanggungjawab, 3 Keterlibatan tenaga kerja yaitu melalui upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif karyawan pada setiap tingkat organisasi dalam lingkup tugas dan tanggungjawab masing-masing. Kesenjangan nilai rata-rata adalah 0,20 pada kategorisasi teknologi terhadap nilai harapan 5,00, menunjukkan bahwa CPIN perlu merealisasikan rencana yang telah diputuskan untuk : 1 otomatisasi proses produksi, 2 mendekatkan lokasi pabrik, pusat-pusat distribusi produk kepada pelanggan. Kesenjangan nilai rata-rata penaksiran juga terjadi pada kategori pasar dan pesaing adalah 0,25. Untuk itu CPIN perlu melakukan penaksiran pasar dan perkembangan pesaing bisnis secara periodik, sehingga dapat mengambil 140 keputusan yang tepat jika terjadi fluktuasi ketersediaan dan harga bahan baku, serta harga dan jumlah permintaan produk yang dihasilkan. Kemampuan teknologi yang dimiliki STA dan CPIN berdasarkan hasil audit sebagaimana telah dibahas di muka adalah baik dan baik sekali. Kondisi tersebut akan memberi jaminan terhadap pelaksanaan yang baik sesuai peran dan tanggungjawab STA sebagai perusahaan-inti dan CPIN sebagai perusahaan penyokongnya, sehingga kemitraan yang dijalankanya berhasil.

D. Potensi Kemitraan