Pendekatan Sistem TINJAUAN PUSTAKA

80

c. Hubungan risiko dengan keuntungan

Untuk mendapatkan gambaran pasti dalam berinvestasi, maka perlu mempertimbangkan berapa risiko yang akan ditanggung dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh. Hubungan antara risiko dan keuntungan diukur dengan koefisien variasi CV dan batas bawah keuntungan L. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko dengan nilai keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dari sejumlah modal yang diinvestasikan dalam bisnis. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan semakin besar risiko yang harus ditanggung investor dibandingkan dengan keuntungannya. Rumus koefisien variasi adalah Ichsan et al. 2000 : V dimana : CV = Koefisien variasi. CV = ------ V = Simpangan baku. E E = Keuntungan rata-rata. Batas bawah keuntungan L menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh petani. Jika nilai L 0, maka tidak mengalami kerugian, sebaliknya jika nilai L 0, maka mengalami kerugian. Rumus bawah keuntungan adalah Ichsan et al. 2000 : L = E – 2V dimana : L = Keuntungan minimum. E = Keuntungan rata-rata. V = Simpangan baku.

E. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Banyak definisi kata 81 sistem telah dikemukakan, tetapi dalam arti luas, setiap dua atau lebih obyek berinteraksi secara kooperatif untuk mencapai beberapa tujuan fungsi, atau tujuan umum merupakan suatu sistem Grady 2006. Pengembangan agroindustri berbasis ayam ras pedaging memerlukan kajian dengan pendekatan sistem yaitu merumuskan segala fungsi ataupun aktifitas yang harus dimengerti dalam hal bagaimana mereka mempengaruhi, maupun dipengaruhi oleh elemen-elemen dan aktifitas-aktifitas lain beserta interaksinya. Hal ini bertujuan untuk mencapai keberhasilan optimal dari usaha-usaha ke arah pengembangan industrinya. Pengembangan memerlukan sebuah perencanaan yang tepat dengan memperhatikan aspek internal maupun eksternal Nasution 2002. Suatu kegiatan usaha didirikan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berbagai faktor yang mempengaruhi. Berbagai faktor tersebut muncul disebabkan oleh berbagai kepentingan. Kepentingan yang berbeda sebagai akibat adanya banyak pihak yang terlibat. Pihak-pihak yang terlibat tersebut membentuk sebuah sistem. Oleh karena itu untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan bagi para pihak yang terlibat secara optimal di dalam sistem tersebut, maka memerlukan suatu analisa sistem Marimin 2004. Pengambilan keputusan manajerial dapat dibedakan menjadi dua hal penting yaitu : 1 keputusan-keputusan terprogram programmed decisions, adalah keputusan yang sudah pernah dihadapi dan pernah dibuat sebelumnya. Keputusan tersebut terdapat prosedur atau struktur yang jelas untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang tepat, serta merupakan jawaban- jawaban yang tepat, obyektif dan dapat dipecahkan dengan berbagai aturan 82 sederhana, kebijakan, atau perhitungan numerik. 2 keputusan tidak terprogram nonprogrammed decisions adalah keputusan-keputusan baru, tidak biasa, dan rumit, serta belum terdapat bukti dari hasil akhir. Pengambilan keputusan perlu menciptakan atau mencari sebuah metode yang tepat karena tidak ada struktur yang pasti dan dapat diandalkan Bateman Snell 2008. F. Model Permodelan adalah terjemahan bebas dari istilah modelling. Permodelan dapat diartikan sebagai suatu gugus aktivitas pembuatan model. Model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual. Model adalah sebuah penyederhanaan representasi atau abstraksi dari realitas. Penyederhanaan digunakan karena suatu realitas begitu kompleks untuk disalin secara pasti, dan karena banyak kompleksitasnya tidak sesuai untuk suatu masalah khusus. Model memperlihatkan hubungan- hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dari pengaruh sebab dan akibat. Model dianggap lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji Turban 1990; Eriyatno 1999; Turban et al. 2003. Model dapat dibuat melalui bermacam-macam abstraksi, dan diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, dengan uraian sebagai berikut Turban 1990; Eriyatno 1999; Turban et al. 2003 : 1. Model Ikonik skala , yaitu model berupa perwakilan fisik dari suatu sistem, biasanya berdasarkan pada skala yang berbeda dari aslinya. Model 83 ikonik dapat berdimensi dua foto, peta, cetak biru atau tiga dimensi prototip mesin, alat, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain. 2. Model Analog, yaitu model yang tidak dapat dilihat seperti sistem yang nyata tetapi hanya menyerupainya. Model ini lebih dapat berkemampuan mengetengahkan karakteristik kejadian yang dikaji. Contoh : Kartu organisasi, thermometer, kurva permintaan, kurva distribusi frekuensi pada statistik, kartu stok, peta wilayah, dan lain-lain. 3. Model Matematik , yaitu model yang dinyatakan dalam bentuk angka, simbol dan rumus. Menurut Turban 1990; dan Eriyatno 1999, model ikonik dan analog tidak cocok untuk permodelan dengan hubungan yang kompleks dan atau untuk perlakuan percobaan. Model lebih abstrak yang memungkinkan adalah dengan bantuan matematika. 4. Model Mental, yaitu model yang secara jelas menguraikan bagaimana seseorang berpikir tentang sebuah situasi. Model mencakup perasaan, asumsi, hubungan, dan aliran kerja oleh individu. Sebagai contoh : model mental manajer dapat menyatakan bahwa untuk promosi pekerja lebih tua lebih baik dari pada yang lebih muda dan dengan demikian kebijaksanaan akan lebih disukai oleh seluruh tenaga kerja. Model mental berpatokan pada informasi yang digunakan dan sikap yang mana seseorang mengindahkan atau mengabaikan informasi. Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah yang penting dan tepat. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat di antara peubah-peubah dalam sebuah model Eriyatno 1999; 84 Turban et al. 2003; Arifin 2007. Menurut Turban 1990, model matematika berisi tiga komponen dasar, yaitu : 1 variabel-variabel keputusan, 2 para- meter dan variabel-variabel tidak terkendali, dan 3 variabel-variabel hasil outcome. Pada pendekatan sistem, tahap permodelan lebih kompleks namun relatif tidak banyak ragamnya ditinjau dari jenis sistem ataupun tingkat kecanggihan model. Permodelan abstrak menerima input berupa alternatif sistem yang layak. Proses ini membentuk dan mengimplementasikan model-model matematik yang dimanfaatkan guna merancang program terpilih untuk dipraktekkan di dunia nyata pada tahap berikutnya. Output utama dari tahap ini adalah deskripsi terperinci dari keputusan yang diambil berupa perencanaan, pengendalian dan kebijakan lainnya. Tahap-tahap permodelan abstrak adalah sebagai berikut Eriyatno 1999 : 1 Tahap Seleksi Konsep. Tahap ini merupakan tahap awal yaitu melakukan seleksi alternatif konsepsi dari tahap evaluasi kelayakan. Seleksi dilakukan untuk menentukan alternatif mana yang bermanfaat dan bernilai cukup untuk dilakukan permodelan abstraknya. Hal ini erat kaitannya dengan biaya dan kinerja dari sistem yang dihasilkan. 2 Tahap Rekayasa Model. Langkah awal dari tahap ini adalah menetapkan jenis model abstrak yang akan diterapkan, sejalan dengan tujuan dan karakteristik sistem. Selanjutnya tahap permodelan terpusat pada pembentukan model abstrak yang realistik. Tahap ini mencakup juga penelaahan teliti tentang asumsi model, konsistensi internal pada struktur 85 model, data input untuk pendugaan parameter, hubungan fungsional antar peubah kondisi aktual, dan membandingkan model dengan kondisi aktual. 3 Tahap Perumusan Model. Berdasarkan peubah-peubah terpenting hasil analisis terpilih sebagai peubah kunci dalam pengembangan model pola kemitraan dalam budidaya ayam ras pedaging. Dalam tahap implementasi, model matematik diwujudkan pada bentuk persamaan fungsi dari hubungan-hubungan dari beberapa peubah kunci. 4 Tahap Validasi. Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji dan dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan. 5 Aplikasi Model. Para pengambil keputusan merupakan tokoh utama dalam tahap ini dimana model dioperasikan untuk mempelajari secara rinci kebijakan yang dipermasalahkan. Permasalahan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dibuat suatu rumusan matematik, memiliki kemungkinan pemecahannya. Seluruh atribut yang dimiliki suatu sistem, secara langsung dapat ditentukan suatu model simulasi yang ditetapkan oleh setiap kejadian masing-masing komponen sistem tersebut. Simulasi pada teknik permodelan numerik ditandai adanya penyusunan suatu model yang umumnya bersifat matematis, dengan konfigurasi seperti terlihat pada Gambar 5. Peubah keputusan dapat diasosiasikan dengan peubah bebas, sedangkan peubah status adalah peubah tidak bebas. Status suatu sistem dapat dilihat sebagai keseluruhan dari karakteristik sistem yang relevan dan diwujudkan melalui suatu gugus atribut 86 yang spesifik. Status sistem kemudian ditetapkan dengan cara memberikan suatu nilai yang khusus untuk setiap atribut tersebut. Status dari suatu sistem adalah totalitas dari semua karakteristik sistem itu sendiri, yang dapat ditentukan dengan memberikan nilai tertentu bagi setiap atribut tersebut. Peubah status yaitu jika masing-masing atribut yang mengkarakteristikkan status dari sistem dapat dikuantitatifkan sehingga peubah tertentu dapat mewakili masing-masing atribut. Peubah status yang tidak bebas Variable Dependent dapat dinotasikan sebagai berikut Eriyatno 1999 : S = s 1 ,s 2 ,s 3 ,.......s n Peubah keputusan merupakan suatu peubah bebas variable independent nilainya dapat ditetapkan oleh pengambil keputusan sejak awal. Nilai tersebut tidak tergantung peubah yang lain, tetapi akan mempengaruhi status dari sistem. Dengan demikian peubah status akan tergantung pada peubah keputusan. Peubah keputusan dapat disimbulkan sebagai berikut Eriyatno 1999 : X = x 1 ,x 2 ,x 3 ,.......x n Peubah Status State Variable Kriteria Penampakan Performance Peubah keputusan Decision Variable MODEL MATEMATIK Parameter sistem Sistem Parameter Gambar 5. Input-output Simulasi Model Eriyatno 1999 87 Sistem Parameter nilainya dapat diletakkan sebelum peubah keputusan, umumnya nilai berupa konstanta fisik, parameter rancangan dan lain-lain. Sistem Parameter dinyatakan sebagai berikut : C = c 1 ,c 2 ,c 3 ,.......c n Simbol matematis ketergantungan peubah status kepada sistem parameter dan peubah keputusan dapat dinyatakan sebagai berikut : S = f C,X Kriteria Penampakan adalah suatu tolok ukur kinerja sistem. Kinerja sistem ini dinyatakan secara simbolis sebagai berikut Eriyatno 1999 : Y = f S,X,C.

G. Model Persamaan Struktural Structural Equations Modelling, SEM