7 yang mendalam tentang beberapa komponen teknologi yang terdiri dari
komponen technoware, humanware, inforware, dan orgaware THIO pada peternak plasma. Jika model teknologi tersebut dapat diwujudkan, maka dapat
membantu perusahaan mitra dalam membina peternak plasmanya untuk lebih berhasil.
B. Permasalahan
Kinerja sektor pertanian pada tahun 2007 meningkat cukup tajam sebesar 4,3 terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan dua tahun
sebelumnya yang hanya 0,12 dan 0,56 Daryanto 2009. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor penting dalam
pembangunan ekonomi nasional. Melalui program-program yang difokuskan pada pemenuhan konsumsi daging oleh masyarakat. Tantangan yang dihadapi
adalah masih rendahnya konsumsi daging penduduk Indonesia yaitu 4,5 kgkaptahun, lebih rendah jika dibandingkan Negara-negara Malaysia, Thailand,
Filipina dan Singapura. Tingkat konsumsi daging yang rendah tersebut berkaitan erat dengan tingkat PDB yang relatif masih rendah FAO 2006, diacu dalam
Daryanto 2009. Seiring dengan pertumbuhan PDB sebesar 6,5 pada tahun 2008 dan
pentingnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB, terdapat peluang besar untuk membangun agroindustri yang lebih berhasil. Berdasarkan pertimbangan
bahwa potensi agroindustri khususnya yang berbasis ternak ayam broiler cukup besar dalam perekonomian nasional, pengembangan bisnis dengan sistem yang
8 tepat perlu dilakukan. Menurut UNCTAD 1997 dan Soemardjo et al. 2004,
sistem agribisnis yang cocok adalah integrasi vertikal atau koordinasi vertikal. Koordinasi vertikal pada usaha ternak broiler melibatkan beberapa lembaga
yang berkaitan secara vertikal dan memberikan sumbangan dalam proses produksi, yakni perusahaan pembibitan dan penetasan, pabrik pakan ternak,
perusahaan obat hewan, peternak, perusahaan pemotongan ayam Rumah Potong Ayam disingkat RPA, perusahaan pengolahan dan pemasarannya USDA 2003;
Sumardjo et al. 2004. Lembaga-lembaga tersebut mempunyai tingkat risiko kegagalan yang berbeda, dan risiko kegagalan yang paling tinggi dialami oleh
peternak. Sebagai penghasil ayam pedaging hidup, beberapa kendala ataupun kelemahan yang dialami terdiri dari kasus penyakit, lemahnya permodalan dan
rendahnya keterampilan peternak termasuk teknologi sebagaimana yang dilaporkan oleh Santosa 2009. Pada usaha ayam broiler sistem kemitraan
dengan pola PIR, diharapkan terjadi transfer teknologi, aliran modal kerja, dan transfer keterampilan manajemen dari perusahaan ke peternakan rakyat, sehingga
usaha lebih berhasil. Menurut Hafsah 2000, potensi keberhasilan dalam kemitraan cukup
menjanjikan dengan syarat pengusaha kecil yang bermitra dengan pengusaha besar mampu untuk saling mengisi dan berkomitmen, sehingga terjalin kemitraan
yang berkelanjutan. Pola kemitraan jangka pendek memerlukan strategi agar dapat diarahkan mencapai pola kemitraan jangka panjang sehingga dapat member
keuntungan pada pihak yang bermitra terutama dalam hal peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha. Kinerja kemitraan dapat dicapai dengan
9 menggunakan suatu metode yang dirancang dan disepakati oleh pihak yang
bermitra. Dalam usaha peternakan, banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
mencapai keberhasilan termasuk variabel-variabel penentu yang saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu pada tahap perencanaan usaha pola kemitraan
dengan sasaran keberhasilan jangka pendek maupun jangka panjang dibutuhkan informasi tentang variabel-variabel kunci penentu keberhasilan. Sampai saat ini
informasi tentang variabel-variabel kunci bagi perusahaan mitra dan peternak belum tersedia, termasuk kriteria-kriteria kinerja kemitraan usaha secara
keseluruhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi variabel-variabel kunci dari teknologi yang terdiri dari empat komponen THIO
pada usaha ternak ayam broiler plasma. Hasil yang diperoleh merupakan informasi yang berguna untuk perancangan model teknologi pada usaha ternak
plasma dalam sistem kemitraan.
C. Tujuan Penelitian