Tanah dan Air Permukaan. Total seluruh pajak tersebut untuk seluruh pemerintah provinsi pada tahun 2005 sebesar 24,2 triliun Rupiah, sedangkan pada tahun 2006
meningkat menjadi 25,7 triliun Rupiah. Pada tahun 2007 penerimaan pajak berjumlah 29,5 triliun Rupiah, atau 83,92 persen dari total PAD. Pada tahun 2008
penerimaan pajak bertambah menjadi 38 triliun Rupiah, atau 85,51 persen dari total PAD. Pada tahun 2009 berdasarkan data APBD penerimaan pajak
dianggarkan sebesar 35,9 triliun Rupiah, yang berarti terjadi penurunan dari realisasi penerimaan pajak pada tahun sebelumnya. Penerimaan retribusi daerah
relatif kecil dari tahun ke tahun, yaitu sekitar 3,5 sampai 5 persen. Retribusi yang dipungut oleh pemerintah provinsi menurut UU No. 34 Tahun 2000 dan PP No.
66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah terdiri dari tiga golongan, yaitu Retribusi Jasa Umum misalnya Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Pasar,
Retribusi Pelayanan Kebersihan, Retribusi Pergantian biaya cetak KTP, dll, Retribusi Jasa Usaha misalnya Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Parkir,
Retribusi Pertokoan, Retribusi Tempat Penginapan, dan lain-lain, dan Retribusi Perizinan Tertentu misalnya Retribusi IMB, Retribusi Izin Tempat Penjualan
Minuman Beralkohol, Retribusi Izin Gangguan, dan Retribusi Izin Trayek. Pendapatan daerah provinsi yang berasal dari transfer dari pemerintah
pusat berjumlah 24.8 triliun Rupiah pada tahun 2005, meningkat menjadi 28.2 triliun pada tahun 2006. Dana Perimbangan kembali mengalami peningkatan
menjadi sebesar 36.5 triliun Rupiah pada tahun 2007 atau 44.85 persen dari total pendapatan, kemudian meningkat pada tahun 2008 menjadi 42.99 triliun Rupiah
atau 44.46 persen dari total pendapatan. Pada tahun 2009 penerimaan dari pemerintah pusat ini bertambah lagi menjadi 43.7 triliun Rupiah atau 45.43 persen
dari total pendapatan. Transfer tersebut berasal dari APBN, disalurkan ke daerah berupa DAU, DBH Pajak dan SDA, dan DAK. Berdasarkan data tersebut dapat
dikatakan bahwa pada tahun 2007 sampai 2009 pemerintah provinsi masih mempunyai ketergantungan pendanaan dari pemerintah pusat sebesar lebih dari 40
persen. DAU menempati urutan teratas dalam dana perimbangan yang diterima pemerintah provinsi. Setiap tahunnya DAU berjumlah sekitar 37 sampai 45 persen
dari total dana perimbangan. Sedangkan urutan terendah dalam dana perimbangan adalah DAK.
Tabel 4 Keragaan Pendapatan Pemerintah Daerah KabupatenKota Seluruh Indonesia Tahun 2005-2009
000 Rupiah
No. Jenis Penerimaan
2005 2006
2007 2008
2009 PENDAPATAN
DAERAH
140045951671 208506746183
244309131163 279106690138
280403217929 1
Pendapatan Asli Daerah
10886045507 13961949844
16444847075 20243578574
20513334698
1.1. Pajak Daerah
4156167001 4628027870
5380379942 6686430135
6861596746 1.2.
Retribusi Daerah 3888048073
4594277558 5388033569
6151199970 6522518586
1.3. Hasil Perusahaan Milik
637819562 717028949
1121808607 1754244946
1647468421 Daerah dan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan 1.4.
Lain-lain PAD yang Sah 2204010871
4022615467 4554624957
5651703523 5481750945
2 Dana Perimbangan
123945553468 191851484968
207738873105 233113625604
235401141152
2.1. Bagi Hasil Pajak
14602274387 22441237520
21907687087 23972583388
24519903157 2.2.
Bagi Hasil Bukan PajakSDA
17583379533 18708105824
19899083515 27662766327
24012635604 2.3.
Dana Alokasi Umum 79553023292
128898195266 148956335359
161072609751 164141760875
2.4. Dana Alokasi Khusus
4312450886 11772601764
16975767144 20405666138
22726841516 2.5.
Bagi Hasil Pajak dan 7894425370
10031344594 -
- -
Bantuan Keuangan Prov
3 Lain-lain Pendapatan
yang Sah 5214352696
2693311371 20125410983
25749485960 24488742079
Sumber: BPS, 2010
Pendapatan pemerintah daerah kabupatenkota selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 sebesar 140 triliun Rupiah,
meningkat menjadi 208.5 triliun Rupiah pada tahun 2006. Pada tahun 2007 pendapatan pemerintah kabupatenkota kembali meningkat menjadi sebesar 244.3
triliun Rupiah, kemudian meningkat menjadi 279.1 triliun Rupiah pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 menjadi 280.4 triliun Rupiah. Selama kurun waktu
2005 sampai dengan 2009 dana perimbangan kabupatenkota selalu lebih dari 80 persen dari total pendapatan. Hal tersebut menggambarkan betapa tergantungnya
pendanaan pemerintah kabupatenkota terhadap pemerintah pusat. Sumber penerimaan yang berasal dari PAD harus dioptimalkan peranannya agar mampu
memberikan kompensasi kepada masyarakat berupa pelayanan yang baik dan perbaikan fasilitas umum. Kenaikan kontribusi PAD yang memadai akan
menentukan tingkat kemandirian kabupatenkota dalam pembangunan daerahnya sehingga tidak selalu tergantung kepada bantuan dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi. Salah satu langkah yang bisa ditempuh pemerintah daerah adalah memberikan kemudahan dalam investasi bagi sektor swasta
sehingga akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh tumbuhnya sektor swasta. PAD terbesar yang berhasil dihimpun pemerintah kabupatenkota
yaitu pajak daerah. Pajak yang dihimpun pemerintah kabupatenkota antara lain pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan,
pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan pajak parkir. PAD tertinggi kedua yang berhasil dihimpun pemerintah kabupatenkota berasal dari retribusi
daerah. Retribusi daerah pada tahun 2005 dan 2006 masing-maing sebesar 3.8 dan 4.6 triliun Rupiah. Pada tahun 2007 retribusi sebesar 5,39 triliun Rupiah atau
32.76 persen dari total PAD. Pada tahun 2008 sebesar 30.39 persen, dan pada tahun 2009 sebesar 31.8 persen dari total PAD.
Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sejak tahun 2001, transfer dana dari APBN ke daerah dialokasikan dalam bentuk dana
perimbangan. Sebelumnya perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam APBN diwujudkan melalui alokasi pengeluaran transfer ke daerah berupa Subsidi Daerah
Otonom SDO dan anggaran bantuan pembangunan pusat dalam bentuk inpres. Dana perimbangan untuk pemerintah kabupatenkota selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan dampak pemekaran wilayah yang menyebabkan penambahan anggaran untuk daerah pemekaran yang
memerlukan dana operasional untuk prasarana pembangunan dan di sisi lain daerah induk dana perimbangannya tidak mengalami penurunan yang berarti.
Dana perimbangan pemerintah kabupatenkota didominasi oleh DAU. Porsi DAU terhadap dana perimbangan setiap tahunnya sebesar 64 sampai 70 persen.
Besarnya DAU yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaan dalam negeri bersih
setelah dikurangi dengan dana bagi hasil dan DAK. Pengeluaran pemerintah di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga
tingkat pemerintahan. Pertama, pengeluaran pemerintah yang dilakukan tingkat pusat, yang tercermin dalam pengeluaran APBN. Kedua, pengeluaran pemerintah
yang dilakukan pemerintah propinsi yang tercermin dalam APBD provinsi. Ketiga, pengeluaran pemerintah yang dilakukan pemerintah kabupatenkota.
Tabel 5 Keragaan Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi dan KabupatenKota di Indonesia Tahun 2005-2009
000 Rupiah
Provinsi Tahun
2005 2006
2007 2008
2009
1. NAD 7201537476
9354602150 12680692332
15469757480 20727097069
2.Sumatera Utara 8587575354
11682044222 15396407616
17287835614 20314271698
3.Sumatera Barat 4307660192
6416977181 8002878013
9860415444 11691403187
4.R i a u 8967051097
12525676825 16490686905
17405700690 20280095622
5.J a m b i 3154808571
4213414455 5602666153
6897724269 7781823092
6.Sumatera Selatan 5431667815
8808181022 11439437418
12716981501 14097926181
7.Bengkulu 1560278875
2782221257 3743132733
4742594333 4631213891
8.Lampung 4166583889
6232137232 7643414693
8216592693 9213380509
9.Bangka Belitung 1227243349
1890453516 2692307571
3444969593 4315406410
10.Kepulauan Riau 1816606128
3134748781 5205845457
4838736717 6767503202
11.DKI Jakarta -
- -
- -
12.Jawa Barat 18131215062
21675470257 28322627008
32279536322 38491573916
13.Jawa Tengah 16205187405
21932468823 26455688052
31653570103 34080441713
14.D I Yogyakarta 2629956415
3464831235 4044448001
5419257401 5398978399
15.Jawa Timur 19070946257
25505713853 29969694575
35437837871 40191903515
16.Banten 4565752319
6158916359 6992779239
8282222144 9108992030
17.B a l i 3715503657
5058847166 6013240881
7029898558 8056091136
18.NTB 2763813009
3935675357 5197725353
5675330000 6667159410
19.NTT 3738727721
5201754050 6671201053
7615860839 7992540859
20.Kalimantan Barat 3511806524
5679046960 6827923098
8331160350 9086933104
21.Kalimantan Tengah 3410230211
5490083033 6803723126
7968965601 9668103342
22.Kalimantan Selatan 3490273590
5267986284 6520584077
7858707701 9881150139
23.Kalimantan Timur 11036951855
15553034476 20209490387
23314266139 28898036945
24.Sulawesi Utara 2278117353
3625901073 4522739200
4614957628 5107809004
25.Sulawesi Tengah 2470990885
3900233142 5007912519
5664801848 6225438696
26.Sulawesi Selatan 6470199941
9215024008 11621218814
14082835800 15456772065
27.Sulawesi Tenggara 2084852926
3502761957 4616109010
5601940304 6966207197
28.Gorontalo 1084199569
1727797519 2002818343
2541792571 2828894808
29.Sulawesi Barat 902540007
1597095950 1941146307
2359982478 2714020740
30.M a l u k u 1974470405
2779971668 3442326286
4522404777 4740701099
31.Maluku Utara 1335592849
2583083756 3219878639
3914861739 4411808826
32.P a p u a 4724762570
7095132193 9910879533
11532546233 10959848385
33.Papua Barat 3862693973
8690724367 11474022720
14290258905 16787072368
Sumber: BPS, 2010
Setiap tahunnya pengeluaran pemerintah daerah sebagian besar mengalami mengalami peningkatan. Keragaan pengeluaran pemerintah daerah provinsi dan
kabupatenkota di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5. Sumber dari pengeluaran pemerintah adalah penerimaanpendapatan pemerintah, sehingga untuk
membiayai pengeluaran pemerintah yang terus meningkat maka diperlukan peningkatan penerimaan pemerintah pula. Pada tahun 2009 provinsi dengan
peningkatan pengeluaran di atas 20 persen yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tenggara. Ada beberapa provinsi mengalami penurunan pengeluaran pada tahun 2009, antara lain provinsi
Bengkulu dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
4.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu nilai ukur dari hasil pembangunan yang telah dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dicerminkan oleh pertumbuhan PDRB pada harga konstan. Indikator ini dapat juga dipakai untuk menentukan arah kebijakan pembangunan
yang akan datang. Pada dasarnya aktivitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, maka
petumbuhan ekonomi diharapkan dapat memberi dampak pada peningkatan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Hasil kinerja
pembangunan ekonomi di Indonesia memberikan hasil yang berbeda-beda antar daerah. Dimana perbedaan antar daerah merupakan suatu konsekuensi logis dari
perbedaan karakteristik alam, ekonomi, sosial, dan budaya. Sebaran Sumber Daya Alam SDA, khususnya minyak dan gas bumi, pertumbuhan pusat perdagangan
dan industri yang terkonsentrasi di beberapa daerah telah menimbulkan kantong- kantong pertumbuhan, sehingga ketimpangan PDRB antar daerah sangat tinggi.
Pertumbuhan suatu wilayah dapat saja terjadi tanpa memberi dampak positif pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini bisa disebabkan karena tingkat
pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan pendapatan di wilayah tersebut. Suatu provinsi dikatakan mempunyai Laju
Pertumbuhan Ekonomi LPE positif jika telah terjadi peningkatan produksi barang dan jasa, sebaliknya suatu provinsi dikatakan mempunyai angka LPE
negatif jika produksi barang dan jasa yang ada di wilayah tersebut mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi provinsi di Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 7.
Sumber: BPS, 2010 diolah
Gambar 7 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Indonesia Tahun 2007-2009