susunan klasifikasi seperti ini, mengakibatkan para stakeholder kesulitan dalam mengukur keberhasilan pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Anggaran Belanja Negara masih memberlakukan pemisahan antara belanja rutin dan belanja modal dual budgeting. Belanja rutin negara terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi, dan belanja lain-lain. Tujuan utama pemisahan belanja rutin dan belanja modalpembangunan ini adalah
untuk menekankan pentingnya peranan program pembangunan. Pemerintah menyadari bahwa pengelolaan keuangan negara yang
dilaksanakan sampai saat ini perlu diadakan penyempurnaan terutama dalam mengatasi kelemahan seperti kurangnya keterkaitan antara perencanaan nasional,
penganggaran dan pelaksanaannya. Kemudian kelemahan dalam pelaksanaan penganggaran yang menggunakan line-item budget dimana usulan anggaran
didasarkan perubahan tertentu incremental atas anggaran sebelumnya. Oleh karena itu, pemerintah merasa harus segera melakukan reformasi pengelolaan
keuangan negara agar memenuhi syarat pengelolaan yang transparan, akuntabel, dapat diprediksipredictability dan memperhatikan partisipasi.
2.4.2 Setelah Reformasi Anggaran
Sejak tahun 2003, reformasi keuangan negara mencapai babak baru dengan disahkannya Undang-undang nomor 172003 tentang Keuangan Negara.
Setelah itu, pada tahun 2004 disahkan beberapa produk perundang-undangan yang merupakan satu kesatuan paket reformasi keuangan negara, diantaranya: UU no.
12004 tentang Perbendaharaan Negara; UU no. 152004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.; serta UU no.252004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Munculnya peraturan perundang-undangan ini telah merubah cara pengelolaan keuangan Negara
Republik Indonesia. Implikasi dari reformasi keuangan negara ini merubah format dan struktur
anggaran belanja negara, yaitu: 1. Pemisahan antara belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah
2. Semua belanja negara yang berhubungan dengan subsidi dan hibah harus dikategorikan sebagai subsidi
3. Semua “belanja lain-lain” yang tersebar di banyak komponen anggaran belanja pusat disatukan satu dalam “belanja lain-lain”.
4. Belanja modal dirubah menjadi format baru dan dibagi ke dalam semua jenis belanja.
Tabel 1 Perbedaan antara Format APBN Lama dan APBN Baru Format Lama
Format Baru
Klasifikasi Organisasi Tidak dimasukkan dalam Nota
Keuangan dan UU APBN, hanya diatur dalam Keppres
Klasifikasi Organisasi Daftar pengguna anggaran, termasuk
dalam Nota Keuangan dan UU APBN.Daftar itu sama dengan
KementrianLembaga KL yang ada
Klasifikasi Sektoral Terdiri dari 20 sektor dan 50
subsektor; Program di break-down
dari subsektor;
Nama program antara belanja rutin dan belanja modal berbeda
Klasifikasi Fungsional Terdiri dari 11 fungsi dan 79
subfungsi; Program di tiap KL akan dikumpulkan
sesuai fungsinya; Nama program berdasarkan unified
budget Klasifikasi Ekonomi
Dual Budgeting ;
Belanja Negara terdiri dari 6 item termasuk belanja modal
Klasifikasi Ekonomi Unified Budgeting
; Belanja Negara terdiri dari 8 item
Basis Alokasi Sektor, subsektor, dan program
Basis Alokasi Alokasi berdasarkan pada program
masing-masing KL
Sumber: Badan Analisa Fiskal, 2005
2.4.3 Klasifikasi Anggaran Baru
Berdasarkan UU no. 172003 Bab III tentang Penyusunan dan Penetapan APBN pasal 11 ayat 5 dinyatakan bahwa: “Belanja negara dirinci menurut
organisasi, fungsi dan jenis belanja”. Dan sesuai pasal 15 ayat 5 dinyatakan bahwa: APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan Unit Organisasi,
Fungsi, Program, Kegiatan dan Jenis Belanja.
Berdasarkan penjelasan pasal 11 ayat 5 UU No. 172003, disebutkan bahwa rincian belanja Negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
Kementrian NegaraLembaga pemerintahan pusat yang disebut Bagian Anggaran
1. Klasifikasi Organisasi