perekonomian yang mana hal tersebut mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dan tingkat inflasi.
2.2 Penerimaan Pemerintah Daerah
Menurut Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, penerimaan daerah terdiri dari pendapatan
daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan, sedangkan
pembiayaan bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah, dan hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan. PAD bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, misalnya hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,
keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan
barang dan jasa oleh daerah. Dana Perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil DBH, Dana Alokasi
Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK. DBH bersumber dari pajak dan sumber daya alam. DBH yang bersumber dari pajak terdiri atas Pajak Bumi dan
Bangunan PBB, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, dan Pajak Penghasilan. DBH yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari
kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi. DAU suatu daerah
dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah. Alokasi dasar
dihhitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi
layanan dasar umum. Kebutuhan pendanaan tersebut diukur berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, PDRB per kapita, dan
Indeks Pembangunan Manusia. Kapasitas fiskal daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan DBH. Jumlah keseluruhan DAU