Dampak Simulasi Kebijakan Dampak penerimaan dan pengeluaran Pemerintah daerah terhadap kinerja ekonomi dan kemiskinan di Indonesia
sebesar 10 persen. Simulasi tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa kenaikan DAU pada tiga tahun terakhir rata-rata sebesar 10 persen dan DAU
tahun ini tidak boleh lebih kecil dari DAU tahun sebelumnya. Alokasi DAU digunakan untuk menutup gap yang terjadi akibat kebutuhan daerah melebihi
potensi penerimaan daerah. Oleh karena itu awal dari simulasi penerimaan dalam penelitian ini adalah peningkatan DAU sebesar 10 persen, kemudian diikuti oleh
peningkatan dana bagi hasil dan PAD dengan persentase yang sama. Simulasi dilakukan dengan meningkatkan pengeluaran sektor industri
sebesar 100 persen. Hal tersebut dilakukan karena sektor industri merupakan sektor yang berperan strategis untuk meningkatkan daya saing ekonomi karena
sektor ini terkait langsung dalam menciptakan lapangan kerja, menambah penghasilan, dan mengurangi kemiskinan. Selain itu dilakukan simulasi dengan
meningkatkan pengeluaran pertanian sebesar 10 persen.karena sektor pertanian merupakan sektor yang berkaitan erat dengan ketersediaan pangan yang
menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga sektor tersebut berperan penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Kemudian untuk mengetahui alokasi
anggaran yang tepat diantara ketiga sektor, maka dilakukan simulasi dengan peningkatan pengeluaran sektor infrastruktur yang senilai dengan 10 persen
anggaran sektor pertanian, yaitu kurang lebih 7 persen. Dampak berbagai simulasi kebijakan terhadap kinerja fiskal dan
perekonomian provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 24. Peningkatan pajak sebesar 10 persen memberikan dampak positif terhadap semua variabel,
kecuali retribusi, DAU, dana perimbangan, kesenjangan fiskal, distribusi pendapatan, dan kemiskinan. Jika terjadi kenaikan pajak maka PAD naik,
kenaikan PAD akan meningkatkan kapasitas fiskal, karena kapasitas fiskal merupakan penjumlahan dari PAD dan dana bagi hasil. Dengan adanya
peningkatan kapasitas fiskal, maka kesenjangan fiskal akan turun, dan hal tersebut akan menurunkan penerimaan retribusi. Pajak merupakan potensi yang dimiliki
oleh suatu daerah, sehingga peningkatannya akan menurunkan DAU. Penurunan DAU berdampak pada penurunan dana perimbangan, karena komponen dana
perimbangan adalah dana bagi hasil, DAU, dan DAK. Peningkatan pajak menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan.
Tabel 24 Dampak Berbagai Simulasi Kebijakan terhadap Kinerja Fiskal dan Ekonomi di Indonesia Tahun 2005-2009
Variabel Nilai dasar
Skenario 1
2 3
4 5
6 7
8 Pajak
1162128438 10.000
-0.029 -0.315
-0.314 0.584
0.594 6.538
1.395 Retribusi
254319183 -0.707
10.000 -0.665
-0.662 0.015
0.168 -0.955
-0.004 Bagi hasil SDA
1132462979 0.000
0.000 10.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 Bagi hasil pajak
1137440315 0.294
0.053 0.087
10.000 1.026
0.929 10.606
2.075 DAU
5396959082 -1.000
-0.218 -0.935
-0.931 10.000
0.120 -1.503
-0.113 PAD
1759178745 6.504
1.426 -0.304
-0.303 0.388
0.417 4.181
0.921 Dana bagi hasil
2269903225 0.147
0.027 5.033
5.011 0.514
0.466 5.314
1.040 Dana perimbangan
8334593290 -0.607
-0.134 0.765
0.762 6.615
0.205 0.474
0.210 Total penerimaan
11721482270 0.544
0.119 0.498
0.496 4.762
0.208 0.965
0.287 Pengeluaran pertanian
442154419 0.192
0.042 0.252
0.251 2.364
10.000 0.430
0.132 Pengeluaran industri
35942888 2.188
0.479 0.063
0.063 1.622
0.195 100.000
0.377 Pengeluaran infrastruktur
549916192 0.473
0.103 0.175
0.174 1.806
0.095 0.535
7.000 Total pengeluaran
11467650590 0.037
0.008 0.018
0.018 0.183
0.391 0.356
0.342 Kapasitas Fiskal
4029082005 2.923
0.638 2.703
2.691 0.459
0.444 4.820
0.988 Kesenjangan Fiskal
7438568267 -1.526
-0.333 -1.436
-1.429 0.033
0.362 -2.062
-0.008 PDRB sektor pertanian
11252431690 0.079
0.017 0.104
0.103 0.972
4.112 0.177
0.054 PDRB sektor industri
15026196950 0.995
0.218 0.029
0.029 0.738
0.089 45.462
0.171 PDRB sektor jasa
22903878430 0.396
0.087 0.146
0.146 1.513
0.080 0.448
5.865 PDRB
64870832902 0.384
0.084 0.076
0.076 0.874
0.762 10.719
2.120 PDRB perkapita
8959038 0.420
0.076 0.125
0.108 1.467
1.328 15.163
2.966 Tenaga kerja pertanian
1574925 0.075
0.016 0.099
0.098 0.923
3.904 0.168
0.052 Tenaga kerja industri
432319 0.287
0.063 0.008
0.008 0.213
0.026 13.132
0.050 Tenaga kerja jasa
1395951 0.148
0.032 0.055
0.054 0.564
0.030 0.167
2.186 Total tenaga kerja
3636974 0.123
0.027 0.065
0.064 0.641
1.705 1.698
0.867 Distribusi pendapatan
0.7359 -0.161
-0.072 0.183
0.037 -1.336
-0.846 -7.114
-1.926 Kemiskinan
17.0934 -0.033
-0.006 -0.010
-0.009 -0.117
-0.108 -1.215
-0.242
Sumber: Hasil Pengolahan Ket.
: Skenario 1= peningkatan pajak 10 Skenario 2= peningkatan retribusi 10
Skenario 3= peningkatan bagi hasil SDA 10 Skenario 4= peningkatan bagi hasil pajak 10
Skenario 5= peningkatan DAU 10 Skenario 6= peningkatan pengeluaran pertanian 10
Skenario 7= peningkatan pengeluaran industri 100 Skenario 8= peningkatan pengeluaran infrastruktur 7
Peningkatan pajak menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan karena salah satu fungsi pajak adalah redistribusi pendapatan dari masyarakat yang
mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Dengan menurunnya ketimpangan distribusi
pendapatan maka rata-rata provinsi di Indonesia telah berhasil melaksanakan
fungsi redistribusi. Fungsi redistribusi pajak terlihat pada pengenaan pajak progresif di Indonesia, dimana tarif pengenaan pajak dilakukan dengan persentase
yang semakin tinggi dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu
setiap kali naik Wikipedia, 2010, misalnya pajak progresif kendaraan bermotor. Pajak yang dipungut pemerintah akan digunakan untuk membiayai
pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Penurunan kemiskinan terjadi karena
peningkatan PAD akan meningkatkan pengeluaran sektoral, peningkatan pengeluaran sektoral akan meningkatkan PDRB sektoral, yang selanjutnya
meningkatkan PDRB dan PDRB per kapita. Peningkatan PDRB per kapita akan menurunkan kemiskinan. Peningkatan pajak sebesar 10 persen akan
meningkatkan PAD sebesar 6.504 persen, sedangkan dampaknya terhadap total penerimaan adalah sebesar 0.544 persen.
Peningkatan retribusi memberi dampak positif terhadap semua variabel, kecuali pajak, DAU, dana perimbangan, kesenjangan fiskal, distribusi pendapatan,
dan kemiskinan. Pajak dan retribusi merupakan komponen dari PAD, dimana PAD merupakan komponen dari kapasitas fiskal. Pemberian DAU digunakan
untuk mengatasi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah, dan antar pemerintah daerah, sehingga jika kapasitas fiskal semakin besar maka DAU
semakin kecil. Peningkatan retribusi sebesar 10 persen akan meningkatkan PAD sebesar 1.426 persen. Peningkatan tersebut lebih kecil dibandingkan peningkatan
yang diakibatkan oleh peningkatan pajak, hal itu terjadi karena penerimaan pajak daerah lebih besar daripada penerimaan retribusi.
Dampak peningkatan bagi hasil SDA dan bagi hasil pajak terhadap penerimaan pajak, retribusi, DAU, PAD, kesenjangan fiskal, dan kemiskinan
adalah negatif, sedangkan dampaknya terhadap variabel fiskal dan ekonomi yang lain semua positif. Peningkatan bagi hasil SDA akan meningkatkan dana bagi
hasil, yang terdiri dari bagi hasil SDA dan pajak, dengan peningkatan tersebut maka kapasitas fiskal meningkat. Peningkatan kapasitas fiskal akan menurunkan
DAU. Peningkatan kapasitas fiskal juga akan menurunkan kesenjangan fiskal, karena kesenjangan fiskal merupakan selisih dari total pengeluaran dengan
kapasitas fiskal. Penurunan kesenjangan fiskal akan diikuti oleh penurunan pajak dan retribusi, sehingga PAD pun menurun. Peningkatan bagi hasil SDA sebesar
10 persen akan meningkatkan dana bagi hasil sebesar 5.033 persen, sedangkan peningkatan bagi hasil pajak sebesar 10 persen akan meningkatkan dana bagi hasil
sebesar 5.011 persen. Dampaknya terhadap total penerimaan masing-masing untuk dana bagi hasil SDA dan pajak adalah sebesar 0.498 dan 0.496 persen.
Dampak peningkatan DAU sebesar 10 persen akan meningkatkan penerimaan daerah sebesar 4.762 persen. Peningkatan DAU akan meningkatkan dana
perimbangan, peningkatan dana perimbangan akan meningkatkan pengeluaran sektoral, yang pada akhirnya meningkatkan total pengeluaran. Dampak
peningkatan DAU sebesar 10 persen terhadap pengeluaran pertanian adalah peningkatan pengeluaran tersebut sebesar 2.364 persen. Sedangkan dampaknya
terhadap pengeluaran industri adalah peningkatan sebesar 1.622 persen, untuk pengeluaran infrastruktur dampaknya yaitu 1.806 persen. Dampak peningkatan
DAU sebesar 10 persen terhadap total pengeluaran adalah sebesar 0.183 persen. DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan, tetapi ternyata pemberian DAU kepada daerah belum mampu
menurunkan kesenjangan fiskal. Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa kenaikan DAU akan meningkatkan kesenjangan fiskal sebesar 0.033 persen. Meskipun
belum mampu meratakan kemampuan keuangan antar daerah, DAU telah berhasil menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan. Peningkatan
DAU sebesar 10 persen akan menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan sebesar masing-masing 1.336 dan 0.117 persen. Hal itu terjadi karena
peningkatan DAU akan meningkatkan dana perimbangan, kenaikan dana perimbangan akan menaikkan pengeluaran sektoral, selanjutnya meningkatkan
PDRB sektoral. Peningkatan PDRB sektoral akan meningkatkan PDRB, kemudian meningkatkan PDRB per kapita.
Pertanian merupakan sektor yang berperan sangat penting bagi pembangunan perekonomian nasional karena sektor pertanian merupakan sektor
yang berkaitan erat dengan ketersediaan pangan, sehingga pemerintah harus berperan aktif dalam meningkatkan output sektor tersebut melalui kebijakan
peningkatan alokasi anggaran pertanian. Dalam penelitian ini, simulasi dilakukan dengan meningkatkan pengeluaran pertanian sebesar 10 persen. Kenaikan
pengeluaran pertanian sebesar 10 persen akan meningkatkan PDRB sektor pertanian sebesar 4.112 persen. Sedangkan dampaknya terhadap total PDRB
adalah sebesar 0.762 persen. Peningkatan PDRB sektor pertanian sebesar 4.112 persen akan diikuti oleh penyerapan tenaga kerja sektor pertanian sebesar 3.904
persen, sedangkan dampaknya terhadap total penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 1.705 persen.
Dampak peningkatan pengeluaran pertanian sebesar 10 persen terhadap distribusi pendapatan adalah penurunan ketimpangan distribusi
pendapatan sebesar 0.846 persen, sedangkan dampaknya terhadap kemiskinan adalah penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0.108 persen. Peningkatan
PDRB akibat peningkatan pengeluaran pertanian akan meningkatkan pajak sebesar 0.594 persen, sehingga PAD juga naik, selanjutnya meningkatkan
kapasitas fiskal. Selain itu, peningkatan pengeluaran pertanian akan meningkatkan total pengeluaran sehingga kesenjangan fiskal naik, hal tersebut akan menaikkan
retribusi sebesar 0.168 persen. Kenaikan pengeluaran industri sebesar 100 persen akan meningkatkan
PDRB sektor industri sebesar 45.462 persen. Dampak peningkatan pengeluaran industri sebesar 100 persen terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri
adalah terjadinya penyerapan tenaga kerja sektor ini sebesar 13.132 persen. Dampaknya terhadap total PDRB adalah peningkatan PDRB sebesar 10.719
persen, sedangkan terhadap total penyerapan tenaga kerja adalah peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 1.698 persen. Dampak peningkatan pengeluaran
industri ini begitu besar terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi hal tersebut hanya simulasi, dengan hanya memperhatikan variabel-variabel yang ada dalam sistem
persamaan, tetapi dalam kenyataan tentunya tidak demikian. Karena selain dipengaruhi oleh pengeluaran industri, karakteristik daerah juga menentukan,
misalnya ketersediaan bahan baku, kemampuan pasar dalam menyerap hasil produksi, dan kemampuan sumber daya manusianya. Selain itu tidak semua
daerah di Indonesia bisa dijadikan kawasan industri, penentuannya harus didasarkan pada potensi yang dimiliki daerah. Jadi penentuan suatu daerah
sebagai kawasan bidang tertentu harus memperhatikan potensi daerah tersebut,
misalnya pemerintah sekarang ini berencana mengembangkan Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi, dan lumbung energi nasional; Jawa
sebagai pendorong industri dan jasa nasional; Kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang, dan lumbung energi nasional; Bali dan Nusa
Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional; Sulawesi dan Maluku Utara sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil
pertanian, perkebunan, dan perikanan nasional; Papua dan Maluku sebagai pengolahan sumber daya alam yang melimpah.
Dari hasil pengolahan dapat dikatakan bahwa meskipun sektor industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dibanding sektor
pertanian tetapi dampaknya terhadap proporsi penyerapan tenaga kerja lebih besar dilakukan oleh sektor pertanian daripada sektor industri. Hal ini terjadi karena
karakteristik sektor pertanian yang padat karya, sedangkan sektor industri merupakan sektor yang padat modal. Peningkatan pengeluaran industri sebesar
100 persen akan menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan sebesar 7.114 persen dan kemiskinan sebesar 1.215 persen. Dibandingkan dengan dampak yang
ditimbulkan dari peningkatan pengeluaran pertanian, dampak terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan lebih besar dilakukan oleh peningkatan pengeluaran
industri. Karena peningkatan PDRB per kapita akibat peningkatan pengeluaran industri lebih besar dari pada peningkatan PDRB per kapita akibat peningkatan
pengeluaran pertanian. Kenaikan PDRB akibat kenaikan pengeluaran industri akan menaikkan pajak, kenaikan pajak akan menaikkan PAD, selanjutnya
menaikkan kapasitas fiskal. Kenaikan kapasitas fiskal akan menurunkan kesenjangan fiskal, dan hal itu akan menurunkan retribusi. Meskipun retribusi
turun, tetapi PAD tidak turun, hal itu terjadi karena kenaikan pajak lebih besar daripada penurunan retribusi. Sehingga kapasitas fiskal tetap naik dan dampaknya
terhadap DAU adalah penurunan sebesar 1.503 persen. Kenaikan pengeluaran infrastruktur sebesar 7 persen akan meningkatkan
PDRB sektor jasa sebesar 5.865 persen, yang akan diikuti dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor tersebut sebesar 2.186 persen. Dampaknya
terhadap total PDRB yaitu sebesar 2.12 persen, sedangkan dampaknya terhadap total penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 0.867 persen. Kenaikan pengeluaran
infrastruktur berdampak pada penurunan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan masing-masing sebesar 1.926 dan 0.242 persen. Kenaikan PDRB
akibat kenaikan pengeluaran infrastruktur akan menaikkan pajak, kenaikan pajak akan menaikkan PAD, selanjutnya menaikkan kapasitas fiskal. Kenaikan
kapasitas fiskal akan menurunkan DAU. Berdasarkan uraian di atas maka pengeluaran industri merupakan jenis
pengeluaran yang dapat memberikan dampak terbesar terhadap PDRB. Jenis pengeluaran yang memberikan dampak terbesar kedua setelah pengeluaran
industri adalah pengeluaran infrastruktur, sedangkan pengeluaran pertanian memberikan dampak terkecil terhadap PDRB. Meskipun pengeluaran industri
memberikan dampak terbesar terhadap PDRB tetapi dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja relatif lebih kecil dibandingkan pengeluaran pertanian.
Jika peningkatan PDRB sektor industri sebesar 45.462 persen mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor tersebut sebesar 13.132 persen, atau
kurang lebih 30 persen dari peningkatan PDRB sektor industri, maka proporsi peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian terhadap PDRB sektor
pertanian sekitar 90 persen. Pengeluaran industri juga merupakan jenis pengeluaran yang memberikan dampak terbesar pada penurunan ketimpangan
distribusi pendapatan dan kemiskinan. Dampak berbagai simulasi kebijakan terhadap kinerja fiskal dan ekonomi
provinsi di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa dapat dilihat pada Tabel 25. Untuk provinsi di Jawa kenaikan penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 10
persen akan meningkatkan PAD masing-masing sebesar 6.647 dan 1.748 persen. Sedangkan dampaknya terhadap total penerimaan adalah sebesar masing-masing
0.727 dan 0.191 persen. Peningkatan bagi hasil SDA sebesar 10 persen akan meningkatkan penerimaan dana bagi hasil sebesar 2.477 persen, sedangkan
peningkatan bagi hasil pajak sebesar 10 persen akan meningkatkan dana bagi hasil sebesar 7.525 persen. Sedangkan dampaknya terhadap total penerimaan adalah
kenaikan total penerimaan masing-masing sebesar 0.144 dan 0.438 persen. Peningkatan DAU sebesar 10 persen akan meningkatkan total penerimaan sebesar
4.278 persen. Peningkatan DAU ternyata belum berhasil menurunkan kesenjangan fiskal, hal ini terjadi karena peningkatan DAU akan meningkatkan dana
perimbangan, selanjutnya akan meningkatkan pengeluaran pemerintah daerah. Peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan kebutuhan fiskal,
kesenjangan fiskal merupakan selisih dari kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal. Sehingga jika kebutuhan fiskal meningkat maka kesenjangan fiskal meningkat.
Peningkatan pengeluaran pertanian sebesar 10 persen berdampak pada peningkatan PDRB dan penyerapan tenaga kerja masing-masing sebesar 0.409
dan 0.778 persen. Sedangkan dampaknya terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan adalah penurunan ketimpangan distribusi pendapatan sebesar 0.805
persen dan kemiskinan sebesar 0.042 persen. Peningkatan pengeluaran industri sebesar 100 persen akan meningkatkan PDRB sebesar 8.114 persen dan
penyerapan tenaga kerja sebesar 1.060 persen. Dampaknya terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan adalah penurunan ketimpangan distribusi pendapatan
sebesar 15.383 persen dan penurunan kemiskinan sebesar 0.626 persen. Peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar 7 persen akan
meningkatkan PDRB sebesar 1.663 persen dan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.571 persen. Peningkatan tersebut akan menurunkan ketimpangan distribusi
pendapatan dan kemiskinan masing-masing sebesar 2.1 dan 0.131 persen. Berdasarkan uraian di atas maka provinsi di Pulau Jawa, pengeluaran industri
provinsi merupakan jenis pengeluaran yang memberikan dampak terbesar terhadap PDRB. Tetapi dalam hal penyerapan tenaga kerja, pengeluaran pertanian
memberikan dampak yang lebih besar dari pada pengeluaran industri. Dalam hal distribusi pendapatan, pengeluaran industri memberikan dampak terbesar dalam
penurunan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan. Pada dasarnya dampak peningkatan pajak, retribusi, bagi hasil pajak, bagi
hasil SDA hampir sama dengan dampaknya terhadap rata-rata provinsi di Jawa. Perbedaannya yaitu peningkatan DAU di luar Pulau Jawa akan menurunkan
penerimaan retribusi, sedangkan di Indonesia dan Jawa berdampak sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena kenaikan DAU akan menaikkan dana perimbangan,
yang selanjutnya menaikkan pengeluaran sektoral. Peningkatan pengeluaran sektoral berdampak pada kenaikan kesenjangan fiskal. Kenaikan kesenjangan
fiskal seharusnya menaikkan retribusi, tetapi tidak demikian di luar Jawa, karena penerimaan retribusi dipengaruhi oleh PDRB non pertanian.
Share PDRB pertanian terhadap total PDRB di luar Pulau Jawa 14 sampai 45 persen masih tinggi, sehingga share PDRB non pertanian di luar Pulau
Jawa tidak begitu tinggi sehingga pemerintah daerah sulit menemukan sumber- sumber penerimaan retribusi, sehingga penerimaan retribusi turun.
Peningkatan pengeluaran pertanian sebesar 10 persen akan meningkatkan PDRB sebesar 1.086 persen, hal tersebut akan diikuti dengan peningkatan
penyerapan tenaga kerja sebesar 2.918 persen. Peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar 7 persen akan meningkatkan PDRB sebesar 2,54 persen.
Sedangkan dampaknya terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 1,254 persen. Peningkatan pengeluaran industri sebesar 100 persen akan
meningkatkan PDRB dan pengerapan tenaga kerja masing-masing sebesar 13.114 dan 2.532 persen. Peningkatan PDRB yang cukup besar tersebut dapat terjadi jika
daerah mampu menggunakan semua sumber daya yang dimilikinya secara potensial, baik sumber daya alam maupun manusia. Peningkatan tersebut di luar
Pulau Jawa tidak mudah karena infrastruktur dasar yang tersedia belum memadai. Menurut Menteri Perindustrian, jika akan dilakukan penyebaran pusat industri di
luar Pulau Jawa melalui klaster industri berdasarkan wilayah, maka pembagunan infrastruktur dasar harus dilakukan, misalnya pembangunan jalan, prasarana
pendidikan, dll. Luasnya wilayah kabupaten di luar Pulau Jawa dengan sebaran penduduk yang tidak merata membuat infrastruktur dasar menjadi mahal dan
kurang menguntungkatn secara ekonomis. Sehingga pertumbuhan PDRB sebesar 13.114 sebagai akibat simulasi peningkatan pengeluaran industri sebesar 100
persen sulit tercapai. Peningkatan pengeluaran pertanian sebesar 10 persen berdampak pada
penurunan ketimpangan distribusi pendapatan sebesar 1.157 persen dan penurunan kemiskinan sebesar 0.12 persen. Peningkatan pengeluaran industri
sebesar 100 persen akan menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan sebesar masing-masing 9.46 dan 1.324 persen. Peningkatan
pengeluaran infrastruktur sebesar 7 persen akan menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan sebesar 2.407 dan 0.263 persen.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk provinsi di luar Pulau Jawa pengeluaran yang berdampak paling besar terhadap PDRB adalah pengeluaran industri,
sedangkan pengeluaran yang berdampak paling besar terhadap penyerapan tenaga kerja adalah pengeluaran pertanian. Selain berdampak terbesar terhadap PDRB,
pengeluaran industri juga berdampak paling besar dalam penurunan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan.
Selain simulasi dari sisi penerimaan dan pengeluaran, dalam penelitian ini juga dilakukan simulasi campuran, yaitu gabungan simulasi penerimaan dan
pengeluaran. Simulasi campuran dilakukan dengan meningkatkan DAU sebesar 0.85 persen dan pengeluaran pertanian sebesar 10 persen, meningkatkan DAU
sebesar 0.85 persen dan pengeluaran industri sebesar 100 persen, meningkatkan DAU sebesar 0.85 persen dan pengeluaran infrastruktur sebesar 7 persen. Hasil
simulasi campuran dapat dilihat pada Tabel 26. Peningkatan DAU sebesar 0.85 persen dan pengeluaran pertanian sebesar
10 persen di Indonesia berdampak pada peningkatan PDRB sebesar 0.813 persen dan penyerapan tenaga kerja sebesar 1.723 persen, sedangkan dampaknya pada
kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan yaitu penurunan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan sebesar masing-masing 1.874 persen dan
0.115 persen. Peningkatan DAU sebesar 0.85 persen dan pengeluaran industri sebesar 10 persen di Indonesia berdampak pada peningkatan PDRB sebesar
10.884 persen dan penyerapan tenaga kerja sebesar 1.842 persen. Peningkatan DAU sebesar 0.85 persen dan pengeluaran industri sebesar 10 persen akan
berdampak pada penurunan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan sebesar masing-masing 7.982 persen dan 1.241 persen. Peningkatan DAU sebesar
0.85 persen dan pengeluaran infrastruktur sebesar 7 persen di Indonesia berdampak pada peningkatan PDRB sebesar 2.151 persen dan penyerapan tenaga
kerja sebesar 0.907 persen, selain itu peningkatan DAU sebesar 0.85 persen dan pengeluaran infrastruktur sebesar 7 persen akan menurunkan ketimpangan
distribusi pendapatan dan kemiskinan sebesar masing-masing 2.4 persen dan 0.247 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan DAU dan
pengeluaran industri secara bersama-sama akan menimbulkan dampak yang paling besar terhadap peningkatan PDRB, penurunan kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah di Indonesia, sedangkan peningkatan DAU dan pengeluaran pertanian secara bersama-sama akan
menimbulkan dampak yang paling besar terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja. Dampak peningkatan DAU dan pengeluaran industri secara bersama-sama
di Jawa dan Luar Jawa terhadap peningkatan PDRB, penurunan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan juga paling besar diantara dampak peningkatan
DAU dan peningkatan pengeluaran pertanian, dan peningkatan DAU dan peningkatan pengeluaran infrastruktur.
Tabel 26 Dampak Simulasi Kebijakan Campuran terhadap Kinerja Fiskal dan Ekonomi di Indonesia, Jawa, dan Luar Jawa Tahun 2005-2009
Variabel Skenario
9 10
11 9
10 11
9 10
11 Indonesia
Jawa Luar Jawa
Pajak 0.627
6.650 1.417
0.367 5.422
1.195 0.849
7.703 1.607
Retribusi 0.166
-0.950 -0.002
0.101 -0.262
0.072 0.245
-1.805 -0.093
Bagi hasil SDA 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
Bagi hasil pajak 0.993
10.838 2.116
0.202 2.896
0.596 1.329
14.215 2.762
DAU 0.850
0.850 0.850
0.850 0.850
0.850 0.850
0.850 0.850
PAD 0.438
4.255 0.936
0.266 3.613
0.819 0.580
4.786 1.032
Dana bagi hasil 0.498
5.431 1.060
0.152 2.179
0.448 0.583
6.237 1.212
Dana perimbangan 0.686
2.029 0.839
0.651 1.052
0.710 0.699
2.398 0.888
Total penerimaan 0.553
2.082 0.737
0.428 1.329
0.572 0.618
2.467 0.821
Pengeluaran pertanian 10.000
0.984 0.356
10.000 0.789
0.355 10.000
1.053 0.356
Pengeluaran industri 0.311
100.000 0.524
0.228 100.000
0.484 0.358
100.000 0.546
Pengeluaran infrastruktur 0.226
0.958 7.000
0.158 0.628
7.000 0.267
1.156 7.000
Total pengeluaran 0.397
0.397 0.351
0.304 0.394
0.385 0.445
0.399 0.333
Kapasitas Fiskal 0.471
4.918 1.006
0.225 3.094
0.685 0.582
5.734 1.150
Kesenjangan Fiskal 0.357
-2.051 -0.004
0.342 -0.883
0.244 0.366
-2.691 -0.139
PDRB sektor pertanian 4.112
0.405 0.146
2.296 0.181
0.082 5.678
0.598 0.202
PDRB sektor industri 0.141
45.462 0.238
0.058 25.437
0.123 0.297
82.827 0.453
PDRB sektor jasa 0.189
0.803 5.865
0.087 0.345
3.842 0.328
1.420 8.595
PDRB 0.813
10.884 2.151
0.440 8.187
1.679 1.155
13.362 2.585
PDRB perkapita 1.419
15.495 3.025
0.726 10.430
2.146 1.513
16.175 3.143
Tenaga kerja pertanian 3.904
0.384 0.139
1.965 0.155
0.070 5.953
0.627 0.212
Tenaga kerja industri 0.041
13.132 0.069
0.015 6.789
0.033 0.101
28.260 0.154
Tenaga kerja jasa 0.071
0.299 2.186
0.032 0.128
1.424 0.123
0.533 3.228
Total tenaga kerja 1.723
1.842 0.907
1.416 1.416
1.416 2.947
2.794 1.323
Distribusi Pendapatan -1.874
-7.982 -2.400
-1.343 -7.484
-1.872 -10.357
-2.703 -2.150
Kemiskinan -0.115
-1.241 -0.247
-0.044 -0.634
-0.133 -0.128
-1.354 -0.268
Sumber: Hasil Pengolahan Ket.
: Skenario 9 = peningkatan DAU 0.85 dan pengeluaran pertanian 10 Skenario 10= peningkatan DAU 0.85 dan pengeluaran industri 100
Skenario 11= peningkatan DAU 0.85 dan pengeluaran infrastruktur 7
Halaman ini sengaja dikosongkan
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap penerimaan pajak adalah
PDRB, kesenjangan fiskal, dan jumlah penduduk. Semua faktor tersebut berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi penerimaan retribusi yaitu PDRB sektor non pertanian, kesenjangan fiskal, dan jumlah penduduk. Faktor-faktor tersebut berpengaruh
positif terhadap penerimaan retribusi. 2. Faktor yang mempengaruhi bagi hasil SDA adalah PDRB pertambangan dan
penggalian, PDRB pertambangan dan penggalian berpengaruh nyata positif terhadap bagi hasil SDA. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil pajak
adalah PDRB per kapita dan investasi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi DAU secara nyata adalah kapasitas fiskal,
total pengeluaran, luas wilayah, dan jumlah penduduk. Selain kapasitas fiskal, semua faktor berpengaruh positif terhadap DAU.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah menurut sektor yaitu PDRB masing-masing sektor, PAD, dana perimbangan, dan pengeluaran
pemerintah menurut sektor tahun sebelumnya. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sektoral yaitu pengeluaran
pemerintah menurut sektor, tenaga kerja sektoral, dan investasi. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja sektoral yaitu PDRB sektoral
dan tenaga kerja sektoral lain. 7. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap persentase penduduk miskin
adalah PDRB per kapita, garis kemiskinan, trend, dan lag persentase penduduk miskin.
8. Peningkatan pajak, retribusi, bagi hasil SDA, bagi hasil pajak, dan DAU berdampak positif pada peningkatan penerimaan pemerintah, dan selanjutnya
berdampak positif juga terhadap pengeluaran pemerintah. 9. Peningkatan pengeluaran pertanian, industri, dan infrastruktur berdampak
positif pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja
dan berdampak negatif pada ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia.
10. Peningkatan pengeluaran industri berdampak paling besar terhadap peningkatan PDRB, dan penurunan ketimpangan distribusi pendapatan dan
kemiskinan provinsi-provinsi di Indonesia, Pulau Jawa, dan luar Jawa, begitu juga peningkatan DAU yang diikuti peningkatan pengeluaran industri.
11. Peningkatan pengeluaran pertanian berdampak paling besar terhadap penyerapan tenaga kerja provinsi-provinsi di Indonesia, Pulau Jawa, dan luar
Jawa, begitu juga peningkatan DAU yang diikuti peningkatan pengeluaran pertanian.