Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

sebelumnya. Realokasi pengeluaran rutin ke pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan infrastruktur berdampak besar dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Siregar dan Sukwika meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja sektoral menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 1998-2001. Metode yang digunakan adalah 2SLS. Hasilnya faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja terdidik di sektor jasa adalah upah pekerja sektor jasa, investasi sektor jasa, pengangguran terdidik, dan pendapatan regional sektor jasa.

2.12.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan dan Ketimpangan

Rindayati 2009 meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Jawa Barat periode 1995-2005. Metode yang digunakan adalah 2SLS. Hasilnya faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Jawa Barat antara lain pengeluaran kesehatan per penduduk miskin, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk. Usman 2006 meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan menggunakan pendekatan ekonometrika yang terdiri dari 17 persamaan struktural dan 8 persamaan identitas. Studi ini menggunakan data time series tahun 1995-2003 dan data cross section dari 26 provinsi di Indonesia. Penelitian ini menemukan desentralisasi fiskal teridentifikasi dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan yaitu konsumsi per populasi, selisih garis kemiskinan provinsi dengan nasional, dan DAU per populasi. Nanga 2006 meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan sistem persamaan simultan yang terdiri dari 20 persamaan struktural dan 7 persamaan identitas. Hasilnya adalah kemiskinan dipengaruhi oleh ketimpangan pendapatan yang ditunjukkan oleh berbagai ukuran kemiskinan yang memiliki hubungan yang responsif atau elastis terhadap perubahan indeks Gini, selain itu kemiskinan dipengaruhi oleh garis kemiskinan dan pendapatan per kapita. Niehues 2010 meneliti pengaruh kebijakan pemerintah di bidang pengeluaran sosial terhadap pengurangan ketimpangan pendapatan di negara- negara Eropa tahun 1993 sampai dengan 2007. Metode yang digunakan adalah General Method of Moment GMM. Data yang digunakan adalah koefisien GINI, pengeluaran pemerintah untuk sosial, pengangguran, kesehatan, perumahan, PDB per kapita, rata-rata lama hidup, rasio ketergantungan, penduduk yang berpendidikan tinggi, kepadatan penduduk. Hasil dari penelitiannya adalah semakin besar belanja pemerintah untuk sosial akan menurunkan tingkat ketimpangan pendapatan. Roine 2009 meneliti penentu ketimpangan pendapatan di 16 negara selama periode abad dua puluh. Roine mengelompokkan penerima pendapatan ke dalam tiga golongan, yaitu kelas kaya, kelas menengah, dan sisanya. Variabel yang digunakan adalah pengeluaran pemerintah pusat, tingkat pajak marjinal, PDB per kapita, dan populasi. Metode yang digunakan adalah First Differenced Generalized Least Square FDGLS dan Dynamic First Differences DFD. Hasilnya pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif terhadap pendapatan kelas menengah, dan berpengaruh positif terhadap penduduk miskin. Pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan kelompok kaya.

2.13 Kerangka Pemikiran

Diagram alur kerangka pemikiran dari Dampak Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5. Pemerintah mempunyai peran terhadap kinerja sektor riil melalui konsumsi dan investasi langsung maupun melalui multiplier effect dan stimulasi kepada pelaku ekonomi. Peranan pemerintah melalui kebijakan fiskal antara lain melalui alokasi pengeluaran antar urusan. Melalui kebijakan pemerintah dalam mendorong sektor riil, diharapkan tercapainya target pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, distribusi pendapatan, dan kemiskinan. Pemerintah telah memberlakukan UU No. 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan