Setelah Reformasi Anggaran Pengeluaran Pemerintah di Indonesia

3. Semua “belanja lain-lain” yang tersebar di banyak komponen anggaran belanja pusat disatukan satu dalam “belanja lain-lain”. 4. Belanja modal dirubah menjadi format baru dan dibagi ke dalam semua jenis belanja. Tabel 1 Perbedaan antara Format APBN Lama dan APBN Baru Format Lama Format Baru Klasifikasi Organisasi Tidak dimasukkan dalam Nota Keuangan dan UU APBN, hanya diatur dalam Keppres Klasifikasi Organisasi Daftar pengguna anggaran, termasuk dalam Nota Keuangan dan UU APBN.Daftar itu sama dengan KementrianLembaga KL yang ada Klasifikasi Sektoral Terdiri dari 20 sektor dan 50 subsektor; Program di break-down dari subsektor; Nama program antara belanja rutin dan belanja modal berbeda Klasifikasi Fungsional Terdiri dari 11 fungsi dan 79 subfungsi; Program di tiap KL akan dikumpulkan sesuai fungsinya; Nama program berdasarkan unified budget Klasifikasi Ekonomi Dual Budgeting ; Belanja Negara terdiri dari 6 item termasuk belanja modal Klasifikasi Ekonomi Unified Budgeting ; Belanja Negara terdiri dari 8 item Basis Alokasi Sektor, subsektor, dan program Basis Alokasi Alokasi berdasarkan pada program masing-masing KL Sumber: Badan Analisa Fiskal, 2005

2.4.3 Klasifikasi Anggaran Baru

Berdasarkan UU no. 172003 Bab III tentang Penyusunan dan Penetapan APBN pasal 11 ayat 5 dinyatakan bahwa: “Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja”. Dan sesuai pasal 15 ayat 5 dinyatakan bahwa: APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan Unit Organisasi, Fungsi, Program, Kegiatan dan Jenis Belanja. Berdasarkan penjelasan pasal 11 ayat 5 UU No. 172003, disebutkan bahwa rincian belanja Negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan Kementrian NegaraLembaga pemerintahan pusat yang disebut Bagian Anggaran

1. Klasifikasi Organisasi

BA, terdiri dari 58 Kementrian Negara Lembaga. Dalam masing-masing kementrian Negaralembaga dibagi dalam eselon I yang bertanggung jawab terhadap suatu pelaksanaan suatu program, unit eselon II dan unit eselon III yang bertanggung jawab terhadap suatu pelaksanaan kegiatan pendukung program. Pelaksanaan, monitoring dan pelaporan anggaran akan terjadi suatu sinergi yang positif apabila ada sinkronisasi antara struktur program dan kegiatan dengan struktur organisasinya. Tanggung jawab dan kewenangan akan lebih jelas bagi para manajer apabila dalam suatu unit organisasi walaupun tetap akan ada sedikit kesulitan apabila program dimaksud dilaksanakan secara lintas unit organisasi dan lintas kementrian Negara lembaga. Bagian Anggaran merupakan klasifikasi anggaran berdasarkan organisasi antara lain menurut kementrian lembaga. Klasifikasi belanja menurut fungsi berdasarkan urusan pemerintahan disesuaikan menurut kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah

2. Klasifikasi Fungsional

Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Penerapan klasifikasi fungsional mendukung performance-based budgeting dengan memberikan evaluasi kinerjanya. Tidak seperti klasifikasi sektoral yang cenderung mengalokasikan kepada sektor tertentu, klasifikasi fungsional lebih menekankan fungsi yang dilakukan pemerintah sehingga stakeholder dapat mengukur tingkat keberhasilan pemerintah. Klasifikasi fungsi dan subfungsi hanya akan digunakan sebagai alat analisis, sedangkan anggaran pengeluarannya disiapkan berdasarkan program-program yang telah diajukan oleh tiap Kementrian Negara Lembaga. Seperti disebutkan di atas, penerapan klasifikasi fungsi oleh pemerintah mengacu pada GFS yang diperkenalkan oleh IMF seperti yang disebutkan dalam manual GFS dimana fungsi pemerintahan di breakdown ke dalam 10 fungsi COFOG. Namun dalam pelaksanaan di Indonesia, pemerintah hanya mengadopsinya menjadi 11 fungsi dan 79 subfungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain: pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.