37
B.  Prinsip Etika Bisnis
Perubahan  perdagangan  dunia  menuntut  segera  dibenahinya  etika  bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh?
Di  dalam  bisnis  tidak  jarang  berlaku  konsep  tujuan  menghalalkan  segala  cara. Bahkan, tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan.
Kalau  sudah  demikian,  pengusaha  yang  menjadi  pengerak  motor  perekonomian akan berubah menjadi ‗binatang‘ ekonomi. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia
bisnis  tampaknya  tidak  menampakan  kecenderungan  tetapi  sebaliknya,  makin  hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan
masyarakat,  tidak  memperhatikan  sumber  daya  alam  maupun  tindakan  kolusi  dan
suap merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada  pada  masyarakat.  Tata  hubungan  bisnis  dan  masyarakat  yang  tidak  bisa
dipisahkan  itu  membawa  serta  etika-etika  tertentu  dalam  kegiatan  bisnisnya,  baik etika  itu  antara  sesama  pelaku  bisnis  maupun  etika  bisnis  terhadap  masyarakat
dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan  memetakan  pola  hubungan  dalam  bisnis  seperti  itu  dapat  dilihat
bahwa prinsip-prinsip  etika  bisnis  terwujud  dalam satu  pola  hubungan  yang bersifat interaktif.  Hubungan  ini  tidak  hanya  dalam  satu  negara,  tetapi  meliputi  berbagai
negara  yang  terintegrasi  dalam hubungan  perdagangan  dunia  yang  nuansanya  kini telah  berubah.  Perubahan  nuansa  perkembangan  dunia  itu  menuntut  segera
dibenahinya  etika  bisnis.  Pasalnya,  kondisi  hukum  yang  melingkupi  dunia  usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan di bidang ekonomi.
Untuk mengatasi ‗keliaran‘ dunia bisnis tersebut, diperlukan suatu etika yang berfungsi sebagai pagar pembatas. Etika bisnis memiliki peran yang sangat penting
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki kemampuan untuk menciptakan nilai value creation yang tinggi pula.
Von  der  Embse  dan  R.A.  Wagley  dalam  publikasi  yang  berjudul  Management Journal  pada  tahun  1988  mengungkapkan  bahwa  pada  dasarnya  terdapat  tiga
pendekatan dalam merumuskan prinsip etika bisnis, yaitu: 1.  Pendekatan Utilitarian Utilitarian Approach
Menurut pendekatan ini, setiap tindakan dalam dunia bisnis harus didasarkan pada  konsekuensi  yang  ditimbulkan  oleh  tindakan  tersebut.  Oleh  karena  itu,  dalam
38 bertindak, seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi  manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya yang serendah-rendahnya.
2.  Pendekatan Hak Individu Individual Rights Approach Menurut  pendekatan  ini,  setiap  orang  dalam  tindakan  dan  kelakuannya
memiliki  hak  dasar  yang  harus  dihormati.  Namun,  tindakan  ataupun  tingkah  laku tersebut  harus  dihindari  apabila  diperkirakan  akan  menyebabkan  terjadi  benturan
dengan hak orang lain. 3.  Pendekatan Keadilan Justice Approach
Menurut  pendekatan  ini,  para  pembuat  keputusan  mempunyai  kedudukan yang sama dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, baik
secara perseorangan maupun secara kelompok. Standar  moral  merupakan  tolok  ukur  etika  bisnis.  Dimensi  etik  merupakan  dasar
kajian  dalam  pengambilan  keputusan.  Etika  bisnis  cenderung  berfokus  pada  etika terapan  daripada  etika  normatif.  Dua  prinsip  yang  dapat  digunakan  sebagai  acuan
dimensi etik dalam pengambilan keputusan, yaitu: Prinsip konsekuensi Principle of Consequentialist
a.  Adalah konsep etika yang berfokus pada konsekuensi pengambilan keputusan. Artinya  keputusan  dinilai  etik  atau  tidak  berdasarkan  konsekuensi  dampak
keputusan tersebut. b.  Prinsip tidak konsekuensi Principle of Nonconsequentialist
Adalah  terdiri  dari  rangkaian  peraturan  yang  digunakan  sebagai
petunjukpanduan  pengambilan  keputusan  etik  dan  berdasarkan  alas  an  bukan akibat, antara lain:
1  Prinsip  Hak,  yaitu  menjamin  hak  asasi  manusia  yang berhubungan dengan
kewajiban untuk tidak saling melanggar hak orang lain.
2  Prinsip  Keadilan,  yaitu  keadilan  yang  biasanya  terkait  dengan  isu  hak,
kejujuran,dan kesamaan. Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
a.  Keadilan  distributive,  yaitu  keadilan  yang  sifatnya  menyeimbangkan
alokasi  benefit  dan  beban  antar  anggota  kelompok  sesuai  dengan kontribusi  tenaga  dan  pikirannya  terhadap  benefit.  Benefit  terdiri  dari
39 pendapatan,  pekerjaan,  kesejahteraan,  pendidikan  dan  waktu  luang.
Beban terdiri dari tugas kerja, pajak dan kewajiban social.
b.  Keadilan  retributive,    yaitu  keadilan  yang  terkait  dengan  retribution
ganti  rugi  dan  hukuman  atas  kesalahan  tindakan.  Seseorang bertanggungjawab atas konsekuensi negatif atas tindakan yang dilakukan
kecuali tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak lain.
c.  Keadilan  kompensatoris,  yaitu  keadilan  yang  terkait  dengan
kompensasi  bagi  pihak  yang dirugikan.  Kompensasi  yang  diterima  dapat berupa  perlakuan  medis,  pelayanan  dan  barang  penebus  kerugian.
Masalah  terjadi  apabila  kompensasi  tidak  dapat  menebus  kerugian, misalnya kehilangan nyawa manusia.
Sementara  itu,  menurut  Muslich  1998  :  31-33  prinsip-prinsip  etika  bisnis terdiri dari:
a.  Prinsip Otonomi Prinsip  otonomi  memandang  bahwa  perusahaan  secara  bebas  memiliki
wewenang  sesuai  dengan  bidang  yang  dilakukan  dan  pelaksanaannya  sesuai dengan  visi  dan  misi  yang  dimilikinya.  Kebijakan  yang  diambil  perusahaan  harus
diarahkan  untuk  pengembangan  visi  dan  misi  perusahaan  yang  berorientasi  pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
b.  Prinsip Kejujuran Kejujuran  merupakan  nilai  yang  paling  mendasar  dalam  mendukung
keberhasilan suatu perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal  maupun  eksternal  perusahaan.  Jika  prinsip  kejujuran  ini  dapat  dipegang
teguh  oleh  perusahaan,  maka  akan  dapat  meningkatkan  kepercayaan  dari lingkungan perusahaan tersebut.
c.  Prinsip Tidak Berniat Jahat Prinsip  ini  memiliki  hubungan  erat  dengan  prinsip  kejujuran.  Penerapan
prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu. d.  Prinsip Keadilan
Perusahaan  harus  bersikap  adil  kepada  pihak-pihak  yang  terkait  dengan sistem  bisnis.  Contohnya,  upah  yang  adil  kepada  karyawan  sesuai  kontribusinya,
pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain.
40 e.  Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri
Perlunya  menjaga  citra  baik  perusahaan  tersebut  melalui  prinsip  kejujuran, tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.
Tidak jauh berbeda dengan Muslich, Adiwarman Karim merumuskan prinsip- prinsip etika yang harus dianut dalam dunia bisnis. Prinsip-prinsip itu terdiri dari:
a.  Kejujuran Banyak  orang  beranggapan  bahwa    bisnis  merupakan  kegiatan  tipu-menipu
demi  mendapatkan  keuntungan.  Hal  ini  jelas  keliru.  Sesungguhnya  kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan berbisnis bahkan termasuk unsur penting
untuk bertahan di tengah persaingan bisnis. b.  Keadilan
Perlakukanlah  setiap  orang  sesuai  dengan  haknya.  Misalnya,  berikan  upah kepada  karyawan  sesuai  standar  yang ada  serta janganlah  pelit  untuk  memberikan
bonus  saat  perusahaan  mendapatkan  keuntungan  lebih.  Terapkan  juga  keadilan saat menentukan harga, misalnya dengan tidak mengambil untung yang merugikan
konsumen. c.  Rendah Hati
Jangan lakukan
bisnis dengan
kesombongan. Misalnya,
dalam mempromosikan  produk  dengan  cara  berlebihan,  apalagi  sampai  menjatuhkan
produk  pesaing,  entah  melalui  gambar  maupun  tulisan.  Pada  akhirnya,  konsumen memiliki  kemampuan  untuk  melakukan  penilaian  atas  kredibilitas  sebuah  produk
jasa.  Apalagi,  tidak  sedikit  masyarakat  yang  percaya  bahwa  sesuatu  yang  terlihat atau terdengar terlalu sempurna pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.
d.  Simpatik Kelolalah  emosi.  Tampilkan  wajah  ramah  dan  simpatik.  Bukan  hanya  di
depan  klien  atau  konsumen  anda,  tetapi  juga  di  hadapan  orang-orang  yang mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain-lain.
e.  Kecerdasan Diperlukan  kecerdasan  atau  kepandaian  untuk  menjalankan  strategi  bisnis
sesuai  dengan  ketentuan-ketentuan  yang  berlaku  sehingga  menghasilkan keuntungan  yang  memadai.  Dengan  kecerdasan  pula  seorang  pebisnis  mampu
mewaspadai  dan  menghindari  berbagai  macam  bentuk  kejahatan  non-etis  yang mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.
41 f.  Lakukan dengan Cara yang Baik, Lebih Baik, atau Dipandang Baik
Sebagai  pebisnis,  anda  jangan  mematok  diri  pada  aturan-aturan  yang berlaku.  Perhatikan  juga  norma,  budaya  atau  agama  di  tempat  anda  membuka
bisnis.  Suatu  cara  yang  dianggap  baik  di  suatu  negara  atau  daerah,  belum  tentu cocok dan sesuai untuk di terapkan di negara atau daerah lain. Hal ini penting kalau
ingin usaha berjalan tanpa ada gangguan. Selain berbagai prinsip-prinsip etika bisnis tersebut, terdapat beberapa hal pokok
yang  harus  selalu  dipegang  teguh  dalam  rangka  menciptakan  praktik  bisnis  yang beretika,  baik  oleh  kalangan  pengusaha  sendiri  sebagai  pelaku  utama  dunia  bisnis
maupun oleh pemerintah itu sendiri. Hal-hal pokok tersebut antara lain: 1.  Pengendalian Diri
Artinya,  pelaku-pelaku  bisnis  mampu  mengendalikan  diri  mereka  masing- masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Di
samping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau
keuntungan  yang  diperoleh  merupakan  hak  bagi  pelaku  bisnis,  tetapi penggunaannya  juga  harus  memperhatikan  kondisi  masyarakat  sekitarnya.  Inilah
etika bisnis yang ‗etik‘. 2.  Pengembangan Tanggung Jawab Sosial Social Responsibility
Pelaku bisnis di sini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk ‗uang‘ dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks  lagi.  Artinya,  sebagai  contoh kesempatan  yang  dimiliki  oleh  pelaku bisnis
untuk  menjual  pada  tingkat  harga  yang  tinggi  sewaktu  terjadinya  excess  demand harus  menjadi  perhatian  dan  kepedulian  bagi  pelaku  bisnis  dengan  tidak
memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam  keadaan  excess  demand  pelaku  bisnis  harus  mampu  mengembangkan  dan
memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab  sosial  bisa  dalam  bentuk  kepedulian  terhadap  masyarakat  di  sekitarnya,
terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll. 3.  Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan  informasi  dan  teknologi  adalah  salah  satu  usaha  menciptakan  etika
bisnis. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan
42 teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan
kepedulian  bagi  golongan  yang  lemah  dan  tidak  kehilangan  budaya  yang  dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
4.  Menciptakan Persaingan yang Sehat Persaingan  dalam  dunia  bisnis  perlu  untuk  meningkatkan  efisiensi  dan
kualitas,  tetapi  persaingan  tersebut  tidak  mematikan  yang  lemah,  dan  sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah
ke  bawah,  sehingga  dengan  perkembangannya  perusahaan  besar  mampu memberikan  spread  effect  terhadap  perkembangan  sekitarnya.  Untuk  itu,  dalam
menciptakan  persaingan  perlu  ada  kekuatan-kekuatan  yang  seimbang  dalam  dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan Konsep ‗Pembangunan Berkelanjutan‘
Dunia  bisnis  seharusnya  tidak  memikirkan  keuntungan  hanya  pada  saat sekarang  tetapi  perlu  memikirkan  bagaimana  dengan  keadaan  di  masa  datang.
Berdasarkan  ini  jelas  pelaku  bisnis  dituntut  tidak  mengeksploitasi  lingkungan  dan keadaan  saat  sekarang  semaksimal  mungkin  tanpa mempertimbangkan  lingkungan
dan keadaan di masa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
6.  Menghindari Sifat 5K Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi Jika  pelaku  bisnis  sudah  mampu  menghindari  sikap  seperti  ini,  kita  yakin
tidak  akan  terjadi  lagi  apa  yang  dinamakan  dengan  korupsi,  manipulasi  dan  segala bentuk  permainan  curang  dalam  dunia  bisnis  ataupun  berbagai  kasus  yang
mencemarkan nama bangsa dan negara. 7.  Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya,  kalau  pelaku  bisnis  itu  memang  tidak  wajar  untuk  menerima  kredit sebagai  contoh  karena  persyaratan  tidak  bisa  dipenuhi,  jangan  menggunakan
‗katabelece‘  dari  ‗koneksi‘  serta  melakukan  ‗kongkalikong‘  dengan data  yang  salah juga  jangan  memaksa  diri  untuk  mengadakan  ‗kolusi‘  serta  memberikan  ‗komisi‘
kepada pihak yang terkait.
8.  Menumbuhkan Sikap Saling Percaya Antar Golongan Pengusaha Untuk  menciptakan  kondisi  bisnis  yang  kondusif  harus  ada  sikap  saling
percaya  trust  antara  golongan  pengusaha  kuat  dengan  golongan  pengusaha lemah,  sehingga  pengusaha  lemah  mampu  berkembang  bersama  dengan
43 pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang  selama ini kepercayaan itu
hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia
bisnis. 9.  Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan Main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila  setiap  orang  tidak  mau  konsekuen  dan  konsisten  dengan  etika  tersebut.
Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada ‗oknum‘, baik  pengusaha  sendiri  maupun  pihak  yang  lain  mencoba  untuk  melakukan
‗kecurangan‘  demi  kepentingan  pribadi,  jelas  semua  konsep  etika  bisnis  itu  akan ‗gugur‘ satu semi satu.
10. Memelihara Kesepakakatan
Memelihara  kesepakatan  atau  menumbuhkembangkan  kesadaran  dan  rasa memiliki  terhadap  apa  yang  telah  disepakati  adalah  salah  satu  usaha  menciptakan
etika  bisnis.  Jika  etika  ini  telah  dimiliki  oleh  semua  pihak,  jelas  semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
11. Menuangkannya ke Dalam Hukum Positif Perlunya  sebagian  etika  bisnis  dituangkan  dalam  suatu  hukum  positif  yang
menjadi  Peraturan  Perundang-Undangan  dimaksudkan  untuk  menjamin  kepastian hukum  dari  etika  bisnis  tersebut,  seperti  ‗proteksi‘  terhadap  pengusaha  lemah.
Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat  sekarang ini sudah
dirasakan  dan  sangat  diharapkan  semua  pihak  apalagi  dengan  semakin  pesatnya perkembangan  globalisasi  dimuka  bumi  ini.  Dengan  adanya  moral  dan  etika  dalam
dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi.
C.  Isu-isu etika bisnis