Hakikat Profesionalisme Pelayanan Publik

1. Secara pribadi pegawai dan pejabat bebas, tetapi tidak bebas menggunakan jabatan posisi untuk kepentingan pribadi; 2. Jabatan disusun secara hirarki dari atas, bawah,dan samping, sehingga jelas perbedaan kekuasaannya; 3. Tupoksi masing-masing jabatan dalam hirarki secara spesifik berbeda  spesialisasi 4. Para pejabat diangkat dengan suatu kontrak  urjab, tugas, kewenangan 5. Pejabat diangkat karena profesional 6. Setiap pejabat memperoleh gaji dan pensiun 7. Struktur pengembangan karir dan promo berdasarkan senioritas dan merit sistem 8. Pejabat tidak boleh menggunakan jabatan dan sumber daya untuk kepentingan pribadi dan keluarga 9. Tiap pejabt berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang dijalankan secara disiplin Sumber-sumber nilai dan panduan perilaku pelayanan publik 1. Nilai-nilai tertinggi yang harus diacu oleh aparatur pelayanan publik birokrasi adalah : nilai-nilai yang bersumber dari pancasila dasar negara, UUD 1945 konstitusi dan nilai- nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat; 2. Aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah : PP no. 42 th 2004 pembinaan jiwa korps dan kode etik pns, uu no. 8 th 1974 jo uu no. 43 th 1999 pokok-pokok kepegawaian, dan PP no. 30 th 1980 peraturan disiplin pns

3. Panca prasetya korpri

A. Hakikat Profesionalisme Pelayanan Publik

Pegawai negeri atau birokrasi pelayanan publik secara umum tidak dikategorikan sebagai suatu profesi. Namun, pegawai negeri juga dituntut profesionalismenya, bahkan dalam beberapa segi mengemban kewajiban profesional yang jauh lebih tinggi, utamanya karena tuntutan pengabdian kepada publik yang sangat tinggi, yang mengharuskan pegawai negeri mendahulukan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi, menjalankan tugas betapapun kesulitan dan risiko yang dihadapi tanpa pamrih. Birokrasi pelayanan publik yang ideal harus ditunjang oleh keunggulan teknis dan keunggulan rtis moralitas.Profesionalisme digunakan untuk merujuk kepada kompetensi teknis yang diperlukan agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan hasil berstandar tinggi.Sementara itu, etika lazimnya digunakan untuk merujuk kualifikasi perilaku moral moralitas. Dalam menjalankan peran sebagai jembatan antara kepentingan Negara dan kepentingan warga Negara, profesionalisme di lingkungan birokrasi menuntut adanya loyalitas secara penuh kepada pemerintah dan pengabdian penuh dalam menjalankan urusan publik, memenuhi kepentingan warga Negara. Mereka yang berkarir di lingkungan pelayanan publik atau birokrasi pemerintahan diharapkan untuk: a. mempelajari dan menguasai pekerjaan mereka dibidang administrasi publik; b. menjadi pakar di bidang spesialisai yang mereka pilih; c. menjadi teladan dalam perilaku; d. memelihara pengetahuan dan keterampilan pada tingkat yang tinggi, menghindari benturan kepentingan dengan menempatkan nilai pengabdian kepada kepentingan publik diatas kepentingan pribadi; e. mendisiplinkan pelaku kesalahan dan anggota lainnya yang diyakini merusak reputasi profesi; f. mengungkapkan kecurangan dan malpraktik; dan g. secara unum meningkatkan kemampuan mereka melalui berbagai upaya pengembangan diri, termasuk penelitian, percobaan, dan inovasi. Profesionalisme pelayanan publik bukan lagi sekedar pekerjaan atau jabatan lain. Pelayanan publik adalah profesi menantang yang memerlukan komitmen tinggi untuk melayani publik, memenuhi kepentingan publik dan menghindari godaan untuk mendahulukan kepentingan pribadi daripada tugas, mengutamakan kewajiban dan tanggung jawab untuk memenuhi kepentingan publik. Publik adalah ―majikan‖ yang ―keras‖, dan secara khusus bukanlah ―majikan‖ yang senang atau mudah memberikan imbalan. Profesionalisme di lingkungan pelayanan publik tidak mungkin menikmati kelimpahruahan seperti rekan mereka di sector swasta, karena gaji yang kompetitif sekalipun dianggap hanya menghamburkan uang Negara. Dewasa ini para ―profesional‖ dalam pelayanan publik menghadapi begitu banyaj tuntutan yang saling berbenturan, sehingga mereka harus menyusun prioritas dan memilih nilai-nilai mana yang harus digunakan. Nilai-nilai profesionalisme yang menjadi acuan perilaku dalam pelayanan publik meliputi: a. memberikan manfaat publik. Profesional pada organisasi publik tidak bekerja sepenuhnya untuk memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri tapi juga untuk tujuan sosial. Lebih dari itu, seorang profesional pada pelayanan publik harus berusaha menjauhkan diri dari tindakan yang merugikan dan harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal, seperti kemanusiaan dan HAM. a Menegakkan aturan hukum. Ketidakpastian dan ketidakandalan merusak kredibilitas pemerintah dan kesewenang- wenangan mengundang berbagai tindak kejahatan seperti penyalahgunaan kekuasaan, diskriminasi dan korupsi.Aturan hukum memberikan perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan jabatan, dan ini merupakan prinsip pertama pemerintahan yang demokratis. b Menjamin adanya tanggung jawab dan akuntabilitas publik. Dalam lingkungan pelayanan publik, para pelaku betanggung jawab baik terhadap apa yang mereka kerjakan maupun terhadap apa yang seharusnya mereka kerjakan tetapi tidak atau gagal mereka kerjakan. Mereka bertindak bukan untuk kepentingan diri mereka sendiri tetapi untuk kepentingan publik secara keseluruhan.Nilai-nilai ini menuntut pegawai negeri untuk menjadi pelindung kepentingan publik, bersikap jujur, selalu memutakhirkan informasi, dan tanggap. c Menjadi teladan. Profesional dalam pelayanan publik berarti memiliki komitmen terhadap cita-cita pengabdian kepada publik, pelaksana yang baik, memajukan kepentingan publik, dan memperbaiki kondisi kehidupan tanpa mengharapkan imbalan.Selain itu, harus siap untuk dipersalahkan atau tidak dihargai walaupun kemudian terbukti bertindak benar. d Meningkatkan kinerja. Profesional dalam pelayanan publik harus selalu meningkatkan kinerja mereka dalam berbagai bidang tanggung jawab mereka. e Memajukan demokrasi. Profesional di lingkungan pelayanan publik harus mengadopsi sejumlah nilai baru yang beberapa di antaranya mungkin berbenturan dan memerlukan prioritisasi.

B. Dilema dalam beretika