Membentuk Pribadi Anti Korupsi

Berdasarkan penjelasan Pasal 12B, ayat 1, UU No.202001 tentang Perubahan atas UU No. 31 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat discount, komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. Sebuah tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi unsur sebagai berikut. 1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara; 2 Menerima gratifikasi; 3 Yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya; 4 Penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan pada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi. Tindak korupsi jenis ini dijelaskan dalam Pasal 12B UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 dan Pasal 12C UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

c. Membentuk Pribadi Anti Korupsi

Pendidikan antikorupsi adalah perpaduan pendidikan nilai dan karakter. Sebuah karakter yang dibangun di atas landasan kejujuran, integritas, dan keluhuran. Nilai- nilai dasar yang dapat membentuk suatu individu menjadi pribadi anti korupsi antara lain: - Jujur Jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. - Disiplin Merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. - Tanggung jawab Tanggung jawab adalah sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima sesuatu yang di namakan hak. - Hidup sederhana Sederhana adalah sebuah kata dengan banyak makna, tergantung bagaimana bunyi kalimat yang menyertainya. Sederhana bisa berarti apa adanya atau seadanya saja. Maka dengan menerapkan hidup sederhana orang tidak akan mencari materi secara berlebihan yang kerap kali dikesampingkan halal atau haramnya. - Kerja keras Arti kerja keras adalah berusaha dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga untuk berupaya mendapatkan keingingan pencapaian hasil yang maksimal pada umumnya. - Mandiri Mandiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berdiri dikaki sendiri berdikari dan tidak mengandalkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan. - Adil Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi. - Peduli dengan sesama Peduli dengan sesama dapat diartikan dengan perbuatan yang mengindahkan lingkungan dan tidak egois. Dengan begitu orang tidak akan melakukan suatu perbuatan semata-mata atas kepentingannya sendiri. - Berani menegakkan kebenaran Berani menegakkan kebenaran adalah suatu sikap tidak takut maupun gentar saat kebenaran itu harus ditegakkan. Kita mengetahui, korupsi bisa timbul karena dua sebab. Sebab pertama, korupsi karena kebutuhan corruption by need. Korupsi yang timbul ketika penghasilan tidak lagi bisa menanggung kebutuhan dasar sehari-hari. Jalan keluarnya biasanya dengan mengambil sikap menyimpang. Melakukan korupsi. Sebab kedua, korupsi karena keserakahan corruption by greed. Tidak puas dengan satu gunung emas, cari gunung emas kedua dan ketiga. Sudah punya rumah, ingin motor. Sudah ada motor, mau mobil. Mobil terbeli, ingin mobil mewah. Kedua jenis korupsi tersebut, korupsi karena kebutuhan maupun karena kerakusan, memang tak bisa ditolerir. Namun, penanganan keduanya mengharuskan cara berbeda. Korupsi karena kebutuhan timbul karena kondisi obyektif yang tidak mendukung. Karena sistem yang tidak memberikan harapan kesejahteraan. Oleh sebab itu, perbaikilah sistem. Sementara, korupsi karena kerakusan disebabkan kondisi subyektif. Kondisi internal seseorang. Adanya sifat tamak, tidak puas, dan keinginan memperkaya diri sendiri. Korupsi yang dikerjakan oleh mereka yang nuraninya sudah buta. Ingin sejahtera tanpa mau kerja keras. Karenanya, untuk memberantas korupsi jenis ini, perbaikilah orangnya. Korupsi karena tamak lebih bahaya ketimbang korupsi karena kebutuhan. Kerakusan, dusta, ketidakjujuran merupakan perilaku yang bisa terbentuk sejak kecil. Sejak masa kanak-kanak. Perilaku ini adalah kumpulan dari apa yang dialami dalam proses hidup, mulai usia dini hingga dewasa. Teori psikologi kognitif menguatkan argumen ini. Menurut psikologi kognitif, apa yang kita dengar, lihat, pikirkan, rasakan, dan alami akan mempengaruhi cara pandang dan perilaku kita. Dengan begitu pengalaman masa lalu dan juga pendidikan masa kini sangat berperan dalam membentuk karakter anti korupsi. Indonesia sebaiknya mencontoh Jepang dalam penerapan pendidikan karakter. Di Jepang, pendidikan karakter diajarkan dalam pelajaran ―seikatsuka‖ atau pendidikan tentang kehidupan sehari-hari. Siswa SD diajari tatacara menyeberang jalan, adab di dalam kereta, yang tidak saja berupa teori, tetapi guru juga mengajak mereka untuk bersama naik kereta dan mempraktikkannya. Norma dalam masyarakat Jepang sangat terkait dengan ajaran Shinto dan Budha, tetapi menariknya agama ini tidak diajarkan di sekolah dalam bentuk pelajaran wajib, seperti halnya di Indonesia. Nilai-nilai agama diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari di sekolah. Karenanya, pendidikan moral di sekolah Jepang tidak diajarkan sebagai mata pelajaran khusus, tetapi diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. Murni Ramli : 2008 Budaya malu pada masyarakat pun dicontohkan oleh para pemimpin Jepang sebagai upaya mendidik warganya mewujudkan kultur antikorupsi. Para pemimpin Jepang berani mundur dari jabatannya ketika tersandung kasus korupsi. Perilaku birokrat Jepang merupakan pembelajaran yang sungguh mulia dan elegan guna mendukung terwujudnya kultur antikorupsi secara jitu. RANGKUMAN 1. Peraturan-peraturan yang mengatur mengenai anti korupsi adalah: a. Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 b. Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 c. Pasal 5 UU No. 31 Tahun 1999 d. Pasal 209 ayat 1 ke 1 KUHP e. Pasal 209 ayat 2 ke 2 KUHP f. Pasal 5 UU No. 20 tahun 2001 ayat 1 a g. Pasal 5 UU No. 20 tahun 2001 ayat 1 b h. Pasal 5 UU No. 20 tahun 2001 ayat 2 i. Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 j. Pasal 418 KUHP k. Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 l. Pasal 12 a UU No. 20 Tahun 2001 m. Pasal 12 b UU No. 20 Tahun 2001 n. Pasal 419 ke 1 KUHP o. Pasal 419 ke 2 KUHP p. Pasal 13 UU No.31 Tahun 1999 RANGKUMAN 2. Jenis-jenis korupsi oleh pegawai negeri sipil yaitu: a. Korupsi yang merugikan keuangan Negara, jenisnya adalah: 1 Mencari untung dengan cara melawan hukum dan merugikan keuangan Negara 2 Menyalahgunakan jabatan utuk mencari keuntungan dan merugikan Negara b. Korupsi yang berhubungan dengan suap menyuap, jenisnya adalah: 1 Menyuap pegawai negeri yang kewajiban kerjanya berhubungan langsung dengan kepentingan penyuap tersebut. 2 Menyuap pegawai negeri yang kewajiban kerjanya tidak berhubungan secara langsung dengan kepentingan penyuap tersebut. 3 Memberi hadiah ke pegawai negeri karena jabatannya. 4 Pegawai negeri menerima suap. 5 Pegawai negeri menerima suap agar melakukantidak melakukan sesuatu. 6 Pegawai negeri menerima suap karena tindakan yang telah dilakukannya. 7 Pegawai negeri menerima suap karena jabatan. 8 Menyuap hakim. 9 Menyuap advokat. 10 Advokat menerima suap. 11 Hakim menerima suap. 12 Hakim dan advokat menerima suap. c. Korupsi yang berhubungan dengan penyalahgunaan jabatan, jenisnya adalah: 1 Pegawai negeri menyalahgunakan penggunaan uang atau membiarkan penyalahgunaan uang. 2 Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi. 3 Pegawai negeri menghancurkan bukti. 4 Pegawai negeri membiarkan orang lain merusak bukti. 5 Pegawai negeri membantu orang lain merusak bukti. LATIHAN 1 Sebutkan dua bentuk tindakan Pegawai Negeri Sipil yang berupa korupsi yang merugikan keuangan negara serta jelaskan perbedaan diantara keduanya 2 Sebutkan dan jelaskan perbuatan korupsi yang sering terjadi di dalam korporasi 3 Jelaskan lebih lanjut mengenai unsur melakukan perbuatan dalam Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 4 Sebutkan 6 kemungkinan yang bisa terjadi dari unsur menyalahgunakan kewenangan 5 Dari pertanyaan nomor 4 di atas, mengapa dalam praktiknya hampir tidak pernah dijumpai pilihan salah satu dari enam tersebut yang tepat berdasarkan fakta yang ada? 6 Jelaskan lebih lanjut mengenai unsur menerima hadiah atau janji dari pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 7 Sebutkan unsur-unsur dari Pasal 419 ke 2 KUHP 8 Ada berapa jenis korupsi yang berhubungan dengan suap-menyuap? Sebutkan 9 Jelaskan apa yang dimaksud dengan gratifikasi? 10 Sebutkan unsur-unsur korupsi pegawai negeri menyalahgunakan tanah milik negara hingga merugikan orang lain 11 Sebutkan dan jelaskan dua penyebab timbulnya korupsi 12 Apakah yang dimaksud dengan seikatsuka? Jelaskan 13 Bagaimana caranya membentuk pribadi anti korupsi? 14 Menurut anda, mengapa korupsi masih banyak terjadi di Indonesia, padahal pendidikan agama telah dijadikan pelajaran wajib dari bangku sekolah dasar hingga bangku kuliah? 15 Apakah segala aturan tentang anti korupsi itu sudah efektif? Jika tidak, menurut anda bagaimana caranya agar efektif? Glosarium Advokat adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasihat atau pembela perkara dalam pengadilan. Gratifikasi merupakan tindak pidana korupsi berupa pemberian. Gratifikasi dapat berbentuk uang, barang, diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket pesawat, dan fasilitas lain. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. Seikatsuka adalah pendidikan karakter melalui pendidikan tentang kehidupan sehari- hari yang diterapkan oleh Jepang. Daftar Pustaka Tim Komisi Pemberantasan Korupsi. 2008. Buku Panduan Kamu Buat Ngelawan Korupsi. Jakarta: Tim Komisi Pemberantasan Korupsi. Tim PKn-Pak. 2010. Penjabaran Pasal-Pasal Tertentu UU No. 31 Tahun 1999, Sebagaimana Diubah Dengan UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Pemberantasan TPK. Bogor: Tim PKn-Pak. kakbimo.wordpress.com201105231897 BAB MEMBANGUN ETOS PRIBADI Menjadi pribadi beretika tentu merupakan keinginan sebahgian besar orang dan bahkan mungkin telah menganggap dirinya sebagai seseorang yang berperilaku etis. Kemudian pertanyaan terpenting adalah bagaimana mencerminkan etika tersebut dalam keseharian baik sebagai pribadi, organisasi, maupun seorang professional. Bab ini mencoba menguraikan jawaban atas pertanyaan tersebut dengan melakukan pembahasan terkait etos pribadi yang diharapkan dapat dijadikan pembelajaran untuk mewujudkan pribadi beretika.

A. Definisi Etos