a.  Tidak  memperhatikan  kepentingan  umum  atau  kepentingan  orang  lain; contohnya  dalam  pemberian  pelayanan  umum  kepada  masyarakat.  Siapa
yang  membayar  mendapat  prioritas,  sedangkan  mereka  yang  miskin  lebih sering terabaikan.
b.  Manipulasi  informasi  publik;  banyak  informasi  yang  disampaikan  publik  tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Informasi kepada publik lebih diarahkan
untuk  menentramkan  masyarakat;  contoh  kekacauan  dalam  pemilu,  pilkada, berbagai  informasi  yang  simpang  siur  Indonesia  telah  swa  sembada  beras,
tetapi perlu impor beras. c.  Melakukan mark up dalam pengadaan barang dan jasa; bukan rahasia umum,
hampir semua pengadaan barang dan jasa di Indonesai di monopoli kelompok tertentu dan nilai transaksinya telah di mark up hingga lebih dari 40 .
d.  Mengulur waktu dalam pemberian pelayanan; lihat contoh buitr a. e.  Berperilaku  boros,  tidak  efisien,  tidak  memperhatikan  waktu  sehingga
pelaksanaan  tugas  berlarut-larut  tanpa  kepastian;  bisa  dilihat  sikap  perilaku aparatur  pemerintahan  di  seluruh  Indonesia.  Di  Kalangan  perguruan  tinggi
juga  terjadi,  misalnya  dosen  mengurangi  jam  kulian,  dosen  tidak  siap  dan hanya  memberikan  diktat  ,  penggangkatan  dosen  berdasarkan  nepotisme,
dosen tidak obyektif dalam memberi nilai ujian dll hasil survai pada Perguruan Tinggi Agama
f.  Menganggap  penerimaan  uang  tanda  terima  kasih  atas  pelaksanaan kewajiban  sebagai  sesuatu  yang  wajar,  sekalipun  pada  hakekatnya  hal  itu
adalah pemerasan pasif, dan sebagainya. Bila dikaitkan dengan kondisi masyarakat di Indonesia, korupsi pada hakekatnya
adalah erosi nilai-nilai sosial yang berakibat sikap attitude dan perilaku behavior masyarakat mengganggap tindakan korupsi adalah wajar.
D.  Penyebab Perbuatan Korupsi
Beberapa pendapat atau teori tentang penyebab korupsi, adalah sebagai berikut: 1.  Lord  Acton  mengatakan  Power  tend  to  Corrupt.  Kekuasaan  adalah  sumber
perbuatan  korupsi,  terutama  sekali  apabila  Power  Kekuasaan  tidak  diikuti
oleh  Accountability  atau  C=P-A;  artinya  dalam  suatu  pemerintahan  yang
tidak  diikuti  system  pengawasan,  pembagian  kekuasaan  yang  memadai,
serta tiada  akuntabilitas, yang berdampak mismanagement. Sebagai contoh, Dosen  cukup  berkuasa  dalam kelas,  sehingga  dapat  berbuat  apa  saja  yang
memaksa  mahasiswa  mengikuti  perintahnya.  Polisi  Lalu  Lintas  dapat menentukan berapa denda harus dibayar karena punya kekuasaan. Demikian
pula  pemegang  kekuasaan  dapat  memerintahkan  apa  saja  kepada bawahannya walaupun melanggar hukum.
2.  Jack  Bologne  menyebutkan  bahwa  penyebab  korupsi  dirumuskan  dengan
teori Greed Opportunity, Need, Exposure atau disingkat GONE. Greed merupakan  keserakahan  dari  pelaku.  Opportunity  atau  kesempatan  adalah
kondisi  kurangnya  pengawasan,  karena  system  yang  jelek  atau mismanagement,  atau  disebut  juga  bad  government.  Need;  Adalah  kondisi
dari  pelaku,  misalkan  sangat  membutuhkan,  sehingga  dia  berusaha memperoleh sesuatu secara illegal. Exposure; adalah kondisi eksternal yang
berpengaruh kepada pelaku, misalnya lingkungan yang hedonistic, tekanan di
lingkungan kerja dan lain.lain.
3.  Prof  Klittgard  Prof.  DR  Muladi,  2007  menyatakan  bahwa  Corruption  timbul
karena  adanya  Monopoly  kekuasaan  ditambah  Discretion,  tidak  diimbangi
dengan    Accountability  atau  C=M+D-A.  Perinsipnya  seperti  uraian  pada butir  1,  perlu    digaris  bawahi  bahwa  discretion  adalah  suatu  kewenangan
yang  melekat  pada  setiap  orang  atau  manajer  untuk  mengambil  pilihan  dari beberapa  alternatif    Namun  discretion  yang  dilakukan  tanpa  ada  kendali
akuntabilitas akan merupakan sumber korupsi.
Negara  Negara  yang mengalami  mismanagement  disebut juga  bad government atau  Negara  yang  pemerintahannya  belum  melaksanakan  tatakelola  pemerintahan
yang baik Good Governance. Daniel  Kaufman  et  al  World  Bank  Institution;  2005  mencermati  praktek
Governance  di  berbagai  Negara  di  dunia  termasuk  Indonesia  yang  diukur  dari  6 variabel,  dan  setiap  variable  diberi  nilai  dengan  skala  0-100.  Keenam  varaibel
tersebut: 1.  Voice  and  Accountability,  mengukur  kehidupan  politik  dan  pelaksanaan  Hak
Asasi Manusia;
2.  Political Instability, mengukur kehidupan politik, keamanan termasuk masalah terorisme;
3.  Goverment  Effectiveness,  mengukur  kemampuan  birokrasi  memberikan dengan  layanan publik;
4.  Regulatory  Burden,  mengukur  berbagai  kebijaksanaan  yang  market- unfriendly;
5.  Rule of Law, mengukur tingkat penegakkan hukum; 6.  Control of Corruption, mengukur tindakan dalam pemberantasan korupsi.
Hasil evaluasinya dengan enam tolok ukur tersebut, terutama unsur Government Effectiveness,  Rule  of  Law  dan  Control  of  Corruption    diperoleh  nilai  berkisar  25
sampai  dengan  50.  Artinya  Indonesia  termasuk  diantara  Negara  yang pemerintahannya  masih  tergolong  Bad  Governance,  yang  tercermin  dari  monopoli
kekuasaan., yang berdampak timbulnya masyarakat korup state capture corruption. Indikator  lainnya  yang    membuktikan  bahwa  Negara  Indonesia  tergolong  korup
adalah : 1.  Tingkat  atau  kemampuan  bersaing  di  dunia  internasional  Competitveness
Growth Index; Indonesia berada dalam urutan ke 70 sampai dengan 50. 2.  Tingkat atau kualitas pelayanan publik yang rendah. Skor rata-rata adalah 5,6
dibandingkan dengan kualitas pelayanan publik Korea yang mencapai skor 8 data survai tingkat pelayanan publik oleh KPK.
Penyebab  korupsi  diutarakan  oleh  Badan  Pengawasan  Keuangan  dan Pembangunan BPKP antara lain:
1.  Aspek individu pelaku. a.  Sifat tamak manusia.
b.  Moral yang kurang kuat. c.  Penghasilan yang kurang mencukupi.
d.  Kebutuhan hidup yang mendesak. e.  Gaya hidup yang konsumtif.
f.  Malas atau tidak mau kerja. g.  Ajaran Agama yang kurang diterapkan.
2.  Aspek organisasi.
a.  Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan. b.  Tidak adanya kultur organisasi yang benar.
c.  Sistim akuntabilitas yang benar di instansi  yang kurang memadai. d.  Kelemahan sistim pengendalian manajemen.
e.  Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi. 3.  Aspek tempat individu dan organisasi berada.
a.  Nilai-nilai  di  masyarakat  kondusif  untuk  terjadinya  korupsi  Korupsi  bisa ditimbulkan  oleh  budaya  masyarakat.  Misalnya,  masyarakat  menghargai
seseorang  karena  kekayaan  yang  dimilikinya.  Sikap  ini  seringkali  membuat masyarakat  tidak  kritis  pada  kondisi,  misalnya  dari  mana  kekayaan  itu
didapatkan. b.  Masyarakat  kurang  menyadari  sebagai  korban  utama  korupsi  Masyarakat
masih  kurang  menyadari  bila  yang  paling  dirugikan  dalam  korupsi  itu masyarakat.  Anggapan  masyarakat  umum  yang  rugi  oleh  korupsi  itu  adalah
negara.  Padahal  bila  negara  rugi,  yang  rugi  adalah  masyarakat  juga karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang karena dikorupsi.
c.  Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi Setiap korupsi pasti melibatkan  anggota  masyarakat.  Hal  ini  kurang  disadari  oleh  masyarakat
sendiri.  Bahkan  seringkali  masyarakat  sudah  terbiasa  terlibat  pada  kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
d.  Masyarakat  kurang  menyadari  bahwa  korupsi  akan  bisa  dicegah  dan diberantas  bila  masyarakat  ikut  aktif  Pada  umumnya  masyarakat
berpandangan  masalah  korupsi  itu  tanggung  jawab  pemerintah.  Masyarakat kurang  menyadari  bahwa  korupsi  itu  bisa  diberantas  hanya  bila  masyarakat
ikut melakukannya. e.  Aspek peraturan perundang-undangan Korupsi mudah timbul karena adanya
kelemahan  di  dalam  peraturan  perundang-undangan  yang  dapat  mencakup adanya  peraturan  yang  monopolistik  yang  hanya  menguntungkan  kroni
penguasa, kualitas  peraturan  yang  kurang memadai,  peraturan  yang  kurang disosialisasikan,  sangsi  yang  terlalu  ringan,  penerapan  sangsi  yang  tidak
konsisten  dan  pandang  bulu,  serta  lemahnya  bidang  evaluasi  dan  revisi peraturan perundang-undangan.
E.  Penyebab Korupsi di Indonesia