mengancam pembangunan infrasruktur, mengancam pembangunan dan supremasi hukum.
f. Rendahnya kualitas infrastruktur dan kualitas layanan publik, yang berdampak terhadap perlakuan yang tidak adil tehadap masyarakat yang
termarjinalkan. g. Korupsi
mengancam sendi-sendi
kehidupan demokrasi,
karena pembangunan yang tidak merata.
h. Korupsi memungkinkan menjadi mata rantai berbagai kejahatan lain, misalnya penyelundupan, perdagangan obat narkotik, perdagangan manusia
dll, seperti dalam pengiriman TKI Wanita.
G. Kebijakan di Bidang Pencegahan
Titik berat upaya pencegahan korupsi adalah melalui: 1. Review dan rekomendasi perbaikan sistem atau yang lebih dikenal dengan
Reformasi Birokrasi. 2. Promosi penerapan prinsip-prinsip Good Governance.
3. Pendidikan anti korupsi. 4. Pemberdayaan masyarakat.
Beberapa kebijakan di bidang pencegahan adalah antara lain: 1. Mendorong segenap instansi dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
anti korupsi dan peran sertanya dalam pencegahan korupsi di lingkungan masing-masing.
2. Melakukan deteksi untuk mengenali dan memprediksi kerawanan korupsi dan potensi masalah penyebab korupsi secara periodik untuk disampaikan
kepada instansi dan masyarakat yang bersangkutan. 3. Mendorong lembaga dan masyarakat untuk mengantisipasi kerawanan
korupsi kegiatan pencegahan dan potensi masalah penyebab korupsi dengan menangani hulu permasalahan di lingkungan masing-masing.
H. Prinsip Good Governance
Organization for Economic Co-operation and Development OECD atau UNDP, memberikan definisi governance terkait dengan langkah otoritas politik sekaligus
pengawasan dalam masyarakat terkait pengelolaan sumberdaya sosial dan pertumbuhan ekonomi. World Bank WB justru mendefinisikan governance sebagai
sikap di mana kekuasaan digunakan untuk mengelola sumber daya ekonomi dan sosial sebuah negara. Tahun 1994, WB menguraikan beberapa aspek penting dalam
terminologi governance. Pertama, terkait struktur rezim politik sebuah negara. Bagi WB, struktur ini sangat penting karena terkait pada sikap dan perilaku elite politik
pada sumber daya ekonomi dan sosial dikelola. Artinya, kesadaran dan mentalitas elite politik dalam struktur tersebut berperan besar dalam perubahan kebijakan.
Kedua, WB menekankan pada proses bagaimana sumber daya ekonomi dan sosial tersebut dikelola bagi kesejahteraan rakyat.
Pakar politik pembangunan Goran Hyden 1999 mengaitkan governance dengan aturan politik baik secara formal maupun informal. Di dalam governance terdapat
pula tolok ukur untuk melihat bagaimana kekuasaan dijalankan sekaligus upaya untuk meredam kebocoran anggaran.
Agar kebocoran itu tidak terjadi, ada yang berteori agar kalau perlu, demi terwujudnya GG, pemerintah mencontoh cara kerja perusahaan swasta yang bekerja
berdasar prinsip-prinsip efektivitas serta efisien. Berikut ini sepuluh prinsip Good Governance, antara lain:
1. Partisipasi. 2. Penegakan hukum.
3. Transparansi. 4. Kesetaraan.
5. Daya tanggap. 6. Wawasan ke depan.
7. Akuntabilitas. 8. Pengawasan.
9. Efesiensi Efektifitas. 10. Profesionalisme.
Tata pemerintahan yang baik, good governance
, merupakan sesuatu yang penting dalam mewujudkan suatu keadaan yang ideal bagi negara. Good
governance adalah cara yang dapat digunakan oleh suatu negara untuk melaksanakan wewenangnya dalam menyediakan barang dan jasa publik. Tata
pemerintahan yang buruk akan membawa dampak yang sangat merugikan bagi suatu negara itu, misalnya pelayanan publik yang buruk, iklim investasi yang lemah,
dan korupsi. Oleh karena itu, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia
,
good governance sangat perlu diwujudkan oleh pemerintah demi menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia.
Menurut dalam konteks perwujudan good governance pada pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden
Boediono , agenda yang
seharusnya menjadi prioritas utama adalah mereformasi birokrasi yang ada di Indonesia secara keseluruhan.
Reformasi birokrasi sangat perlu untuk direalisasikan
mengingat berbagai permasalahan yang telah melanda negeri ini, seperti korupsi dan pelayanan publik yang buruk, disebabkan oleh birokrasi yang tidak berjalan
dengan semestinya. Di dalam kehidupan birokrasi yang ada saat ini, terdapat hal-hal yang membuat situasi menjadi kondusif untuk melakukan penyimpangan. Hal-hal
tersebut antara lain adalah kurangnya transparansi dan pertanggungjawaban, monopoli kekuasaan, dan inefisiensi dalam birokrasi yang bersifat mubazir.
Pelaksanaan reformasi birokrasi secara menyeluruh itu, secara ringkas, dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, antara lain adalah
meningkatkan kinerja dari birokrasi sendiri dan memperbaiki tata pelayanan terhadap publik. Birkorasi reformasi yang baik sesungguhnya meliputi tiga hal utama yang
patut untuk dibenahi, yaitu aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusia SDM. Reformasi birokrasi yang telah dilakukan oleh
Departemen Keuangan merupakan contoh yang layak dari reformasi birokrasi dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Namun dalam konteks pemerintahan
SBY-Boediono, yang direformasi adalah seluruh lembaga atau organisasi yag aktif dalam pemerintahan.
Pertama, dalam aspek kelembagaan atau organisasi, langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mewujudkan perbaikan adalah dengan menjadikan semua
organisasi atau lembaga yang aktif dalam kegiatan pemerintahan menjadi sebuah lembaga atau organisasi yang mementingkan dan menekankan pada fungsi dan
berorientasi kepada pemangku kepentingan. Setiap lembaga dan organisasi harus membentuk unit kepatuhan internal dan membangun pusat pengaduan layanan
complaint center sehingga kerja dari suatu lembaga atau organisasi tetap dapat dikontrol dan diawasi. Selain itu, lembaga atau organisasi juga perlu memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dengan tujuan mempercepat, mempermudah, dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja dari lembaga atau organisasi
tersebut.
Kedua, aspek ketatalaksanaan. Terkait dengan aspek yang pertama, patokan tata cara pelaksanaan dari lembaga-lembaga tersebut adalah harus sederhana dan
transparan, efisien dan efektif, akuntabel, serta memuat janji layanan, seperti persyaratan, biaya, dan waktu. Dalam hal pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi, yang harus dilakukan adalah membangun sistem kontrol built in control system, menerapkan sistem pemebritaan atau laporan yang otomatis dan
terintegrasi automatic and integrated reporting system. selain itu juga dibutuhkan fasilitas dan pemberlakuan UU keterbukaan informasi untuk memastikan
adiministrasi lebih transparan, serta menerapkan manajemen resiko dan pemantauan kerja melalui indikator kinerja utama.
Ketiga, aspek manajemen SDM. Beberapa poin yang harus diperhatikan demi mendapatkan sumber daya manusia yang baik lagi bersih antara lain adalah basis
kompetensi, penerapan kode etik dan majelis kode etik, dan penerapan indikator kinerja utama pada masing-masing SDM. Perbaikan sistem birokrasi dalam suatu
lembaga, dalam aspek SDM ini, perlu juga diperhatikan persoalan gaji. Meningkatkan jumlah gaji harus dibarengi dengan perbaikan rekrutmen, promosi,
penempatan jabatan, serta pelatihan dan pendidikan yang baik demi mendapatkan SDM yang berkualitas dan dapat memberikan hasil yang baik.
Setelah melakukan reformasi birokrasi secara menyeluruh, pemerintah juga memiliki kewajiban untuk mentata kehidupan di segala area utama dalam
pemerintahan demi memaksimalkan tata pemerintahan yang baik tersebut. Pemberantasan korupsi lebih baik diprioritaskan di area-area yang rawan, seperti
bidang pendidikan dan kesehatan yang sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu, memperbaiki serta memberantas segala penyimpangan di
sistem peradilan hakim, jaksa, dan polisi juga penting untuk langkah dan prakarsa anti korupsi berikutnya. Pengawasan dan pencegahan eksploitasi alam yang
berlebihan dan pengrusakan lingkungan juga menjadi perhatian utama bagi pemerintah agar tidak menjadi lahan yang subur bagi tindakan penyimpangan seperti
korupsi. Dengan diwujudkannya tata pemerintahan yang baik atau good governance
diharapkan dapat menyelesaikan segala akar permasalahan di bangsa ini serta mencegahnya kembali menjadi masalah yang meresahkan seluruh rakyat Indonesia.
I. Prinsip Anti Korupsi
Prinsip-prinsip anti korupsi terdiri dari transparansi, akuntabilitas, kewajaran, aturan main, dan kontrol aturan main. Berikut merupakan penjelasan terkait dengan
prinsip-prinsip tersebut. 1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip politik demokrasi yang mengharuskan pejabat instansi pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka kepada
masyarakat external control. Akuntabilitas juga berarti penggunaan kriteria untuk mengukur kinerja pejabat publik dan mekanisme pengawasan untuk menjaga agar
standar tercapai. Akuntabilitas mengacu pada kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Akuntabilitas terdiri dari akuntabilitas legal, keuangan, birokratmanajerial, dan politik.
Kenapa Perlu Akuntabilitas? Untuk mencegah konsepsi yang salah tentang kepentingan publik karena
pejabat pemerintah dan PNS tidak mewakili secara merata semua kolempok sosial, ekonomi, dan budaya.
Untuk mencegah praktek KKN berdasarkan kepentingan pribadi, kelompok atau asing yang merugikan kepentingan masyarakatnasional.
Bagaimana mengukur akuntabilitas? Akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui
Mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan semua kegiatan.
Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka
panjang dari sebuah kegiatan. 2. Tranparansi
Transparansi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui
oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses
dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung
tinggi kepercayaan trust. Perlunya Keterlibatan masyarakat dalam proses transparansi:
Proses penganggaran yang bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian evaluasi terhadap
kinerja anggaran. Proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan. Hal ini terkait pula
dengan proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan anggaran pendapatan, dan alokasi anggaran anggaran belanja.
Proses pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan pemungutan dana, mekanisme pengelolaan
proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial, dan pertanggungjawaban secara teknis.
Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek pembangunan yang berkaitan dengan kepentingan publik dan yang lebih khusus lagi adalah
proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri. Proses evaluasi terhadap penyelenggaraan proyek yang dilakukan secara
terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap out put kerja-kerja pembangunan.
3. Kewajaran Prinsip
kewajaran ditujukan
untuk mencegah
terjadinya manipulasi
ketidakwajaran dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya.
Lima langkah penegakan prinsip kewajaran, yaitu: a Komprehensif dan disiplin yang berarti mempertimbangkan keseluruhan
aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas off budget.
b Fleksibilitas yaitu adanya kebijakan tertentu untuk efisiensi dan efektifitas.
c Terprediksi yaitu ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas value for money dan menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran
yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses perencanaan pembangunan.
d Kejujuran yaitu adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang disengaja, yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran
merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. e Informatif, yaitu adanya sistem informasi pelaporan yang teratur dan
informatif sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan. Sifat informatif merupakan ciri khas dari kejujuran.
4. Aturan main Aturan main anti korupsi dibuat agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat
merugikan negara dan masyarakat. Aturan main anti korupsi tidak selalu identik dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan
mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus
mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.
Empat aspek aturan main anti korupsi, yaitu: a Isi aturan main.
Aturan main anti korupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur- unsur yang terkait dengan persoalan korupsi.
b Pembuat aturan main. Kualitas isi aturan main tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
c Pelaksana aturan main. Aturan main yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-
aktor penegak aturan main, yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.
d Kultur aturan main. Eksistensi sebuah aturan main terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap,
persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang
anti korupsi. Lebih jauh kultur aturan main ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
5. Kontrol Aturan main Kontrol aturan main merupakan upaya agar aturan main yang dibuat betul-betul
efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Kontrol aturan main tersebut terdiri dari tiga model, yaitu:
a Partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap aturan main dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya.
b Oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif aturan main baru yang dianggap lebih layak.
c Revolusi yaitu mengontrol dengan mengganti aturan main yang dianggap tidak sesuai.
Tiga model kontrol aturan main tersebut digunakan sesuai dengan sistem yang dibangun dalam suatu pemerintahan. Misalnya, dalam sistem demokrasi yang sudah
mapan established, model kontrol aturan main yang digunakan adalah partisipasi dan oposisi.
J. Pendidikan Anti Korupsi