Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999

korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang bersangkutan. - Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaan, yang tidak seimbang dengan penghasilannya atau sumber penambahan kekayaannya, maka keterangan tersebut dapat digunakan untuk memperkuat alat bukti yang sudah ada bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi. - Setiap orang yang didakwa melakukan tindak pidana korupsi wajib membuktikan sebaliknya terhadap harta benda miliknya yang belum didakwakan, tapi juga diduga berasal dari tindak pidana korupsi : Pasal 38B ayat 1 UU No. 20 tahun 2001. - Dalam hal terdakwa tidak bisa membuktikan bahwa harta benda tersebut diperoleh bukan karena tindak pidana korupsi, maka harta benda tersebut dianggap diperoleh dari tindak pidana korupsi. Merupakan beban pembuktian terbalik. Pasal 38B ayat 2 UU no. 20 tahun 2001. e. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Berbeda dengan unsur Pasal 1 ayat 1a UU No. 3 tahun 1971 yang merupakan delik materiil, maka Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999 ini merupakan delik formil. Dengan diubah menjadi delik formil maka pengembalian hasil korupsi kepada negara tidak menghapuskan pertanggungjawaban pidana terdakwa karena tindak pidana telah selesai. Pasal 4 UU ini. Pasal 2 UU ini pada dasarnya sama dengan Pasal 1 ayat 1 a UU No. 3 tahun 1971; Perbedaan terletak pada subyek delik Pasal 2 diperluas dan Unsur ―dapat‖ merugikan keuangan negara pada Pasal 2 merupakan delik formil sementara pada Pasal 1 ayat 1a merupakan delik materiil.

2. Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999

Unsur-Unsurnya : a. Setiap orang Pada dasarnya sama dengan unsur ―setiap orang‖ pada Pasal 2 di atas. Yang perlu diperhatikan kalau terjadi delik penyertaan, antara pejabat dan bukan pejabat, antara yang punya kewenangan dan yang tidak punya kewenangan. Pastikan kapan perkara displit dan kapan tidak dalam hal terjadi delik penyertaan. b. Dengan tujuan Unsur ini juga sama dengan unsur ―melakukan perbuatan‖ pada Pasal 2 di atas, sehingga penyidik maupun penuntut umum harus bisa membuktikan adanya unsur sengaja untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan menyalahgunakan kewenangan. c. Menguntungkan diri sendiri, atau orang lain atau suatu korporasi Unsur itupun pada dasarnya sama dengan unsur ―memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi‖ pada Pasal 2 di atas. Jadi untuk membuktikan unsur ini hendaknya dihubungkan dengan Pasal 37 ayat 3 dan 4 UU No. 31 tahun 1999 dan Pasal 37A ayat 1 dan 2 UU No. 20 tahun 2001. Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi tidak selalu dalam bentuk uang akan tetapi dapat meliputi pemberian, hadiah, fasilitas, dan kenikmatan lainnya. d. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan Unsur ini merupakan unsur melawan hukum dalam arti sempit atau khusus. Unsur ini merupakan unsur alternatif dari 6 kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu : 1. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan 2. Menyalahgunakan kewenangan karena kedudukan 3. Menyalahgunakan kesempatan karena jabatan 4. Menyalahgunakan kesempatan karena kedudukan 5. Menyalahgunakan sarana karena jabatan, atau 6. Menyalahgunakan sarana karena kedudukan Dalam praktik hampir tidak pernah kita jumpai pilihan salah satu dari enam pilihan unsur yang tepat berdasarkan fakta yang ada, baik dalam berkas perkara hasil penyidikan, surat dakwaan, surat tuntutan bahkan dalam pertimbangan putusan pengadilan sekalipun. Hal ini disebabkan karena sulitnya membedakan antara kewenangan dan kesempatan, demikian juga antara jabatan dan kedudukan. Putusan MARI Tanggal 17-02-1992 No. 1340KPid1992, memperluas pengertian Unsur Pasal 1 ayat 1.b UU No.3 Tahun 1971, dengan cara mengambil alih pengertian “ menyalahgunakan kewenangan “ yang ada Pasal 53 ayat 2 b UU No. 5 Tahun 1986 sehingga unsur “ menyalahgunakan kewenangan “ mempunyai arti yang sama dengan pengertian perbuatan melawan hukum Tata Usaha Negara yaitu, bahwa pejabat telah menggunakan kewenangannya untuk tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang itu. e. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Unsur ini juga merupakan unsur alternatif dari 2 dua pilihan kemungkinan yang bisa terjadi. Penjelasan mengenai unsur ini sama dengan penjelasan unsur yang sama pada Pasal 2 di atas.

3. Pasal 5 UU No. 31 Tahun 1999