beretika. Dialog menuju konsensus dapat membantu memecahkan dilema tersebut. Kelemahan kita terletak pada ketiadaan atau terbatasnya kode etik.Demikian pula
kebebasan dalam menguji dan mempertanyakan norma-norma moralitas yang berlaku belum ada, bahkan seringkali kaku terhadap norma-norma moralitas yang sudah ada tanpa
melihat perubahan jaman.Kita juga masih membiarkan diri kita didikte oleh pihak luar sehingga belum terjadi otonomi beretika.Kadang-kadang, kita juga masih membiarkan diri
kita untuk mendahulukan kepentingan tertentu tanpa memperhatikan konteks atau dimana kita bekerja atau berada. Mendahulukan orang atau suku sendiri merupakan tindakan tidak
terpuji bila itu diterapkan dalam konteks organisasi publik yang menghendaki perlakuan yang sama kepada semua suku. Mungkin tindakan ini tepat dalam organisasi swasta, tapi
tidak tepat dalam organisasi publik. Oleh karena itu, harus ada kedewasaan untuk melihat dimana kita berada dan tingkatan
hirarki etika manakah yang paling tepat untuk diterapkan.Perlindungan dan Insentif Bagi Pengadu.Diantara kita semua ada pihak yang sangat peduli dengan nilai-nilai etika atau
moral, melakukan pengaduan tentang pelanggaran moral.Mereka adalah pihak yang berani membongkar rahasia dan menguji tindakan-tindakan pelanggaran moral dan etika.Namun
upaya untuk melakukan hal ini kadang-kadang dianggap sebagai upaya tidak terpuji, bahkan sering dikutuk perbuatannya, dan nasibnya bisa menjadi terancam. Pengalaman ini
cenderung membuat mereka takut da n timbul kebiasaan untuk tidak mau ―repot‖ atau tidak
mau ―berurusan‖ dengan hukum atau pengadilan, yang insentifnya tidak jelas. Akibatnya, peluang dari pihak- pihak yang berpengaruh dalam pelayanan publik terus terbuka untuk
melakukan tindakan-tindakan pelanggaran moral dan etika.Karena itu, dalam rangka meningkatkan moralitas dalam pelayanan publiki, diperlukan perlindungan terhadap para
pengadu, kalau perlu insentif khusus.
D. Netralitas Pegawai Negeri Sipil PNS
1. Pendahuluan Reformasi di bidang kepegawaian yang merupakan konsekuensi dari perubahan di
bidang politik, ekonomi dan sosial yang begitu cepat terjadi sejak paruh pertama tahun 1998 ditandai dengan berlakunya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian. Peraturan perundang-undangan yang merupakan perubahan dan penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 dengan pokok bahasan yang
sama tersebut, kemudian diikuti dengan berbagai peraturan pelaksanaannya, baik yang berupa Peraturan Pemerintah PP maupun Keputusan Presiden Keppres, untuk menjamin
terlaksananya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 ini secara baik dan terarah.
Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil PNS di negara manapun mempunyai tiga peran yang serupa.Pertama, sebagai pelaksana peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan
pemerintah.Untuk mengemban tugas ini, netralitas PNS sangat diperlukan.Kedua, melakukan fungsi manajemen pelayanan publik.Ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi
peran ini adalah seberapa jauh masyarakat puas atas pelayanan yang diberikan PNS. Apabila tujuan utama otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat,
sehingga desentralisasi dan otonomi terpusat pada pemerintah kabupaten dan pemerintah kota, maka PNS pada daerah-daerah tersebut mengerti benar keinginan dan harapan
masyarakat setempat. Ketiga, PNS harus mampu mengelola pemerintahan.Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan fungsi utama PNS.Setiap kebijakan yang diambil
pemerintah harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat dilaksanakan dan disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut. Dalam
hubungan ini maka manajemen dan administrasi PNS harus dilakukan secara terpusat, meskipun fungsi-fungsi pemerintahan lain telah diserahkan kepada pemerintah kota dan
pemerintah kabupaten dalam rangka otonomi daerah yang diberlakukan saat ini. 2. Prasyarat Netralitas
Untuk mewujudkan ketiga peran tersebut diharapakan dalam manajemen sistem kepegawaian perlu selalu ada:
b. Stabilitas, yang menjamin agar setiap PNS tidak perlu kuatir akan masa depannya
serta ketenangan dalam mengejar karier. c.
Balas jasa yang sesuai untuk menjamin kesejahteraan PNS beserta keluarganya. Sehingga keinginan untuk melakukan korupsi, baik korupsi jabatan maupun korupsi
harta, menjadi berkurang, kalau tidak mungkin dihapuskan sama sekali dan d.
Promosi dan mutasi yang sistematis dan transparan, sehingga setiap PNS dapat memperkirakan kariernya dimasa depan serta bisa mengukur kemampuan pribadi.
Ketiga prasyarat ini akan menumbuhkan keyakinan dalam diri setiap PNS, apabila mereka menerima sesuatu jabatan harus siap pula untuk melepas jabatan yang didudukinya
itu pada suatu waktu tertentu. Bahkan kehilangan jabatan tersebut tidak perlu dikuatirkan.Apabila sistem penggajian sudah ditata rapih, setiap PNS tidak perlu mengejar
jabatan hanya sekedar untuk mempertahankan kesejahteraan hidup bersama keluarganya. Selain itu, sistem kepegawaian yang memenuhi ketiga kreteria tersebut akan menjaga
integritas dan kepribadian setiap PNS yang memang sangat diperlukan untuk mewujudkan
peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara seperti diamanatkan dalam Undang-undang No. 43 Tahun 1999.
1. Pelayanan publik yang beretika : mempertimbangkan cara yg tepat untuk bertindak bagi pegawai negeri sebagai ―pelayan publik‖―abdi negaraabdi masyarakat‖
dalam berbagai situasi pelayanan publik.
2. Etika pelayanan publik mencakup prinsip-prinsip, nilai-nilai, standar-standar atau norma-norma moral etika yang harus dijadikan panduan, dan kriteria penilaian
terhadap aparatur birokrasipegawai negeri dalam menjalankan aktivitasnya di dlm orang berhubungan dengan pihak-pihak luar khususnya masyarakat pengguna
layanan birokrasi 3. Etika pelayanan publik memiliki interpretasi kurang lebih mempertimbangkan cara
yang tepat untuk bertindak bagi pegawai negeri sebagai ‖palayan publik‖ dalam
berbagai situasi pelayanan publik. 4. Seperti yang terjadi pada sektor bisnis, tuntutan akan efisiensi dan efektivitas
organisasi, profesionalisme dan standar perilaku yang tinggi juga ditujukan pada birokrasi atau administrasi publik yang bertanggung jawab terhadap pelayanan
publik. Aparat birokrasi kini makin dituntut untuk secara profesional menunjukkan kinerjanya yang berkualitas tinggi, dengan cara-cara yang menjunjung tinggi prinsip-
prinsip etrika. 5. Secara khusus, perhatian pada isu-isu etika dalam pelayanan publik bermuara pada
tujuan untuk mewujudkan integritas dalampelayanan publik. 6. Masyarakat kini tidak hanya makin sadar akan hak-haknya, tetapi juga makin berani
untuk menggugat birokrasi administrasi pemerintahan yang ternyata tidak mampu bekerja secara profesional sesuai harapannya. Oleh karena itu, seperti halnya
bisnis, birokrasi juga memikul mandat baru untuk terus-menerus mereformasi diri guna meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya, dan pada saat yang sama
mendo rong aparatur birokrasi PNS atau ‖abdi masyarakat‖ agar memiliki integritas
yang tinggi. 7. Pemahaman yang baik mengenai isu-isu etika dalam birokrasi akan memberikan
bekal yang berharga bagi mereka jika mereka menjadi aparat birokrasi yang
mengemban tugas-tugas pelayanan publik ataupun jika menjadi akuntan profesional yang independen dan melakukan pengkajian dan penilai terhadap sistem dan
kinerja birokrasi. Dalam kaitan ini, selain isu-isu etika birokrasi pada umumnya, perkembangan di bidang tata kelola pemerintahan governance, secara khusus
penting bagi akuntan profesional. Perkembangan tersebut menuntut para akuntan profesional untuk senantiasa memastikan bahwa nilai-nilai etika mereka adalah
mutakhir, dan mereka siap bertindak berdasarkan nilai-nilai tersebut untuk mencapai kinerja terbaiknya
8. tiga masalah penting yang banyak terjadi di lapangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu besarnya diskriminasi pelayanan, tidak adanya kepastian
biaya dan waktu pelayanan, rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik.
9. Prinsip-prinsip etika ini juga dapat dipandang sebagai kombinasi antara nilai-nilai yang berasal dari tradisi birokrasipelayanan publik nilai-nilai tradisional dan nilai-
nilai baru. Nilai-nilai tradisional mencerminkan misi pokok pelayanan publik dan tercermin Sementara itu, nilai-nilai baru mencerminkan artikulasi dari etos baru
akibat adanya perkembangan dan tuntutan baru. 10. masyarakat
sering mengeluh
karenadalam berurusan
dengan birokrasi
pemerintahan, pelayanan yang mereka terima dari aparatur pemerintah kurang memuaskan karena lambat dan mahal.
11. Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil PNS di negara manapun mempunyai tiga peran yang serupa. yaitu sebagai pelaksana peraturan dan perundangan yang telah
ditetapkan pemerintah, melakukan fungsi manajemen pelayanan public, PNS harus mampu mengelola pemerintahan.
12. Pegawai negeri atau birokrasi pelayanan publik secara umum tidak dikategorikan sebagai suatu profesi. Namun, pegawai negeri juga dituntut profesionalismenya.
13. Birokrasi pelayanan publik yang ideal harus ditunjang oleh keunggulan teknis dan keunggulan etis moralitas.
14. Semakin berkembang sistem pemerintaha yang ada di suatu Negara, maka dituntut juga pelayanan public yang semakin baik. Hal ini berkaitan dengan semakin
beragamnya kebutuhan warga Negara akan pelayanan public yang baik. Pelayanan publik ini tidak semata-mata hanya mencukupi kebutuhan warga Negara, tapi dalam
pelaksanaannya itu sendiri harus ada sebuah etika yang menjamin kepuasan pelanggan, kalancaran palaksanaan pelayanan, dan penggunaan sumber daya
yang dimiliki oleh pemerintah secara efektif dan efisien. Sebagai calon pengawal
keuangan Negara, maka sudah sewajibnya kita semua mempelajari bagaimana manjadi pelayan masyarakan dan pengabdi Negara yang baik.nan public yang
semakin baik.
1. Berikan pengertian etika dan hubungkan dengan dengan fungsi pelayanan public dari birokrasi pemerintahan.
2. Ikhtisarkan secara singkat alasan-alasan pentingnya etika dalam pelayanan public birokrasi.
3. Nilai-nilai apa saja yang relevan untuk dijadikan prinsip etika dan perilaku dalam pelayanan publik? Jelaskan masing-masing.
4. Jika seorang pegawai negeri ceroboh, tidak teliti sehingga pelaksanaan pekerjaannya selalu memerlukan waktu yang lebih lama dan menggunakan bahan-
bahan yang lebih banyak dari seharusnya, prinsip manakah yang tidak terpenuhi? 5. Prinsip apa saja yang ditetapkan untuk pelayanan publik di Indonesia?
GLOSARIUM
:
Artikulasi perubahan ruang dan ruang dalam saluran suara untuk
menghasilkan bunyi bahasa. Daerah artikulasi terbentang dari bibir luar sampai pita suara, dimana fenom-fenom
terbentuk berdasarkan getaran pita suara disertai perubahan posisi lidah dana semacamnya.
Birokrasi sistem pemerintahan yg dijalankan oleh pegawai pemerintah
karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan Transparansi
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi Akuntabilitas
keadaan untuk dipertanggungjawabkan, keadaan dapat dimintai pertanggungjawaban
Kondisional sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan publik Partisipatif
setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
Tupoksi Tugas pokok dan fungsi
Otonomi wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga
daerah
DAFTAR PUSTAKA
Kusmanadji, Etika Profesi Akuntansi, Bisnis, dan Pelayanan Publik. Materi Pokok Etika Bisnis dan Profesi untuk Mahasiswa Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara, 2005.
BAB ETIKA KERJA
A. Pengertian Etika Etos Kerja