Paradigma 7 Kebiasaan BAB PENGANTAR ETIKA PROFESI PNS

78 Gambar 3.2 Empat Peran Kepemimpinan Sumber: The 8 th Habit Stephen R. Covey Kepemimpinan akan menciptakan sebuah ruang kehidupan yang sepenuhnya baru bagi 7 Kebiasaan, dan kebiasaan-kebiasaan ini akan dipandang sebagai hal yang memiliki nilai vital secara strategis bagi sebuah organisasi, dan bukan sekadar sebuah program pelatihan dengan gambar-gambar yang indah. Empat Peran Kepemimpinan membuat 7 Kebiasaan bisa menjadi hal utama yang dipraktikkan dalam organisasi.

B. Paradigma 7 Kebiasaan

Masing-masing kebiasaan dalam 7 Kebiasaan tidak hanya mewakili sebuah prinsip, tetapi juga sebuah paradigma, sebuah cara berpikir. Saat kita memikirkan secara lebih mendalam bahwa Kebiasaan 1, 2, dan 3 diwakili oleh empat kata membuat dan memenuhi janji, kita menjadi paham mengenai paradigma yang menyertai masing-masing kebiasaan. Kebiasaan 1, Menjadi Proaktif, adalah sebuah paradigma determinasi diri atau penetapan diri, dan bukan sekadar determinasi genetik, sosial, fisik, atau lingkungan, melainkan Saya bisa dan akan membuat janji. Inilah kekuatan dari pilihan. Kebiasaan 2, Memulai dengan Tujuan Akhir, adalah sebuah paradigma yang menyatakan bahwa semua hal diciptakan dua kali, pertama secara mental, dan baru 79 kemudian secara fisik. Ini adalah isi dari janji tersebut —Saya bisa memikirkan baik isi dari janji yang ingin saya buat maupun apa yang saya harapkan akan saya capai dari situ. Ini adalah kekuatan fokus. Kebiasaan 3 adalah paradigma prioritas, tindakan, dan pelaksanaan —Saya memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk memenuhi janji tersebut. Kebiasaan 4, 5, dan 6 —Berpikir Menang-Menang, Berusaha Memahami Dulu Lalu Berusaha Dipahami, dan Bersinergi —adalah paradigma-paradigma pemikiran berkelimpahan saat berhubungan dengan pihak lain —melimpahnya rasa hormat, rasa saling memahami menyeimbangkan antara pertimbangan dan keberanian, dan menghargai perbedaan. Ini adalah inti dari tim yang saling melengkapi. Kebiasaan 7 adalah paradigma perbaikan terus-menerus dari sebuah pribadi utuh. Ini adalah kebiasaan untuk pendidikan, pembelajaran, dan pembuatan komitmen ulang —apa yang disebut oleh bangsa Jepang sebagai Kaizen. Inilah sebabnya mengapa diagram melingkar yang dipergunakan di sepanjang buku ini memiliki sebuah mata panah yang tidak menutup lingkaran tersebut tetapi akan menciptakan sebuah spiral naik yang melambangkan sebuah perbaikan tanpa henti dalam masing-masing wilayah dari empat wilayah yang dipilih.

C. Solusi Kepemimpinan dalam Organisasi