Warung kejujuran adalah sebuah warung yang dikelola oleh siswa, dimana tidak ada penunggu warungnya. Semua transaksi berjalan dengan swalayan dan
kesadaran membayar berapa harga barang yang di beli. Tanpa ada yang mengawasi. Semua barang ditempeli label harga dan pembeli membayar dengan
sadar ke dalam sebuah kotak terbuka berisi uang. Jika uang yang dimasukan ke kotak perlu kembalian, maka si pembeli mengambil kembaliannya sendiri. Semua
transaksi berjalan tanpa pengawasan, hanya berbekal kejujuran. Warung ini akan melatih kejujuran, sebuah nilai kehidupan yang menjadi cikal bakal hidup terbebas
dari korupsi. Dengan adanya pendidikan anti korupsi ini, diharapkan akan lahir generasi tanpa
korupsi sehingga dimasa yang akan datang akan tercipta Indonesia yang bebas dari korupsi. Harapan awal tentunya ini akan berdampak langsung pada lingkungan
sekolah yaitu pada semua elemen pendidikan, seperti kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa. Lingkungan sekolah akan menjadi pioneer bagi pemberantasan
korupsi dan akan merembes ke semua aspek kehidupan bangsa demi mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.
K. Pendidikan Anti Korupsi dalam Keluarga
Walau telah dibentuk Undang-Undang Anti Korupsi kemudian berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi atau yang dikenal dengan nama KPK hingga lahirnya
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi atau Pengadilan Tipikor bahkan baru-baru ini dibentuk Satgas Mafia Hukum, namun sepertinya kasus Korupsi makin marak di
negeri ini. Korupsi seakan menjadi budaya yang telah mengakar dari generasi ke generasi hingga sulit untuk diberantas sampai ke akarnya namun bukan berarti tidak
bisa karena seperti cerita lama bahwa batu yang keras bisa berlubang karena tetesan air, itu artinya bahwa walaupun korupsi sulit dihilangkan namun kalau terus
menerus diberantas maka ia akan lenyap. Kosakata terus-menerus menjadi kunci dari sebuah keberhasilan pemberantasan korupsi karena kalau hanya sekedar cari
muka dalam memberantas korupsi maka sampai kapanpun korupsi tidak akan hilang.
Pemberantasan korupsi bisa dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu rumah kita sendiri. Kenapa harus rumah sendiri bukan dari diri sendiri ataupun juga
lingkungan yang lebih luas lagi. Karena biasanya korupsi terlahir karena didikan dari
keluarga walaupun kita tidak menyadarinya. Banyak hal yang sebenarnya adalah korupsi di keluarga kita namun terkadang dia lewat begitu saja karena menganggap
itu adalah hal wajar. Kenapa wajar karena kebiasaan itu seperti sebuah tradisi yang sulit dihilangkan. Misalnya, ―Kamu dititipi ibumu uang untuk belanja di toko dan
ternyata ada uang kembaliannya namun kamu malah membelanjakan uang
kembalian tersebut tanpa sepengetahuan ibumu.” Itu namanya sudah korupsi. Lalu dimana letak pembelajaran korupsinya, biasanya setelah sampai di rumah, kamu
akan bilang ―Bu, tadi uang kembaliannya saya belikan‖ dan ibunya pun berkata ―Tidak apa-apa, asal belanjaan sudah dibeli‖. Kata-kata ―Tidak apa-apa‖ menjadikan
kamu merasa hal itu biasa hingga akhirnya berlanjut ketika kamu sudah punya
jab atan, misalnya ―Kamu disuruh beli semen yang terbaik namun malah membeli
semen kualitas tidak baik karena kamu berpikir yang penting semennya sudah dibeli.”
Atau ketika sebelum atau sesudah ulangan terkadang orangtuamu mengajak kamu ke tempat gurumu sambil membawakan bingkisan hadiah dengan harapan
agar gurumu tadi memberikan nilai yang baik. Padahal itu juga merupakan bagian dari korupsi. Karena bisa saja ditiru oleh anaknya suatu hari, semisal,
“Ketika ingin memenangkan sebuah tender proyek tertentu ia mengirimkan hadiah pada pihak
yang punya wewenang penentuan tender tersebut.” Hal-hal yang mungkin sepele seperti contoh diatas mungkin adalah hal biasa
namun disitulah letak kesalahan kita. Seharusnya ketika anak kita, membelanjakan uang tanpa sepengetahuan kita, ada baiknya kita beri nasehat dan jangan langsung
membiarkannya begitu saja dan kalau itu diulangi nya kembali tak ada salahnya kita memberinya hukuman sebagai bentuk pembelajaran padanya bahwa mengambil
uang tanpa sepengetahuan yang punya itu dilarang. Kemudian juga, jangan membiasakan datang ke tempat guru sebelum ataupun sehabis ulangan dengan
membawa bingkisan hadiah karena hal itu akan memberikan contoh yang buruk pada anak kita.
Jadi untuk memotong akar dari korupsi ini bisa diawali dengan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan di rumah kita yang bisa menjadi contoh buruk bagi anak kita
suatu saat nanti. Selain menghilangkan kebiasaan salah tersebut, ada baiknya kita juga
memberikan pendidikan anti korupsi sejak dini namun tentu juga diimbangi dengan
pemberian contoh karena kalau hanya berkutat pada teori maka pendidikan anti korupsi hanya akan menjadi sebuah buku tanpa amal. Harus ada keseimbangan
antara teori dengan praktik nyata yang kita berikan. Pemberian contoh anti korupsi dalam kehidupan nyata biasanya akan lebih membekas dalam ingatan.
Pemberian contoh bisa dimulai dari dalam keluarga, misalnya berangkat kerja tepat waktu, tidak memakai kendaraan dinas untuk keperluan pribadi.
Namun juga dalam pendidikan anti korupsi hal yang perlu diperhatikan adalah hati karena bagaimanapun kalau hati sudah salah maka sulit memberikan jalan lurus
karena itu hindarilah makanan yang bersifat haram semisal makanan dari hasil korupsi karena kalau sudah pernah memakan hasil uang korupsi maka ia akan
mendarah daging dalam tubuh kita dan hanya tinggal masalah waktu saja kitapun bisa terjerumus juga dalam lingkaran hitam. Dan ketika kita sudah terjerumus, terus
memberikan nafkah serta makanan dari hasil korupsi maka istri dan anak kitapun bisa juga terjerumus dalam lingkaran itu. Sesuatu yang haram masuk ke dalam
tubuh bisa mempengaruhi kejiwaan walaupun ini tidak pernah ada penelitian namun itulah yang sering terjadi dimasyarakat. Ayahnya koruptor, anaknya juga.
Selain menjaga hati kita, keluarga kita juga perlu mendukung dalam hal anti korupsi karena kalau keluarga tidak mendukung maka biasanya akan sulit dilakukan.
Dukungan pertama itu harus ada dari istri karena bagaimanapun dibalik kesuksesan suami selalu ada istri. Ketika istri kita termasuk orang yang materialistis maka
biasanya tuntutan terhadap gaya hidup begitu tinggi yang akibatnya bila sang suami tak mampu memberikan, maka bisa saja ia mendorong suaminya untuk melakukan
korupsi hanya untuk memenuhi gaya hidup istrinya. Jadi, untuk membasmi korupsi tidak bisa ditebang dari atas namun dari bawah
yaitu keluarga. Penebangan itu bisa dilakukan dengan cara tidak membiasakan korupsi sejak dini atau memberikan contoh korupsi serta tentu adanya pendidikan
anti korupsi. Namun dari semua itu bisa dilakukan kalau hati kita kuat dan tegar dalam menghadapi godaan lingkungan yang mungkin banyak koruptornya dan juga
jangan memberikan makanan yang tidak halal kepada keluarga kita karena itu bisa mempengaruhi kejiwaan serta adanya dukungan keluarga karena bagaimanapun
keluargalah yang bisa mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan bertindak.
L. Implementasi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi dalam Kehidupan Sehari-hari