Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pertimbangan utamanya adalah bahwa orang pada umunya tidak terlampau mengkhawatirkan terjadinya ―perampasan‖ atau ―pengambilalihan‖ pekerjaan, melainkan mengkhawatirkan terjadinya penyalahgunaan kewenangan, kekuasaan atau keahlian. Misalnya, masyarakat tidak atau kurang mengkhawatirkan bahwa tukang daging akan mengambil alih pekerjaan penjahit, atau sebaliknya, penjahit akan mengambil alih pekerjaan tukang daging, tetapi lebih mengkhawatirkan apakah mereka melaksanakan pekerjaan mereka hanya demi kepentingan mereka sendiri. Masyarakat mengkhawatirkan bahwa tukang daging, misalnya, tidak memotong dan menimbang daging sesuai dengan ukuran yang dipesan; pembuat roti akan secara sengaja mencampurkan racun kedalam roti yang dibuatnya, atau piñata rambut secara sengaja menyetrom pelanggannya yang sedang dikeringkan rambutnya dengan alat pengering rambut elektrik hair-dryer. Dengan perkataan lain, apakah diskresi atau kewenangan mereka dalam mengambil keputusan tidak mereka salah-gunakan semata-mata hanya untuk mengejar kepentingan mereka sendiri self-interest dengan mengabaikan kepentingan orang lain yang seharusnya mereka layani. Pembedaan antara etika profesi dan etika kerja lazimnya dilakukan mengingat aktivitas para profesional seperti dokter, pengacara, dan akuntan, adalah berbeda dengan pekerja lain pada umumnya. Para profesional memiliki karakteristik khusus dari segi pendidikan atau pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan dengan klien, yang membedakannya dari pekerja non-profesional. Tuntutan akan standar profesionalisme dan etika terhadap profesional adalah jauh lebih tinggi dibandingkan terhadap non-profesional. Namun demikian tetap perlu diingat, meskipun etika profesi dibedakan dari etika kerja, kerangka dan prinsip-prinsip yang dicakup etika profesi tetap dapat diberlakukan sebagai etika kerja. Ini terutama karena etika profesi mencakup prinsip-prinsip umum etika yang, sebagaimana prinsip-prinsip itu diberlakukan pada kehidupan profesi, dapat diterapkan pada bidang pekerjaan atau kehidupan yang lain.

D. Disiplin Pegawai Negeri Sipil

1. Kewajiban PNS Disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 3, bahwa setiap PNS wajib: a. Mengucapkan sumpahjanji PNS. Pelanggaran sumpah janji PNS ini akan diberikan hukuman disiplin sedang apabila dikakukan tanpa alasan yang yang sah. b. Mengucapkan sumpahjanji jabatan Pelanggaran sumpah janji jabatan ini akan diberikan hukuman disiplin sedang apabila dikakukan tanpa alasan yang yang sah. c. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesaruan Republik Indonesia, dan Pemerintah. Yang dimaksud dengan ―setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemerintah‖ adalah setiap PNS di samping taat juga berkewajiban melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kebijakan negara dan Pemerintah serta tidak mempermasalahkan danatau menentang Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai pns ini akan diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya. Apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan akan diberi teguran disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah danatau Negara akan diberikan hukuman disiplin berat. d. Menaati segala peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud dengan ―peraturan perundang-undangan‖ adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan. Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai pns ini akan diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya. Apabila pelanggaran berdampak negative pada instansiyang bersangkutan akan diberi teguran disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah danatau Negara akan diberikan hukuman disiplin berat. e. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab. Yang dimaksud dengan ―tugas kedinasan‖ adalah tugas yang diberikan oleh atasan yang berwenang dan berhubungan dengan: a. perintah kedinasan, b. peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian atau peraturan yang berkaitan dengan kepegawaian, c. peraturan kedinasan, d. tata tertib di lingkungan kantor, atau e. standar prosedur kerja Standar Operating Procedure atau SOP. Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai PNS ini akan diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya. Apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan akan diberi teguran disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah danatau Negara akan diberikan hukuman disiplin berat. f. Menjunjung tinggi kehormatan Negara, pemerintah, dan martabat PNS Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai pns ini akan diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya. Apabila pelanggaran berdampak negative pada instansiyang bersangkutan akan diberi teguran disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah danatau Negara akan diberikan hukuman disiplin berat. g. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, danatau golongan. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjalankan kewajibannya dengan memprioritaskan kepentingan-kepentingan umum dari kepentingan personalnya. Maksudnya, dalam menjalankan tugasnya, setiap PNS wajib mendahulukan kepentingan-kepentingan Negara daripada kepentingan dirinya sendiri ataupun kepentingan kelompok. h. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan. Yang dimaksud dengan ―menurut sifatnya‖ dan ―menurut perintah‖ adalah didasarkan pada peraturan perundangundangan, perintah kedinasan, danatau kepatutan. Jadi Setiap Pegawai Negeri Sipil, harus senantiasa memegang teguh rahasia jabatan berdasarkan perundangan. i. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjalankan tugas-tugasnya dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat demi kepentingan Negara. j. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil. Pegawai Negeri Sipil memiliki kewajiban dalam memberikan informasi dengan cepat kepada atasan, jika mengetahui berbagai hal yang dapat memberikan kerugian atau berbahaya terhadap Pemerintah. k. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja. Yang dimaksud dengan kewajiban untuk ―masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja‖ adalah setiap PNS wajib datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai ketentuan jam kerja serta tidak berada di tempat umum bukan karena dinas. Apabila berhalangan hadir wajib memberitahukan kepada pejabat yang berwenang. l. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan. Yang dimaksud dengan ―sasaran kerja pegawai‖ adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang pegawai yang disusun dan disepakati bersama antara pegawai dengan atasan pegawai. j. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya. Yang dimaksud dengan ―menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik- baiknya‖ adalah setiap PNS wajib menggunakan dan memelihara barang milik Negara dengan efektif dan efisien serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan k. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. Yang dimaksud dengan ―memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat‖ adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. l. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas. Yang dimaksud dengan ―membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas‖ adalah membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan peraturan perundang-undangan. m. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier. Yang dimaksud dengan ―memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier‖ adalah member kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pengembangan karier, antara lain memberi kesempatan mengikuti rapat, seminar, diklat, dan pendidikan formal lanjutan. n. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Yang dimaksud dengan ‖menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang‖ adalah menaati peratuan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan. 2. Larangan PNS Disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 4, bahwa setiap PNS dilarang: a. Menyalahgunakan wewenang. Yang dimaksud dengan ―menyalahgunakan wewenang‖ adalah menggunakan kewenangannya untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu untuk kepentingan pribadi atau kepentingan pihak lain yang tidak sesuai dengan tujuan pemberian kewenangan tersebut. b. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi danatau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain. Sebagai contoh : Seorang PNS yang tidak memiliki wewenang di bidang perizinan membantu mengurus perizinan bagi orang lain dengan memperoleh imbalan. c. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain danatau lembaga atau organisasi internasional. d. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing. e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah. Yang dimaksud dengan ―memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang- barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah‖ adalah perbuatan yang dilakukan tidak atas dasar ketentuan termasuk tata cara maupun kualifikasi barang, dokumen, atau benda lain yang dapat dipindahtangankan. f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara. g. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan. Yang dimaksud dengan ―jabatan‖ adalah jabatan struktural dan jabatan fungsional tertentu. h. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan danatau pekerjaannya. PNS dilarang menerima hadiah, padahal diketahui dan patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. i. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya. Yang dimaksud dengan ―bertindak sewenang-wenang‖ adalah setiap tindakan atasan kepada bawahan yang tidak sesuai dengan peraturan kedinasan seperti tidak memberikan tugas atau pekerjaan kepada bawahan, atau memberikan nilai hasil pekerjaan Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai tidak berdasarkan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan. j. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani. k. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan. Yang dimaksud dengan ―menghalangi berjalannya tugas kedinasan ‖ adalah perbuatan yang mengakibatkan tugas kedinasan menjadi tidak lancar atau tidak mencapai hasil yang harus dipenuhi. Contoh: PNS yang tidak memberikan dukungan dalam hal diperlukan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dalam tugas kedinasan. l. Memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara: 1 ikut serta sebagai pelaksana kampanye 2 menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS PNS sebagai peserta kampanye hadir untuk mendengar, menyimak visi, misi, dan program yang ditawarkan peserta pemilu, tanpa menggunakan atribut Partai atau PNS. Yang dimaksud dengan ―menggunakan atribut partai‖ adalah dengan menggunakan danatau memanfaatkan pakaian, kendaraan, atau media lain yang bergambar partai politik danatau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, danatau calon PresidenWakil Presiden dalam masa kampanye. Yang dimaksud dengan ―menggunakan atribut PNS‖ adalah seperti menggunakan seragam Korpri, seragam dinas, kendaraan dinas, dan lain-lain. 3 sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; danatau 4 sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara; m. Memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden dengan cara: 1 membuat keputusan danatau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; danatau 2 mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat n. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang- undangan, dan o. memberikan dukungan kepada calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah, dengan cara: 1 terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah Yang d imaksud dengan ―terlibat dalam kegiatan kampanye‖ adalah seperti PNS bertindak sebagai pelaksana kampanye, petugas kampanyetim sukses, tenaga ahli, penyandang dana, pencari dana, dan lain- lain. 2 menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye 3 membuat keputusan danatau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye, danatau 4 mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat. F. Hukuman disiplin PNS PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 danatau Pasal 4 PP No 53 Tahun 2010 seperti yang disebutkan sebelumnya akan dijatuhi hukuman disiplin. Adapun Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin yang dapat dijatuhi berdasarkan Pasal 7 PP No 53 Tahun 2010 adalah sebagai berikut: 1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari: a. hukuman disiplin ringan; b. hukuman disiplin sedang; dan c. hukuman disiplin berat. 2. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a terdiri dari: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan c. pernyataan tidak puas secara tertulis. 3. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b terdiri dari: a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 satu tahun; b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 satu tahun; dan c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 satu tahun. 4. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c terdiri dari: a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tiga tahun; b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; c. pembebasan dari jabatan; d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2 dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban: 1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 2. menaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 4. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, danatau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa: a. teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 5 lima hari kerja; b. teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 6 enam sampai dengan 10 sepuluh hari kerja; dan c. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 11 sebelas sampai dengan 15 lima belas hari kerja; 10. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 11. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 12. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja; 13. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja; dan 14. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja. Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 3 dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban: 1. mengucapkan sumpahjanji PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah; 2. mengucapkan sumpahjanji jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah; 3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negative bagi instansi yang bersangkutan; 4. menaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan; 5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan; 6. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan; 7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, danatau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan; 10. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa: a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 satu tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 enam belas sampai dengan 20 dua puluh hari kerja; b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 satu tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 dua puluh satu sampai dengan 25 dua puluh lima hari kerja; dan c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 satu tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 dua puluh enam sampai dengan 30 tiga puluh hari kerja; 12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun hanya mencapai 25 dua puluh lima persen sampai dengan 50 lima puluh persen; 13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja; 16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja; dan 17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan. Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 4 dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban: 1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 2. menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 4. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, danatau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danataunegara; 9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa: a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tiga tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 tiga puluh satu sampai dengan 35 tiga puluh lima hari kerja; b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36 tiga puluh enam sampai dengan 40 empat puluh hari kerja; c. pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 empat puluh satu sampai dengan 45 empat puluh lima hari kerja; dan d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 empat puluh enam hari kerja atau lebih; 10. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pegawai pada akhir tahun kurang dari 25 dua puluh lima persen; 11. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 12. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 13. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara. Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2 dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap larangan: 1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang- barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara, secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja; 4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan 5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja. Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 3 dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap larangan: 1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang- barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja; 4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; 5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi; 6. memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara ikut serta sebagai pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS, sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 12 huruf a, huruf b, dan huruf c; 7. memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden dengan cara mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 13 huruf b; 8. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 14; dan 9. memberikan dukungan kepada calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah serta mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan huruf d. Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 4 dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap larangan: 1. menyalahgunakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 1; 2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi danatau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 2; 3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain danatau lembaga atau organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 3; 4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 4; 5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang- barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 7; 8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan danatau pekerjaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 8; 9. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; 10. menghalangi berjalannya tugas kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 11. memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 12 huruf d; 12. memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden dengan cara membuat keputusan danatau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 13 huruf a; dan 13. memberikan dukungan kepada calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah, dengan cara menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye danatau membuat keputusan danatau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf b dan huruf c. Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 angka 9, Pasal 9 angka 11, dan Pasal 10 angka 9 dihitung secara kumulatif sampai dengan akhir tahun berjalan. G. Macam-Macam Etika Etos Kerja 1. Etos Kerja Pancasila Etos kerja Pancasila merupakan pemikiran, nilai-nilainya dikaitkan dengan nilai-nilai Pancasila yang tidak tertulis secara eksplisit, tetapi harus digali lebih dalam, khususnya pada sila Ketuhanan yang Maha Esa. Dengan demikian, etos kerja ini dihubungkan dengan sistem keyakinan untuk membedakannya dari etos kerja yang bersifat sekular seperti yang ditawarkan oleh falsafah Pragmatisme. Keunikan etos kerja ini dengan etos kerja lainnya bisa dilihat dari 10 ciri utamanya, yaitu: Spesialisasi, Rasionalitas, Sistematis, Efisiensi, Konsistensi, Kerajinan, Kerja keras, Ketekunan, Pengharapan, dan Cinta Kasih. Tentu bukan hanya ini saja nilai-nilai dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Masih ada kejujuran, keadilan, kesabaran, kesopanan, tolong menolong, dan bersikap ramah, dan nilai-nilai etis lainnya. Namun, hanya sepuluh 10 nilai ini yang ingin ditonjolkan sebagai bentuk sederhana dari etika kerja Pancasila. Tentu, etos kerja ini belum secara jelas terlihat dalam kehidupan masyarakat seperti etos kerja Barat atau Jepang, yang sudah melekat pada masyarakatnya. Seperti visi Indonesia Raya, etika kerja Pancasila masih dalam bentuk cita-cita. Namun, dengan etos kerja inilah bangsa Indonesia mampu mencapai negara yang adil dan makmur, cita-cita yang diikrarkan oleh para pendiri bangsa ini. 2. Etos Kerja Muslim Etos kerja muslim dapat difenisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Apabila setiap pribadi muslim memahami, menghayati, dan kemudian mau mengaktualisasikannya dalam kehidupannya maka akan tampak pengaruh serta dampaknya kepada lingkungan, yang kemudian mendorong dirinya untuk terjun dalam samudra dunia dengan kehangatan iman. a. Ciri – Ciri Etos Kerja Muslim Ciri – ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tigkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Allah yang akan memuliakan dirinya, memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia pilihan. 1. Memiliki jiwa kepemimpinan leadership Memimpin berarti mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain, agar orang lain tersebut dapat berbuat sesuai dengan keinginannya. Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk memiliki kepemimpinan Islam sudah barang tentu seluruh peranan dirinya merupakan bayang – bayang dari kehendak Allah sehingga keputusan dirinya mampu mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan ruang serta waktu dengan nilai tauhid. 2. Selalu berhitung Rasulullah pernah bersabda, bekerjalah untuk duniamu, seakan – akan engkau akan hidup selama – lamanya dan beribadahlah untuk akhirat seakan – akan engkau akan mati besok. Setiap langkah dalam kehidupan seorang muslim harus selalu memperhitungkan segala aspek dan resikonya dan menggunakan perhitungan yang rasional, yaitu tidak percaya dengan takhayul. Komitmen pada janji dan disiplin pada waktu merupakan citra seorang muslim sejati. 3. Menghargai waktu Hal ini tercantum di dalam firman Allah, Q. S. Al Ashr : 1 – 3. Waktu bagi seorang muslim adalah rahmat yang tiada terhitung nilainya. Baginya pengertian terhadap makna waktu merupakan tanggung jawab yang sangat besar. Sebagai konsekuensi logisnya dia menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas. 4. Hidup hemat dan efisien Seorang muslim mempunyai cara hidup yang sangat efisien di dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Dia menjauhkan sikap yang tidak produktif dan mubadzir, karena kedua sikap tersebut dijauhi dalam Islam. Dia berhemat bukan dikarenakan karena ingin menumpuk kekayaan, sehingga melahirkan sikap kikir. Tetapi berhemat dikarenakan bahwa tidak selamanya hidup itu berjalan mulus, sehingga berhemat berarti mengestimasikan apa yang akan terjadi di masa depan. 5. Keinginan untuk mandiri Sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanya terdapat pada jiwa yang merdeka, sedangkan jiwa yang terjajah akan terpuruk, sehingga dia tidak pernah mampu mengolah kemampuan serta potensi dirinya secara optimal. 1. Etika Etos kerja merupakan sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang integral. 2. Delapan etos kerja menurut Jansen H. Sinamo: a. Kerja adalah rahmat, bekerja tulus penuh syukur. b. Kerja adalah amanah, bekerja tulus penuh tanggung jawab. c. Kerja adalah panggilan, bekerja tulus penuh integritas. d. Kerja adalah aktualisasi, bekerja tulus penuh semangat. e. Kerja adalah ibadah, bekerja tulus penuh kecintaan. f. Kerja adalah seni, bekerja tulus penuh kreativitas g. Kerja adalah kehormatan, bekerja tulus penuh keunggulan. h. Kerja adalah pelayanan, bekerja tulus penuh kerendahan hati. 3. Faktor yang mempengaruhi etos kerja antara lain agama, budaya, sosial politik, kondisi lingkungangeografis, pendidikan, struktur ekonomi, dan motivasi intrinsik individu. RANGKUMAN 4. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para professional dalam menjalani kewajiban mereka memberikan dan mempertahankan jasa kepada masyarakat yang berstandar tinggi. Sedangkan etika kerja mengatur praktik, hak dan kewajiban bagi mereka yang bekerja di bidang yang tidak disebut profesi non-profesional. Non- profesional adalah pegawai atau pekerja biasa dan dianggap kurang memiliki otonom dan kekuasaan atau kemampuan profesional. 5.Etos kerja dapat dibedak ke dalam beberapa jenis, antara lain: a. Etos kerja pancasila Etos kerja Pancasila merupakan pemikiran; nilai-nilainya dikaitkan dengan nilai-nilai Pancasila, yang tidak tertulis secara eksplisit, tetapi harus digali lebih dalam, khususnya pada sila Ketuhanan yang Maha Esa. b. Etos Kerja Muslim Etos kerja muslim dapat difenisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Beberapa ciri etos kerja muslin adalah memiliki jiwa kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, hidup hemat dan efisien, dan keinginan untuk mandiri. I. SOAL ESSAY 1. Apa yang anda ketahui dengan etos kerja? Sebutkan faktor2 yang mempengaruhi etos kerja? 2. Jelaskan perbedaan antara etika kerja dan etika profesi 3. Sebutkan dan jelaskan lima indikator untuk mengukur etos kerja menurut teori Akhmad Kusnan 4. Sebutkan dan jelaskan kewajiban dan larangan PNS menurut PP NO 53 Tahun 2010 5. Sebutkan tingkat dan jenis hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan PNS menurut PP NO 53 Tahun 2010 6. Menurut anda, bagaimanakah etos kerja PNS yang berkembang selama ini ? Hubungkan dengan teori etos kerja yang anda ketahui LATIHAN II. SOAL KASUS Kasus I : Cuti Bersama Tak Mendidik Kerja Keras Pemerintah kembali memutuskan Jumat, 3 Juni 2011, sebagai cuti bersama. Kesepakatan untuk libur ini dinilai sebagai pembolosan yang disahkan. ‖Terlalu banyak libur akan melemahkan etos kerja dan ujungnya menurunkan produktivitas nasional. Padahal, semestinya warga Indonesia bekerja keras bila ingin maju,‖ kata Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Prof Zainuddin Maliki, Senin 235 di Surabaya. Cuti bersama pada Jumat 3 Juni diputuskan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Perubahan Hari Libur dan Cuti Bersama. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dalam siaran persnya menjelaskan, cuti bersama untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan hari kerja di antara dua hari libur. Selain itu, selama ini sebagian pegawai negeri sipil tidak sepenuhnya memanfaatkan hak cuti tahunan yang menjadi momen rekreasi dan penyegaran bagi karyawan dan keluarga. Menurut Zainuddin, Indonesia sudah bermasalah dengan produktivitas dan etos kerja bangsa. ‖Hari kerja pun seperti libur karena jam kerja tidak dimanfaatkan secara produktif,‖ ujarnya. Praktisi pendidikan Arief Rachman menilai, kebiasaan cuti bersama di Indonesia tidak mendidik karakter bangsa yang suka bekerja keras. Padahal, bangsa ini harus mengembangkan semangat dan kebiasaan bekerja keras, bukan lebih senang liburan. ‖Benar-benar tidak mendidik bangsa agar suka kerja keras jika setiap kali ada hari kejepit, dilanjutkan dengan cuti bersama. Yang namanya cuti, terserah pribadi,‖ ujarnya. Arief khawatir, kebiasaan cuti bersama ini bisa jadi contoh tidak baik bagi anak- anak sekolah. ‖Anak-anak jadi lebih suka menantikan liburan, bukan belajar,‖ ujarnya. INAINEELN Sumber: Kompas, Selasa, 24 Mei 2011 Pertanyaan: 1. Bagaimana pendapat anda mengenai etos kerja PNS yang sering melakukan cuti bersama tersebut ? Berikan jawaban anda dengan jelas dan berlandaskan pada teori etos kerja. Kasus II: Dirjen Pajak Pecat Gayus Tambunan Direktur Jenderal Pajak Mochamad Tjiptardjo akhirnya memecat secara tidak hormat pegawainya, Gayus Tambunan, sebagai pegawai negeri sipil PNS di Direktorat Jenderal Pajak. Gayus dipecat berdasarkan hasil rekomendasi Direktorat Kepatuhan Internal Transformasi Sumber Daya Aparatur atau KITSDA yang menemukan adanya pelanggaran disiplin dan kode etik yang dilakukan oleh Gayus. Kalau sekarang status Gayus masih pegawai negeri. Tetapi pelanggaran sebagai pegawai negeri sudah ada sehingga terancam hukuman diberhentikan tidak hormat. Senin segera diusulkan ke Menkeu untuk diberhentikan, kata Tjiptardjo, saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat 2632010. Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh KITSDA, Gayus menurutnya mengaku telah menerima uang dari wajib pajak. Hal ini kemudian dijadikan bukti untuk memecat Gayus secara tidak hormat dari Ditjen Pajak. Dia diberhentikan itu karena pelanggaran dia sebagai pelanggaran kode etik. Dia ngaku mengerjakan ini, terima uang segini, itu sudah cukup, ungkap Tjiptardjo. Sumber : Kompas, Jumat, 26 Maret 2010 Pertanyaan: 1. Jelaskan pelanggaran etika kerja yang dilakukan oleh Gayus dalam kaitannya dengan pelanggaran disiplin PNS dalam PP NO 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS GLOSSARIUM Etika : cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika kerja : sistem nilai atau norma yang digunakan oleh seluruh karyawan perusahaan, termasuk pimpinannya dalam pelaksanaan kerja sehari- hari Etika profesi : sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Etimologi : cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata. Etos : adalah memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Integrasi : suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing- masing. KORPRI : organisasi di Indonesia yang anggotanya terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, pegawai BUMN, BUMD serta anak perusahaan, dan perangkat Pemerintah Desa. Profesi : pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus Pegawai Negeri : warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku pasal 1 ayat 1 UU 431999. PNS : salah satu jenis Kepegawaian Negeri di samping anggota TNI dan Anggota POLRI UU No 43 Th 1999. Pragmatisme : aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. [ SOP : Suatu standarpedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Teologi : ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. DAFTAR PUSTAKA Siagian, Prof. Dr. Sondang P.1995. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju Sukses. Bogor: Grafika Mardi Yuana. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri. http:8etos.com http:www.putra-putri-indonesia.compengertian-etos-kerja.html http:kasihdalamkata.blogspot.com200806etos-kerja-bagi-masyarakat-muslim.htm http:www.putra-putri-indonesia.cometos-kerja-pancasila.htm BAB PENGERTIAN KORUPSI, FAKTOR PENYEBAB KORUPSI, DAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI

A. Istilah dan Definisi Korupsi