35 Kelemahan menjadi kebaikan, mengernyit merendahkan diri menjadi rendah hati,
tunduk kepada penindas membenci adalah ketaatan, pengecut berarti kesabaran. Moralitas adalah satu penipuan panjang dan berani. Oleh karena itu, nilai
melekat pada konsep yang berlaku moralitas harus seluruhnya ulang. Superioritas intelektual di luar kebaikan dan kejahatan seperti yang dipahami dalam pengertian
tradisional. Tidak ada order moral yang lebih tinggi yang orang-orang kalibrasi tersebut setuju. Akhir dari masyarakat bukanlah kebaikan bersama anggotanya.
Aristokrasi intelektual adalah akhir sendiri. Seperti bersandar dengan masing-masing individu untuk memutuskan siapa yang milik ini aristokrasi intelektual, sehingga
setiap orang bebas untuk membebaskan diri dari tatanan moral yang ada.
D. Teori
Etika
Sejumlah teori dan konsep etika telah dikembangkan oleh beberapa filsuf atau pemikir dalam bidang etika. Pembelajaran teori etika tersebut untuk
memperoleh kemudahan dalam mengupas persoalan etika dan sebagai panduan untuk menentukan benar atau salahnya suatu tindakan, keputusan dan kebijakan.
1. Teori Teleleologi. Dalam buku karangan Kusmanadji 2004, II-1-II-2 dikemukakan bahwa
teori teleleologi disebut juga teori konsekuensialis, menyatakan bahwa nilai moral suatu
tindakan ditentukan semata-mata oleh konsekuensi tindakan tersebut. Benar atau salahnya tindakan ditentukan oleh hasil atau akibat dari tindakan tersebut. Maka,
yang menyebabkan tindakan itu benar atau salah adalah bukan tindakan itu sendiri melainkan akibat dari tindakan tersebut. Akibat dalam hal ini adalah konsekuensi
baik. Oleh karena itu, kebaikan merupakan konsep fundamental dalam teori teleleologi.
Menurut Aristoteles, Etika teleologis atau Etika Aristoteles, yakni etika yang mengukur benarsalahnya tindakan manusia dari menunjang tidaknya tindakan
tersebut ke arah pencapaian tujuan telos akhir yang ditetapkan sebagai tujuan hidup manusia. Setiap tindakan menurut Aristoteles diarahkan pada suatu tujuan,
yakni pada yang baik agathos. Yang baik adalah apa yang secara kodrati menjadi arah tujuan akhir causa finalis adanya sesuatu. Yang baik yang menjadi tujuan
akhir hidup manusia menurut dia adalah kebahagiaan atau kesejahteraan eudaimonia. Itulah sebabnya teori etikanya sering disebut sebagai teori etika
Eudaimonisme.
36 Dalam buku karangan Ucok Sarimah 2008, 5-6 membedakan teori
teleleologi menjadi 3, yaitu: a. Egoisme Etis
Suatu tindakan benar atau salah tergantung semata-mata pada baik buruknya akibat tindakan tersebut bagi pelakunya.
b. Altruisme Etis Berlawanan dengan egoisme etis, bahwa baik buruknya suatu tindakan
ditentukan oleh baik buruknya akibat tindakan tersebut terhadap orang lain, kecuali pelaku.
c. Utilitarianisme Gabungan antara egoisme etis dan altruisme etis, bahwa benar salahnya
tindakan tergantung pada baik buruknya konsekuensi tindakan tersebut bagi siapa saja yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut.
Dari ketiga teori tersebut, teori teleleologi yang sangat menonjol adalah utilitarianisme yang biasanya dihubungkan dengan filsuf Inggris, Jeremy Betham dan
John Stuart Mill. Sesuai dengan namanya utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa latinnya utilis
yang artinya ―bermanfaat‖ dalam mengukur baik dan buruk. Kebaikan didefinisikan sebagai kesenangan sedangkan keburukan didefinisikan
sebagai kesedihan. Bentuk klasik utilitarianisme dinyatakan sebagai berikut: ―Suatu
tindakan adalah benar jika dan hanya jika tindakan itu menghasilkan selisih terbesar kesenangan di atas kesedihan bagi setiap orang.‖
Dalam buku karangan Kusmanadji 2004, 2, Utilitarianisme mencakup empat prinsip, yaitu:
1 Konsekuensialisme. Prinsip yang berpendiran bahwa kebenaran tindakan ditentukan semata-mata oleh konsekuensinya.
2 Hedonisme. Manfaat utility dalam teori ini didefinisikan sebagai kesenangan dan tidak adanya kesedihan. Hedonisme adalah prinsip bahwa kesenangan dan
hanya kesenanganlah yang merupakan perbuatan tertinggi. 3 Maksimalisme. Tindakan yang benar adalah tindakan yang tidak hanya memiliki
konsekuensi berupa beberapa kebaikan, tetapi juga jumlah terbesar konsekuensi baik setelah memperhitungkan konsekuensi buruk.
4 Universalisme. Konsekuensi yang harus dipertimbangkan adalah konsekuensi bagi setiap orang.
37
Utilitarianisme Klasik dan Utilitarianisme Pluralistik
Utilitarianisme Klasik mendefinisikan kebaikan tertinggi adalah kesenangan pleasure dan keburukan tertinggi adalah keburukan plain dan semua tindakan
harus dievaluasi dengan ukuran kesenangan dan kesedihan yang dihasilkan bagi semua orang yang dipengaruhi.
Utilitarianisme Pluralistik disebut juga utilitarianisme dalam arti luas yaitu dengan mengartikan kebaikan sebagai kesejahteraan umat manusia. Apapun yang
menjadikan umat manusia secara umum lebih baik atau memberikan manfaat adalah kebaikan , dan apapun yang menyebabkan umat manusia menjadi lebih buruk atau
menimbulkan kerugian adalah keburukan.
Utilitarianisme Tindakan dan Utilitarianisme Aturan
Utilitarianisme Tindakan berpendirian bahwa dalam semua situasi seseorang seharusnya melakukan tindakan yang memaksimalkan manfaat utility bagi semua
orang yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut. Dapat pula dinyatakan suatu
tindakan adalah benar jika dan hanya jika tindakan itu menghasilkan selisih terbesar
dari kebaikan atas keburukan bagi setiap orang.
Utilitarianisme Aturan berpendirian bahwa manfaat dapat diperhitungkan pada kelompok-kelompok tindakan, bukan pada masing-masing tindakan secara
individual. Dapat pula dinyatakan suatu tindakan adalah benar jika dan hanya jika
tindakan itu sesuai dengan seperangkat aturan yang keberterimaannya secara umum akan menghasilkan selisih terbesar dari kebaikan atas keburukan bagi setiap
orang.
Meski pun sudah dialami manfaat dari utilitarisme bukan berarti utilitarisme secara teoritis tidak memiliki masalah. Jika semua yang dikategorikan
sebagai baik hanya diperoleh dari manfaat terbanyak bagi orang terbanyak, maka apakah akan ada orang yang dikorbankan? Anggap saja ada anjing gila, anjing
tersebut suka menggigit orang yang lewat. 7 dari 10 orang menyarankan anjing tersebut dibunuh sedangkan 3 lainnya menyarankan dibunuh. Penganut utilitarisme
akan menjawab tentu yang baik jika anjing itu dibunuh. Lalu saran 3 orang tadi dikemanakan? Apakah mereka harus menerima itu begitu saja? Kalau menurut teori
ini YA. Kasus di atas hanyalah sebatas anjing bagaimana jika manusia? Bukan tidak
mungkin hal ini terjadi bahkan sudah terjadi, tentu dalam perkembangan peradaban
38 ada sejarah diskriminasi ras mau pun etnis. Kasus diskriminasi ras kulit hitam dan
diskriminasi etnis Tionghoa sebelum tahun 1997 tampaknya tidak terdengar asing lagi di telinga. Salah satu sebab mereka didiskriminasikan karena mereka minoritas,
dan mayoritas berhak atas mereka. Oleh utilitarisme hal ini dibenarkan selama diskriminasi membawa manfaat.
Kelebihannya adalah ketika berkenaan dengan bisnis dan keuangan. Perhitungan ala utilitaris ini dapat berlaku sebagai tinjauan atas keputusan yang
akan diambil. Mengingat dalam keuangan yang ada kebanyakan adalah angka- angka, jadi keputusan dapat diambil secara mudah berdasarkan jumlah terbanyak
bagi manfaat terbanyak. 2. Teori Deontologi.
Menurut Teori Deontologi perbuatan tertentu adalah benar bukan karena manfaat bagi kita sendiri atau orang lain tetapi karena sifat atau hakikat perbuatan itu
sendiri atau kaidah yang diikuti untuk berbuat. Dalam buku karangan Ucok Sarimah 2008, 6 dalam kaitannnya dengan teori deontologi dikenal:
a. Deontologi Tindakan Menurut teori ini, bila seseorang dihadapkan pada situasi dimana harus
mengambil keputusan, seseorang harus segera memahami apa yang harus dilakukan tanpa mendasarkan pada peraturan atau pedoman.
b. Deontologi Kaidah Suatu tindakan benar atau salah karena kesesuaian atau tidak sesuainya
dengan suatu prinsip moral yang benar. c. Deontologi Monistik
Teori ini mendukung suatu kaidah umum seperti ―the golden rule‖ sebagi prinsip moral tertinggi yang menjadi dasar untuk menurunkan kaidah atau prinsip-
prinsip moral lainnya. d. Deontologi Pluralistik
Teori ini dikemukakan oleh William David Ross yang mengidentifikasi tujuh kewajiban moral pada pandangan pertama prime face.
Teori deontologi sebenarnya sudah ada sejak periode filsafat Yunani Kuno, tetapi baru mulai diberi perhatian setelah diberi penjelasan dan pendasaran logis
oleh filsuf Jerman yaitu Immanuel Kant. Kata deon berasal dari Yunani yang artinya kewajiban. Sudah jelas kelihatan bahwa teori deontologi menekankan pada
39 pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan
kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban berarti sudah melakukan kebaikan. Deontologi tidak terpasak pada konsekuensi perbuatan, dengan kata lain deontologi
melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda dengan utilitarisme yang mempertimbangkan hasilnya lalu dilakukan perbuatannya.
Lalu apa itu kewajiban menurut deontologi? Sulit untuk mendefinisikannya namun pemberian contoh mempermudah dalam memahaminya. Misalnya, tidak
boleh menghina, membantu orang tua, membayar hutang, dan tidak berbohong adalah perbuatan yang bisa diterima secara universal. Jika ditanya secara langsung
apakah boleh menghina orang? Tidak boleh, apakah boleh membantu orang tua? Tentu itu harus. Semua orang bisa terima bahwa berbohong adalah buruk dan
membantu orang tua adalah baik. Nah, kira-kira seperti itulah kewajiban yang dimaksud.
Menurut Kant, terdapat tiga kriteria agar suatu tindakan atau prinsip itu bermoral:
a. Tindakan atau prinsip itu haruslah secara konsisten universal dapat diuniversalkan.
b. Suatu tindakan secara moral benar bagi seseorang pada situasi tertentu jika dan hanya jika alasan untuk melakukan tindakan tersebut merupakan alasan yang ia
harapkan dimiliki oleh orang lain pada situasi yang sama. c. Tindakan atau prinsip itu menghargai makhluk relasional sebagai tujuan akhir.
d. Suatu tindakan secara moral benar jika dan hanya jika dalam melaksanakan tindakan tersebut seseorang tidak memperlakukan orang lain semata-mata sebagai
alat untuk memenuhi kepentingannya sendiri, tetapi menghargai orang lain sebagai tujuan akhir bagi dirinya sendiri.
e. Tindakan atau prinsip itu berasal dari, dan menghargai, otonomi makhluk rasional.
f. Suatu tindakan adalah benar secara moral jika dan hanya jika tindakan tersebut menghargai kapasitas orang untuk memilih secara bebas bagi dirinya sendiri.
Selain Kant, filsuf lain yang dikaitkan dengan Teori Deontologi adalah William David Ross. Menurut penilaian moral yang umum, seseorang tidak perlu barangkali
bahkan tidak boleh membiarkan konsekuensi buruk dari perbuatan sebenarnya baik, jika orang itu mempunyai kemampuan untuk mencegahnya. Ross mengajukan jalan
40 keluar dengan mengidentifikasi tujuh kewajiban moral pada pandangan pertama
prima face. Artinya bahwa kewajiban-kewajiban tersebut harus dilaksanakan kecuali ada kewajiban lain yang lebih penting atau pada situasi tertentu ada
kewajiban lain yang sama atau lebih kuat. Ketujuh kewajiban moral tersebut adalah: a. Fidelity kewajiban menepati janjikesetiaan.
b. Kita harus menepati janji yang dibuat dengan bebas, baik eksplisit maupun implisit, dan mengatakan kebenaran.
c. Reparation kewajiban ganti rugi. d. Kita harus memberikan ganti rugi kepada orang yang mengalami kerugian
karena tindakan kita yang salah, kita harus melunasi hutang moril dan materiil. e. Gratitude kewajiban berterima kasih.
f. Kita harus berterima kasih kepada orang yang berbuat baik terhadap kita. g. Justice kewajiban keadilan.
h. Kita harus memastikan bahwa kebaikan dibagikan sesuai dengan jasa orang yang bersangkutan.
i. Benefience kewajiban berbuat baik. j. Kita harus membantu orang lain yang membutuhkan bantuan kita, berbuat apa
pun yang dapat kita perbuat untuk memperbaiki keadaan oarng lain. k. Self-improvement kewajiban mengembangkan diri.
l. Kita harus mengembangkan dan meningkatkan diri kita dibidang keutamaan, intelegensi, dll.
m. Non-maleficence kewajiban tidak merugikan. n. Kita tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
3. Teori Keutamaan Virtue. Teori keutamaan virtue adalah teori yang memandang sikap atau akhlak
seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati, melainkan: apakah orang itu bersikap adil, jujur, murah hati, dan
sebagainya. Velasquez;2005 . Isu utama teori keutamaan adalah membicarakan tentang karakter apa saja yang membuat seseorang sebagai orang baik secara
moral. Teori keutamaan sering juga dikatakan sebagai teori yang membicarakan tentang karakter yang merupakan keutamaan moral. Karakter yang pada umumnya
dianggap sebagai keutamaan moral adalah watak baik yang ada pada setiap individu. Karakter yang umumnya dianggap sebagai keutamaan moral adalah:
41 a. Keberanianketeguhan, meningkatkan peluang untuk memperoleh apa yang
diinginkan. b. Kejujuran, mensyaratkan niat baik dan tulus untuk menyampaikan kebenaran.
c. Kesetiaan, tanggung jawab untuk menjunjung tinggi dan melindungi kepentingan pihak-pihak tertentu dan organisasi.
d. Keandalan, berusaha secara maksimal dan masuk akal dalam memenuhi komitmen.
e. Moderat tidak ekstrim, cenderung ke dimensi pada umumnya. f. Pengendalian diri yang baik.
g. Toleransi terhadap sesama. h. Keramahan merupakan inti kehidupan bisnis, keramahan itu hakiki untuk setiap
hubungan antar manusia, hubungan bisnis tidak terkecuali. i. Loyalitas berarti bahwa seseorang tidak bekerja semata-mata untuk mendapat
gaji, tetapi mempunyai juga komitmen yang tulus dengan perusahaan. j. Kehormatan adalah keutamaan yang membuat seseorang menjadi peka
terhadap suka dan duka serta sukses dan kegagalan perusahaan. k. Rasa malu membuat solider dengan kesalahan perusahaan.
l. Kesantunan. m. Belas kasih.
n. Bangga tetapi tidak arogan. o. Berkeadilan, memastikan bahwa manfaat atau keuntungan dibagikan sesuai
dengan jasa pihak-pihak yang terkait dan berhak, dll. Etika keutamaan memerlukan konteks, artinya dalam menerapkan etika
keutamaan kita perlu memiliki pemahaman mengenai hakikat manusia dan tujuan hidup ini. Hakikat manusia dapat diketahui dengan lebih memahami watak dari
manusia itu sendiri. Sedangkan tujuan hidup dapat ditentukan dengan mempertanyakan ―apa akhir dari kehidupan manusia?‖. Bahwa manusia di dunia
hanya bagian dari perjalanan panjangnya menuju kehidupan yang kekal sehingga
dalam pribadi manusia secara otomatis memiliki sifa-sifat keutamaan. Keutamaan merupakan disposisi watak yang dimiliki seseorang dan memungkinnya untuk
bertingkah laku baik secara moral. Ada tiga hal yang mencerminkan keutamaan, tiga hal tersebut adalah:
a. Disposisi.
42 b. Keutamaan merupakan suatu kecenderungan tetap. Keutamaan cenderung
bersifat permanen, walaupun tidak berarti tidak bisa hilang. Walaupun tidak mudah, Keutamaan dapat saja hilang. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor yang
mempengaruhi seperti faktor lingkungan, orang di sekitarnya, dll. c. Keutamaan merupakan sifat baik dari segi moral yang telah mengakar dalam diri
seseorang. d. Kemauankehendak.
e. Keutamaan adalah kecenderungan tetap yang menyebabkan kehendak tetap pada arah tertentu. Perilaku berkeutamaan disertai dengan maksud baik. Dengan
demikian, Motivasi atau maksud pelaku sangat penting karena itulah yang mengarahkan kehendak.
f. Pembiasaan diri. Keutamaan tidak dimiliki manusia sejak lahir, melainkan diperoleh dengan
cara membiasakan diri atau berlatih. Keberanian, misalnya, adalah keutamaan yang diperoleh melalui pembiasaan diri melawan rasa takut.
Agar seseorang pada akhirnya dapat memiliki keutamaan moral, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a. Pemahaman dan menentukan karakter-karakter yang baik terhadap tujuan akhir, yaitu kehidupan yang baik.
b. Memberikan kandungan atau makna terhadap tujuan akhir tersebut. Dalam melangsungkan kehidupan kesehariannya manusia senantiasa
melakukan suatu tindakan, tindakan yang dilakukannya ada tindakan yang benar dan ada tindakan yang salah. Suatu tindakan dinyatakan benar apabila tindakan yang
dilakukan sepenuhnya mewujudkan atau mendukung keutamaan yang relevan, dimengerti sebagai ciri-ciri karakter yang memungkinkan untuk mencapai kebaikan-
kebaikan sosial Aristoteles, MacIntyre.
E. Tiga Konsep Moral Yang Penting