Penyebab Korupsi di Indonesia

E. Penyebab Korupsi di Indonesia

Penelitian Daniel Kaufman, data lTransparansi Internasional yang menempatkan skor Indeks Persepsi Korupsi IPK selama hampir 9 tahun antara 2,3- 2,8 ditahun 2009 telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu Negara terkorup di dunia. Malaysia skor IPK sekitar 3,5, dan Singapura tergolong terbersih dengan skor 9. Dalam uraian diatas telah dijelaskan bahwa korupsi bukan perbuatan yang berdiri sendiri, dan tidak disebabkan oleh penyebab tunggal. Korupsi disebabkan oleh berbagai sebab yang saling berkaitan satu sama lain, dan intinya disebabkan adalah berbagai sistem yang jelek, seperti: a. Sistem hukum; pembangunan hukum yang cenderung sektoral sehingga membuka peluang terjadinya jual beli kasus. Korupsi sudah terjadi sejak saat pembuatan di lembaga legislatif. Pembangunan hukum lebih condong lebih fokus membela kepentingan kelompok, sehingga mendorong terjadinya berbagai korupsi di lingkungan peradilan. Tiadanya sikap patuh pada hukum. b. Sistem politik yang jelek yang lebih mengetengahkan kepentingan golongan, menjadi kendaraan untuk memperoleh kedudukan serta melupakan pendidikan politik bagi masyarakat. Kondisi tersebut memunculkan fenomena money politic dalam proses pemilihan wakil rakyat dan pejabat eksekutif. c. Sistem rekruitmen pegawai yang jelek, yang tidak memberikan penghargaan pada prestasi sumberdaya manusia, tetapi lebih mengedepankan sikap nepotisme dalam pemilihan, pengangkatan, penempatan para pegawai atau aparatur pemerintahan. Termasuk dalam hal ini jeleknya sistem penggajian, pengawasan pendidikan aparatur, disamping tiadanya sistem evaluasi kinerja yang memadai. d. Sistem sosial yang sangat permisif tidak berani memberikan hukuman terhadap mereka yang melanggar hukum, tidak adanya sanksi sosial yang didukung oleh sikap masyarakat yang lebih mementingkan hak daripada kewajiban. e. Sistem budaya yang berorientasi vertikal, tunduk dan patuh pada kemauan atasan tanpa memperhatikan apakah perintahnya menyalahi hukum atau tidak. Hal ini terutama berdampak terhadap perilaku aparatur yang lebih patuh pada kemauan atasan daripada menjalankan tugas pekerjaannya termasuk menunggu perintah daripada menjalankan SOP yang ada. Sistem budaya yang jelek termasuk pula tidak bisa memahami pengertian rizki reward. Setiap pemberian dianggap rizki. Masyarakat negara lain, hanya menerima sesuatu karena telah berbuat sesuatu prestasi; jadi reward diperoleh karena hasil perbuatannya. Di Indonesia setiap pemberian diangap rizki, walaupun pemberian tersebut bersumber dari perbuatan tidak halal. Sebab sebab tersebut diperkuat oleh: a. Sistem pemerintahan sentralistik dan sangat represif serta tidak memberikan peluang pada masyarakat untuk mengembangkan sanksi sosial; b. Sistem pemerintahan yang otoriter, dimana lembaga lembaga kenegaraan yang ada lebih berperan sebagai lembaga legitimasi dari pada menjalankan tugas dan fungsinya; c. Kesejahteraan aparatur yang rendah yang menimbulkan dorongan kuat untuk korupsi; d. Law enforcement rendah terkait sikap permisif terhadap masyarakat terhadap segala sesuatu yang negatif; e. Kondisi masyarakat yang hedonistik, materialistik dan menurunnya nilai nilai sosial yang pernah hidup; f. Income per kapita yang sangat rendah penyebab korupsi by need. Untuk lebih memahami keterkaitan antar sistem yang jelek sebagai unsur penyebab dapat dilihat dari triangle theory Donald Cresey Examiner Manual:2006; kejahatan, kecurangan atau korupsi ditempat kerja disebabkan oleh tiga hal : a. Exposure atau problem yang dihadapai seseorang atau pegawai ada tekanan yang tidak dapat didiskusikan dengan orang lain, seperti mempunyai utang dalam jumlah besar, berjudi, punya simpanan, pengaruh masyarakat yang bersifat konsumerisme, atau mau balas dendam kepada pemilik perusahaan; b. Opportunity atau peluang kesempatan, seperti memiliki ketrampilan yang mendukung perbuatan curang, lemahnya pengawasan, prosedur yang tidak jelas, tiadanya sanksi yang memadai atas pelanggaran yang terjadi dan sebagainya; c. Rasionalisasi; persepsi yang memandang perbuatan curang atau korupsi sebagai suatu perbuatan wajar, sikap permisif masyarakat, nampak dari ungkapan: ”ya wajar saja pegawai tersebut punya rumah kan sudah sekian tahun bekerja” tanpa dilihat dari mana sumber dana untuk membeli rumah.

F. Dampak atau Akibat Korupsi