Membangun Masyarakat Sejahtera KEADILAN SOSIAL

414 Indonesia, kesejahteraan merupakan sesuatu yang harus segera direalisasikan. Oleh karenanya, negara harus segera memastikan langkah-langkah kongrit, strategis, dan efektif untuk terciptanya kesejahteraan, karena sebagian besar rakyat Indonesia sudah terlalu lama dalam kondisi hidup penderitaan dan tidak menikmati hidup berkecukupan. Kemunculan negara kesejahteraan berawal dari upaya negara untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan welfare rakyat, kemudian negara merealisasikannya melalui kebijakan-kebijakan politik yang menghadirkan pelayanan sosial social services 366 . Dengan demikian, negara kesejahteraan menghendaki peran negara yang lebih dominan terhadap pengelolaan sektor publik, kecuali dalam sektor-sektor perusahaan-perusahaan negara yang sudah jenuh atau kurang produktif 367 . Realitas ini bagi rakyat Indonesia sebenarnya sudah memiliki dasar yang kuat untuk merealisasikan cita-cita ini, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33, ayat 2, yang berbunyi bahwa; Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Dan ayat 3, dari Pasal 33, UUD- 19 le ih tegas e yataka ahwa Bu i da ta ah air da kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan 366 Sejarah kelahiran negara kesejahteraan menurut versi Barat ialah setelah negara-negara di Eropa dilanda krisis pasca perang Dunia I dan perang Dunia II. Munculnya negara kesejahteraan sebagai respon terhadap tantangan Kapitalisme dan kesulitan-kesulitan yang melanda karena depresi dan perang. Negara kesejahteraan di Eropa telah dimulai oleh Jerman pada masa Kanselir Otto Von Bismarck. Tujuan mendesak dari sistem negara kesejahteraan di Eropa adalah untuk meminimalisir akses Kapitalisme yang paling mencolok. Karena sistem Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang tidak memihak kepada orang-orang lemah dhuafa atau miskin. Bahkan dalam sistem Kapitalisme, negara hanya memiliki peran yang terbatas dalam mengelola sektor publik, karena banyak persahaan-perusahaan milik negara diswastakan, artinya diserahkan kepada pihak swasta untuk dikelola. Selain dari itu, negara kesejahteraan adalah untuk mengurangi daya tarik sistem sosialis. Lihat, M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, terj. Isla a d The Eko o i Challe ge Jakarta: Ge a I sa i Press, 2000 , h. 133 367 Terkait dengan sektor-sektor atau perusahaan-perusahaan negara yang sudah jenuh atau kurang produktif, bisa saja negara melakukan kebijakan swastanisasi agar tidak membebani negara. 415 dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Negara kesejahteraan welfare state adalah negara yang mengupayakan kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini setidaknya ada tiga langkah yang harus dilaksanakan, yaitu; 1. Mengatasi dan mengantisipasi anarki produksi dan krisis ekonomi, 2. Meningkatkan jaminan hidup jaminan sosial warga, 3. Memberantas pengangguran 368 . Dalam pengertian lain, dapat ditegaskan bahwa negara kesejahteraan adalah negara yang merujuk pada sebuah model ideal pembangunan yang difokuskan pada peningkatan kesejahteraan melalui pemberian peran yang lebih dominan kepada negara untuk menciptakan pelayanan sosial secara konfrehensif, maka fokus dari sistem negara kesejahteraan adalah untuk menciptakan sebuah sistem perlindungan sosial yang melembaga bagi setiap warga negara sebagai gambaran adanya hak warga negara dan kewajibannya 369 . Oleh karena itu, negara kesejahteraan sebenarnya tidak sebatas menciptakan pelayanan-pelayanan sosial untuk orang-orang miskin saja, tetapi juga untuk semua penduduk atau warga negara, baik orang tua atau anak-anak, pria atau wanita, kaya atau miskin dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar pelayanan-pelayanan sosial sebagai fasilitas yang diselenggarakan dapat dinikmati bersama oleh seluruh warga negara secara merata. Oleh karena itu, negara kesejahteraan merupakan bentuk negara yang memposisikan dirinya sebagai lembaga yang mampu memenuhi hak-hak sosial warganya. Kebijakan-kebijakan politik negara yang bertujuan untuk menghadirkan kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat merupakan komitmen politik yang harus dilakukan dari waktu ke waktu sebagai tanggung jawab negara kepada rakyatnya. Dalam konteks ini negara diidentikkan sebagai lembaga yang mengeluarkan sejumlah kebijakan sosial sebagai langkah kongrit untuk menjembatani hubungannya dengan 368 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan Jakarta: LPKN, 2000 , h. 708 369 Edi Suharto, Negara Kesejahteraan dan Reniventing Depsos, artikel diakses pada 6 September 2008 dari http 209.85.175.104 416 warganya. Kemudian untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat secara umum dan merata ada beberapa langkah prioritas yang harus dilakukan oleh negara, paling tidak untuk ukuran saat ini, yaitu;

1. Kebijakan terhadap peningkatan ketenagakerjaan.

Kebijakan terhadap ketanagakerjaan employment policy merupakan kebijakan yang sangat penting di dalam negara kesejahteraan. Negara semaksimal mungkin berupaya membangun dan membuka seluas-lusanya lapangan kerja dalam berbagai sektor kehidupan sebagai upaya memenuhi tanggung jawab negara kepada rakyat, baik di sektor birokrasi, industri, perdagangan, pertanian, dan di sector-sektor lapangan pekerjaan lainnya. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meminimalisir pengangguran dan mengurangi ketergantungan rakyat pada tunjangan-tunjangan sosial yang disedikan negara.

2. Layanan maksimal bagi kelanjutan pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, di mana setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan. Oleh karenanya negara tidak bisa mengabaikan layanan pendidikan, karena negara yang penduduknya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, negara akan berada pada klasifikasi negara terbelakang, dan kondisi ini memunculkan dampak yang tidak menguntungkan bagi negara, yaitu ketidak mampuan untuk berdaya saing atau berkompetisi dengan negara-negara maju, baik di tataran negara-negara regional ataupun dalam skala Internasional. Hal ini disebabkan karena warga negaranya tidak mampu mengakses informasi dan ilmu pengetahuan untuk kepentingan perkembangan dan kemajuan negaranya dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam politik, ekonomi, teknologi, pertanian, dan sebagainya. Sedangkan negara-negara yang penduduknya berpendidikan, maka negara akan berada pada tingkat kesejahteraan yang memadai. Ini disebabkan warga negaranya memiliki pendidikan yang cukup memadai, sehingga mereka mampu 417 mengakses informasi yang diperlukan untuk mencapai tingkat hidup yang lebih baik dan sejahtera.

3. Layanan kesehatan secara prima

Di negara-negara berkembang dan negara-negara yang memiliki penduduk miskin yang relatif tinggi, layanan kesehatan gratis yang disediakan negara merupakan sesuatu yang sangat sulit didapatkan. Dalam negara kesejahteraan, layanan kesehatan merupakan salah satu pilar penting yang harus disediakan oleh negara, tentu saja dengan catatan bahwa layanan kesehatan yang disediakan Pemerintah harus prima. Di beberapa negara berkembang dan maju, termasuk Malaysia, memiliki skem layanan kesehatan yang cukup baik, tertata rapi, dan tidak memberatkan rakyat.

4. Ketersediaan Jaminan social secara merata

Jaminan sosial social scurity secara umum adalah sistem penyimpanan dan pengelolaan dana segera yang dipakai untuk mendanai berbagai layanan sosial publik secara merata. Dana jaminan sosial merupakan dana yang dikumpulkan oleh negara melalui beberapa sumber pendapatan, antaranya melalui perpajakan terutama pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan pajak bisnis , dan melalui pungutan non-pajak, seperti potongan gaji untuk asuransi, dan sebagainya.

5. Perumahan

Masyarakat miskin identik dengan tempat tinggal yang tidak layak atau bahkan bisa jadi tempat tinggalnya di kolong –kolong jembatan, atau di pinggir-pinggir tempat pembuangan sampah. Warga negara yang memiliki pendapatan rendah akan semakin sulit untuk memiliki tempat tinggal yang layak akibat rendahnya daya beli, ditambah dengan harga barang pokok, serta harga barang-barang bangunan melambung tinggi akibat inflasi yang tidak terbendung, dan mereka akan semakin menjadi warga negara yang terpuruk. Fenomena ini berdampak pada munculnya kawasan kumuh dengan fasilitas yang amat rendah dan tanah-tanah sengketa yang tidak jelas. Jika permasalahan perumahan ini tidak segera diatasi oleh negara, maka