Pancasila Dari Waktu Ke Waktu
346 perdebatan. Perdebatan yang terjadi justeru menjadikan Pancasila
menemukan kekuatannya tersendiri. Dalam konteks kemunculan Pancasila, A.M.W. Pranarka
248
telah mengidentifikasi pertumbuhan Pancasila sebagai ideologi kebangsaan dimulai dengan cita-cita kebangsaan yang bermula dari
kebangkitan Nasional dalam Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun posisi Pancasila sebagai ideologi kebangsaan itu
mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan mendapatkan kekuatannya dalam Dekrit Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959.
Dekrit Presiden menegaskan pemberlakuan kembali UUD 1945. Demikian itu tidak berarti bahwa pemikiran tentang Pancasila serta
merta berhenti. Pengembangan pemikiran Pancasila dimungkinkan oleh adanya anggapan bahwa Pancasila merupakan wadah yang dapat
mengakomodir berbagai aliran ideologi yang merasa terpanggil untuk memberikan interpretasi tentang Pancasila. Hal ini sejalan dengan
pandangan Notonagoro, dan pada saat yang sama Notonagoro menekankan bentuk kompromi Pancasila
249
. Dalam sepanjang sejarah keberadaannya sebagai dasar dan
filsafat negara Republik Indonesia, perkembangan Pancasila telah mendapatkan stresingnya yang berbeda-beda dari waktu ke waktu, baik
di era Orde Lama, Orde Baru, dan bahkan di era Reformasi.
1. Orde Lama mengembangkan Pancasila sebagai dasar negara diinstrumentalisasikan untuk mendukung kepentingan politik
sesaat, sebab pada era Orde Lama politik dijadikan panglima yang berakhir dengan tragedi Nasional G 30 SPKI.
2. Pada era Orde Baru ekonomi dijadikan ideologi pembangunan dan Pancasila dijadikan kata sihir sebagai Asas Tunggal yang
secara manipulatif diritualisasikan untuk menjaga stabilitas pengembangan Kolusi, Nepotisme dan Kronisme di bawah
kekuasaaan tunggal dengan mengatasnamakan diri sebagai mandataris MPR.
3. Pada era Reformasi, setelah pembangunan menghadapi jalan buntu sebagai akibat dari terjadinya krisis ekonomi dan politik,
maka dengan ambruknya seluruh bangunan ekonomi, turut
248
A.M.W. Pranarka, Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila Jakarta: CSIS, 1985 , h. 313-318
249
Lihat, Notonagoro, Pancasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984 , h. 58
347 ambruk pula seluruh kehidupan politik. Hal ini ditandai dengan
munculnya berbagai permasalahan bangsa yang semrawut; pertentangan, perpecahan dan permusuhan yang dipicu latar
belakang politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama, sehingga kondisi kehidupan bangsa cenderung berkembang tanpa arah
250
. Pancasila sebagai dasar negara seakan tenggelam dalam lumpur
pertentangan berbagai kepentingan politik, ekonomi dan sebagainya.
Memang sejak bergulirnya era Reformasi, Pancasila tidak lagi
tampil dalam berbagai wacana, baik dalam forum-forum diskusi ilmiah, seminar, maupun dalam program-program Pemerintahan.
Kondisi seperti ini sebagai akibat dari dicabutnya Ketetapan MPR RI No. II MPR 1978 tentang P-4 dalam Sidang Istimewa MPR Tahun
1998. Demikian pula Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional-pun pada Pasal 37 2 tidak menyebut pendidikan Pancasila. Ia hanya
menyebut Pendidikan Kewarganegaraan, Agama dan Bahasa. Hal ini merupakan indikasi bahwa Pancasila dalam fungsinya sebagai dasar
negara telah dilupakan, sehingga secara gradual akan menghilangkan komitmen kita bangsa untuk tetap mengaplikasikan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
251
. Oleh karena kondisisi Pancasila di era pasca Reformasi seperti itu, A. Syafi`i Maarif, dalam
kata pengantarnya pada buku “ Menggali Muatan Pancasila Dalam Perspektif Islam
“ menilai bahwa di era pasca Reformasi telah terjadi rendahnya pemahaman masyarakat kita saat ini pasca era Reformasi
terhadap Pancasila. Hal ini dapat dimengerti sebagai implikasi dari perselingkuhan rezim Orde Baru dengan ideologi bangsa tersebut.
Pancasila di era Soeharto menjadi kuda troya politik demi kekuasaan. Dalam kondisi seperti inilah pemahaman kembali terhadap Pancasila
menjadi sesuatu yang sangat urgen dan mendesak. Jika kondisi pemahaman masyarakat dan anak bangsa ke depan masih terjebak pada
isu-isu politik, maka justeru akan mengantarkan negeri ini pada labirin gelap tanpa ujung, yang hanya diiringi ketakutan-ketakutan tanpa
dasar.
Sebenarnya, mind setnya tidak selalu harus begitu. Karena sampai kapanpun selagi Indonesia berdiri sebagai negara NKRI,
250
M. Abdul Karim, Menggali Muatan Pancasila Dalam Perspektif Islam. h. 2 -3
251
Ibid. h. 2
348 Pancasila akan tetap menjadi dasar negara, meskipun tidak selalu
didengung-dengungkan pada berbagai kesempatan seperti di era Orde Baru. Hal terpenting dalam konteks ini adalah substansi dari nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar, ideologi dan filsafat kenegaraan tetap diaplikasikan pada tataran praktis, bukan sebatas dalam tataran teoritis
saja. Upaya pensemaian nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 kepada setiap anak bangsa Indonesia menjadi keharusan. Malaysia, barangkali
salah satu negara yang juga memiliki dasar negara yang mereka sebut Rukun Negara, terdiri dari lima Rukun, mereka tidak banyak
menyebut Rukun Negara mereka dalam berbagai kesempatan, tetapi pembangunan Malaysia dalam berbagai aspek kehidupan terus berjalan.