397
dan ini berarti pula melakukan perlawanan terhadap struktur yang ada, sementara keadilan dalam arti yang sebenarnya tidak lagi mendapatkan
tempat yang layak, karena semakin hari rumusan keadilan semakin dipersempit sesuai dengan kehendak si pembuat undang-undang
337
. Pola komunikasi satu arah ini sebagaimana terjadi di era Orde Baru, harus
dipastikan tidak berulang di era Reformasi dan di era mendatang, maka yang perlu dipastikan di era ini adalah pola komuikasi timbal balik antara
Pemerintah dengan rakyat, dan sebaliknya, yaitu rakyat dengan Pemerintah. Karena pola komunikasi timbal balik antara kedua belah pihak Pemerintah
dan rakyat merupakan faktor yang mempermudah terealisasinya sistem demokrasi. Dengan Pemerintah yang betul-betul demokratis diharapkan
keadilan dapat direalisasikan secara maksimal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga kedamaian, kesejahteraan dan kejujuran dapat
dirasakan bersama.
Berdasarkan penjelasan di atas, sasaran keadilan sosial setidaknya dapat dirumuskan sebagai berikut;
a. Keadilan sosial diwujudkan untuk terciptanya kesejahteraan umum dalam masyarakat,
b. Keadilan sosial menjadi satu segi dengan perikeadilan bersama-sama dengan perikemanusiaan,
c. Keadilan politik berhubungan dengan keadilan sosial memberi hak yang sama kepada setiap warga negara dalam hukum dan susunan
masyarakat, d. Keadilan ekonomi berhubungan dengan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, menghendaki persamaan kesejahteraan harta benda dengan menghilangkan perbedaan
338
. Oleh karena itu, menurut Yamin; keadilan sosial memberi
perimbangan kepada kedudukan seseorang dalam masyarakat dan negara
339
.
337
Ibid.
338
Lihat, Muhammad Yamin, Pembahasan Undang-undang Dasar Republik Indonesia, h. 470
339
Ibid. h. 471
398
Berikut ini dijelaskan secara rinci aspek-aspek terkait dengan keadilan sebagai berikut;
3. Keadilan Sosial Meredakan Ketegangan
Keadilan dalam politik, artinya secara demokratis politik memberi hak yang sama kepada warga negara untuk berpartisipasi aktif dalam
struktur negara dan pemerintahan serta menduduki jabatan-jabatan tertentu sebagai alat-alat negara
340
. Hal senada ditegaskan Muh. Yamin; demokrasi politik berhubungan dengan keadilan sosial memberi hak yang sama kepada
seluruh warga dalam hukum dan susunan masyarakat negara
341
. Pernyataan Muh. Yamin ini mengacu pada Pasal 27 Undang-undang Dasar 1945, yang
berbunyi; segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya. Memberi hak yang sama dalam arti bahwa memberi hak kepada seluruh rakyat dan bangsa Indonesia tanpa berdasar
pertimbangan kedekatan keluarga, keturunan etnic , daerah dan sebagainya untuk terlibat secara langsung dalam proses menyusun dan
memenaj mengelola negara secara bersama-sama. Atas dasar ini, maka akan terealisasi persamaan egaliter , hak dan kewajiban dalam berbangsa
dan bernegara. Dengan demikian, sepatutnya tidak ada lagi diskriminasi karena
perbedaan-perbedaan agama, etnik, budaya, daerah, dan sebagainya, termasuk perbedaan-perbedaan aliran politik yang menjelma ke dalam
berbagai partai politik. Maka, bangsa Indonesia yang merdeka dan demokratis harusnya tidak lagi terkotak-kotak karena perbedaan-perbedaan
yang bersifat primordial dan perbal dalam mewujudkan keadilan politik. Oleh karenanya yang menjadi ukuran atau tolok ukur dalam rekrutmen warga
negara untuk menduduki jabatan-jabatan dalam pemerintahan atau
340
D. Chairat, Falsafah Pancasila, h. 21
341
Muh. Yamin, Pembahasan Undang-undang Dasar Republik Indonesia, h. 471
399
partai-partai politik dan sebagainya adalah kelayakan dan kapabilitas di samping tingkat pendidikan yang memadai. Jika dalam rekrutmen warga
negara untuk mendudukuki jabatan-jabatan tersebut masih berlaku atas dasar pertimbangan daerah, etnik, aliran politik tertentu, keluarga, teman,
dan sebagainya, sementara kelayakan dan kapabilitas tidak ada, maka berarti keadilan sosial dalam politik atau demokratisasi politik belum berjalan
sebagaimana yang diharapkan, dan ini berarti pula bahwa pelaksanaan sila keadilan sosial sebagaimana termaktub di dalam Pancasila belum terealisasi
dalam kehidupan berbangsa dan Negara, karena memang dalam rekrutmen tersebut belum dapat menempatkan seseorang pada tempatnya. Dalam
hal terjadi perubahan mendasar terkait dengan restrukturisasi sistem pemerintahan daerah atau wilayah karena adanya kebijakan otonomi
daerah, rekrutmen warga negara berdasarkan kelayakan, kapabilitas, serta tingkat pendidikan yang diperlukan tetap harus menjadi kriteria atau tolok
ukur, meskipun di sana tidak dapat dihindari adanya prioritas warga setempat atau daerah dibanding warga dari luar daerah.
Walau bagaimana pun masalah-masalah perbedaan etnik, budaya, aliran politik, agama, dan sebagainya sampai hari ini dalam sepanjang sejarah
pemerintahan Indonesia modern masih tetap terkendali
342
, meskipun tetap saja terjadi pasang surut dari waktu ke waktu. Selain dari itu harus disadari
bahwa perbedaan-perbedaan tersebut tidak mungkin dapat dihilangkan sampai kapanpun. Perbedaan-perbedaan itu akan tetap wujud sepanjang
umur dunia, karena perbedaan-perbedaan itu sesungguhnya menyangkut kepentingan-kepentingan khusus yang jika tidak diakomodir oleh
pemerintah, akan memunculkan masalah serius. Tetapi dengan terealisasinya keadilan sosial dalam berbagai aspek kehidupan, setidaknya
342
Kecuali wilayah Timor Timur yang terlepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI pada bulan Agustus 1999 setelah dilakukan referendum
dibawah pengawasan PBB, ternyata rakyat Timor Timur memilih merdeka. Sejak dari awal integrasi wilayah Timor Timur ke Indonesia pada tahun 1975 tidak diakui oleh
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa . Oleh karena itu wajar kalau Pemerintah Indonesia di era Presiden BJ. Habibie melepaskan wilayah Timor Timur kini menjadi
Timor Leste atas persetujuan MPR. Hal ini dilakukan untuk mengurangi tekanan-tekanan Barat atas Indonesia, terutama karena masalah Hak Asasi Manusia
HAM .