Langkah-Langkah Umum Keadilan dan Komitmen Pada Tanggung Jawab

391 dalam diri sendiri, masyarakat dan bangsa agar tidak selalu berprasangka buruk kepada orang lain, kecuali kalau memang orang yang bersangkutan terbukti telah melakukan kejahatan. Dengan lahirnya sikap positif dalam diri individu, masyarakat, bangsa dan negara akan memudahkan lahirnya sikap yang adil pada setiap individu rakyat Indonesia. 3. Mengkodisikan situasi persatuan. Antaranya, Pertama; mendamaikan orang-orang yang sedang dilanda sengketa atau konflik. Kedua; membina kerukunan hidup sehingga tercipta hidup rukun. Ada pepatah kata yang berbunyi; jiran mufakat membawa berkat tetangga sepakat membawa berkah . Realitasnya memang demikian, jika pola kejiranan sistem ketetanggaan dan masing-masing individu dalam masyarakat baik, maka akan lahir kondisi damai, tenteram dan familiar, secara otomatik persatuan dengan sendirinya akan lahir. Implikasinya akan lahir pula rasa saling bantu membantu, gotong royong dan rasa tanggung jawab antara sesama. Dengan membina sistem kejiranan kerukunan antara warga yang baik dalam berbagai tingkatannya, baik tingkat kampung, desa, daerah, wilayah, Nasional dan bahkan Internasional, maka akan mudah untuk merealisasikan sikap adil pada setiap individu masyarakat. Jika masyarakat berada dalam kondisi penuh konflik, maka tidak mudah untuk menamkan rasa keadilan kepada setiap individu masyarakat.

4.2. Langkah-Langkah Khusus

Langkah-langkah khusus dalam konteks ini dimaksudkan langkah-langkah yang lebih memfokuskan pada pembinaan individu-individu dengan hal-hal yang baik secara internal dalam masyarakat. Langkah-langklah tersebut setidaknya ada lima tahapan sebagaimana ditegaskan Muhammad Jalal dan Abdul Mukthi Muhammad dan juga ditegaskan oleh Ibnu Abi Rabi`, yaitu; 1. Menanamkan sikap amanah dan jujur dalam setiap perilaku masyarakat. 2. Menanamkan sikap keperibadian yang berakhlak, menghormati orang lain dan bersih dari sikap negatif. 3. Menanamkan sikap menepati janji komitmen . 4. Menanamkan sikap bertanggung jawab. 392 5. Menanamkan sikap tegas dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional 328 . Berdasarkan langkah-langkah umum dan khusus sebagaimana dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa negara akan menjadi baik, karena masyarakat dan rakyatnya baik. Jika semuanya baik meskipun ini agak berlebihan dan utopis, tetapi harus disampaikan sebagai gagasan , maka keadilan dengan sendirinya akan mudah diwujudkan dalam tataran praktis. Implikasi dari semua itu kesejahteraan dan kemakmuran yang menjadi impian setiap warga dan masyarakat akan menjadi kenyataan tentu saja melalui seperangkat aturan yang diperlukan . Dari sinilah sesungguhnya dapat menjawab sebuah pertanyaan terkait keadilan yang dalam praktenya sangat sulit direalisasikan, yaitu; kenapa keadilan susah diwujudkan ? Jawabannya adalah karena tidak ada kebaikan dalam arti yang sebenarnya. Kalaupun ada, tidak lebih sekedar kepura-puraan dalam berbagai bentuknya; manipulasi dan eksploitasi dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, dalam rangka merealisasikan keadilan yang merata dalam segenap aspek kehidupan, maka setiap individu masyarakat dan rakyat Indonesia harus memiliki standar moral yang tinggi; amanah, kejujuran, tidak berbohong atau tidak dusta dan sebagainya. Dengan demikian, tatanan politik yang adil memanifestasikan diri dalam diri para pejabat publik yang jujur dan profesional dalam mengelola kebijakan publik dengan cara yang adil 329 . Hal ini sesuai dengan yang dikehendaki Pancasila, baik sila ke-II ataupun sila ke-V.

5. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas terkait dengan pembahasan keadilan yang harus menjadi karakter bagi rakyak dan 328 Lihat, Muhammad Jalal Sharaf dan Ali Abdul Mukthi Muhammad, al-Fikr al-Siyasiy fiy al-Islam: Shakhshiyyat wa Madhahib T.tpt: Dar al-Makrifat al-Jami`iyyah, 1996 , h. 228 – 229. Lihat juga, Ibnu Abiy Rabi`, Suluk al-Malik fiy Tadbir al-Mamalik Kairo: T. pbt., 1286 H. , h. 112 - 116 329 Lihat, Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam, terj. Political Science: An Islamic Perspective Bandung: Pustaka, 2001 , h. 107