Pancasila dan Permasalahan Bangsa

326 individu atau kelompok penguasa . Jika yang didahulukan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, maka akan memunculkan tirani kekuasaan. Di negara Indonesia yang menerapkan sistem demokrasi tentu saja harus terhindar dari segala bentuk tirani dan diktatorial kekuasaan. Dengan demikian, dasar aturan dan kebijakan politik adalah untuk melindungi kepentingan semua warga dan rakyat, tanpa ada diskriminasi, baik karena faktor agama, status sosial, etnik, aliran dan sebagainya. Oleh karena itu, filsafat kenegaraan sebagai world view yang menjadi landasan undang-undang dasar dan kebijakan politik pemerintah harus bisa mengakomodasi semua kepentingan masyarakat dan bangsanya. Dengan demikian, Pancasila sebagai filsafat dan ideologi negara harus sesuai dengan dinamika ruang dan waktu, agar dapat menjawab kompleksitas permasalahan yang dihadapi. Setumpuk permasalahan bangsa yang dihadapi, antaranya; Pemahaman terhadap konsep Negara Hukum berdasarkan Pancasila yang belum memberikan kesan positif dalam realitas kehidupan sehari-hari, upaya demokratisasi dalam politik, hukum dan ekonomi yang belum memberikan hasil yang memuaskan, prinsip keterbukaan transparansi yang sampai saat ini belum terbuka atau setidaknya tidak jelas, dan sebagainya. Secara terperinci barangkali penulis dapat kemukakan setumpuk permasalahan yang dihadapi bangsa dan rakyat Indonesia sebagai berikut;

1. Permasalahan sosial, budaya dan lingkungan, seperti;

Korupsi yang sudah kronik dan membudaya di kalangan Pejabat dan Pemerintah dari atas sampai bawah, meskipun sudah ditangani KPK Komisi Pemberantasan Korupsi tetapi hasilnya belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Tindak kejahatan korupsi sampai saat ini masih tetap terus berjalan, bahkan menurut ketua KPK tahun 20132014 ; Abraham Samad bahwa telah terjadi regenerasi para koruptor baru, Banjir bandang yang terjadi akibat penumpukan sampah di mana-mana, Kebakaran hutan akibat perilaku yang ceroboh dan tidak bertanggung jawab, Kemacetan lalulintas akibat tidak adanya sistem dan aturan ketat yang harus dipatuhi oleh pengendara, baik motor atau mobil, Premanisme yang bermunculan di mana-mana, Bencana alam akibat tangan-tangan manusia yang tidak peduli dengan keselamatan lingkungan, Penyakit kaki babi 327 dan flu burung akibat tidak adanya sistem penanganan kesehatan yang terpadu, Narkoba yang terus menjadi-jadi akibat penanganan yang tidak memberikan jera, TKI yang selalu bermasalah terutama terjadi di beberapa negara, seperti di Malaysia, Arab Saudi dan sebagainya.

2. Permasalahan Ekonomi; seperti, Kemiskinan, Pengangguran,

Pemutusan hubungan kerja PHK , Penyediaan listrik energi, Penyelundupan, Ketimpangan ekonomi, Infrastruktur yang tidak yang tidak layak digunakan, Angkutan umum yang tidak layak pakai terutama angkot-angkot, Pungutan liar, Industri militer yang lemah, Daya saing yang lemah, dan sebagainya.

3. Permasalah hukum; seperti, Makelar kasus Mafia hukum ,

Mafia Peradilan, Para penegak hukum Kejaksaan, Kepolisian dan KPK yang kurang kredibel, Illegal loging, Illegal fishing, Birokrasi yang bertele-tele, Kepastian hukum yang tidak menentu, Wilayah perbatasan yang sering terusik, seperti dengan Malaysia, dan sebagainya.

4. Permasalahan Pendidikan; seperti, Kualitas pendidikan

rendah, Daya saing lulusan pendidikan dalam negeri lemah, Universitas tidak berdaya saing di tataran level dunia, kos biaya pendidikan tinggi, dan sebagainya. Semua permasalahan yang muncul ke permukaan tersebut akan berdampak pada lambatnya pertumbuhan ekonomi dan munculnya berbagai permasalah baru. Hal ini berimplikasi pada masih jauhnya cita-cita terciptanya kesejahteraan dengan berbagai pasilitas yang memadai bagi rakyat dan bangsa Indonesia seluruhnya. Penyebab utamanya baik disadari atau tidak adalah mentalitas bangsa yang lemah, yaitu tidak adanya sikap amanah dan kejujuran pada diri sendiri, pada masyarakat, pada bangsa, dan bahkan kepada Tuhan Allah . Bisa dipastikan bagaimana mungkin dengan sesama manusia saja tidak jujur atau amanah, apalagi dengan Tuhan Allah , Zat yang tidak bisa dilihat Maha Ghaib . Di awal era Orde baru, Pancasila seolah mendapatkan tempat istimewa di mata masyarakat dan bangsa Indonesia. Di setiap sudut dan penjuru negeri, Pancasila selalu menggema, di sekolah-sekolah, di pasar, di rumah-rumah, di instansi-instansi Pemerintah atau swasta, setiap rakyat Indonesia, tua, muda, kecil, semuanya harus berpahaman Pancasilaisme. Pencitraan kondisi seperti ini diperluas ke setiap lapisan