Aspek dinamisasi. MEMBANGUN MANUSIA

378 Manusia Indonesia sebagaimana manusia-manusia lain di dunia adalah manusia-manusia yang terus menerus berproses dari satu tahap ke tahap berikutnya, maka manusia Indonesia-pun adalah manusia-manusia yang memiliki inisiatif, innovatif dan berwawasan ke depan sesuai dengan perjalanan hidup dari satu titik ke titik yang lain 309 . Jika aspek-aspek tersebut di atas difahami dan dihayati dengan baik, maka kita harus bisa memposisikan manusia Indonesia sebagai manusia yang memiliki harga diri dan martabat. Namun dari aspek lain bangsa yang bermartabat dan memiliki harga diri di mata bangsa lain berdasarkan ukuran dan fakta di era global seperti sekarang ini dapat diwujudkan jika rakyat Indonesia sudah bisa menciptakan kesejahteraan yang adil dan merata. Tetapi malangnya negara kita di mata bangsa lain dalam beberapa dekade terakhir tidak memiliki martabat dan harga diri. Sebagai bukti dari realitas ini ialah banyaknya perlakuan yang tidak manusiawi terhadap para Tenaga Kerja Indonesia TKI di beberapa negara di luar negeri, antaranya di Malaysia, Singapore, Korea, Hongkong, Arab Saudi, Kuweit dan sebagainya 310 . Tidak sedikit dari para TKI yang dideportasi ke Tanah Air akibat berbagai masalah, baik karena perilaku para majikan yang tidak bermoral atau karena skill yang tidak dimiliki para TKI atau karena komunikasi yang tidak nyambung. Tidak adanya martabat dan harga diri bangsa kita di mata bangsa lain adalah sebagai akibat dari beberapa faktor, antaranya sebagai berikut; 1. Penegakkan hukum supremasi hukum yang kontra produktif. Lebih parah lagi hukum terkesan dimanipulasi atau dipermainkan dengan kekuatan uang, maka dampaknya hukum sedikitpun tidak memberikan rasa jera kepada para pelaku kejahatan. 2. Korupsi yang semakin merajalela. Berbagai pendekatan dalam rangka pemberantasan korupsi telah dilakukan antaranya melalui 309 Band. Soerjanto Poespowardojo, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan Sosio-Budaya Jakarta: PT. Gramedia, 1989 , h. 156 310 .Beberapa istilah yang bernada hinaan muncul, misalnya di Malaysia “ Indon “, di Arab Saudi “ Indonesia Bagor “ orang Indonesia sapi, tidak memiliki otak atau mukh . 379 KPK Komisi Pemberantasan Korupsi . Tetapi semua upaya sepertinya tidak membawa hasil menggembirakan. Korupsi tetap saja berjalan terus dari waktu ke waktu semakin menjadi-jadi, seolah-olah tidak ada henti-hentinya, bahkan menurut Abraham Samad Ketua KPK tahun 2011 - 2015 bahwa tindak kejahatan korupsi telah mengalami regenerasi. Oleh karenanya efektivitas pemberantasan korupsi harus dipertanyakan. 3. Kebijakan Pemerintah yang tidak tepat terkait dengan pengiriman Tenaga Kerja Indonesia TKI ke beberapa negara luar negeri, antaranya Malaysia, Hongkong, Arab Saudi, Kuweit dan beberapa negara lain. Pengiriman para TKI yang tidak melalui seleksi ketat, sehingga para TKI dikirim tidak memiliki skill dan standar profesional, karena pada umumnya mereka dari kalangan orang-orang yang tidak edukated tidak berpendidikan sehingga kemudian banyak menimbulkan masalah. 4. Masalah kesejahteraan sampai hari ini masih belum bisa direalisasikan secara merata, sepertinya kesejahteraan masih jauh ibarat panggang jauh dari api, rakyat pada tataran bawah masih harus bermimpi dan bermimpi. Hal ini menyebabkan prosentase angka kemiskinan masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Akibat dari beberapa faktor tersebut menyebabkan bangsa Indonesia tidak memiliki martabat dan harga diri di mata bangsa lain. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan mrtabat dan harga diri bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia harus menyelesaikan masalah-masalah di atas. Dalam pandangan yang berdasarkan ajaran Islam, ada prinsip persamaan al-musawa, equality . Islam mengajarkan prinsip ini karena manusia seluruhnya dari aspek kedudukannya sama sebagai makhluk Allah yang menjadi khalifah pengganti dan penerus di atas muka bumi ini untuk memelihara keseimbangan hidup dan memakmurkan bumi dengan kebaikan, bukan dengan kerusakan. Prinsip ini didasarkan pada ajaran bahwa manusia seluruhnya di hadapan Allah tidak ada beda, meskipun dari aspek zahir manusia terdapat perbedaan-perbedaan, seperti perbedaan dalam kemampuan, keturunan, warna kulit, status sosial, prestasi, harta kekayaan yang dimiliki, dan sebagainya. Tetapi perbedaan-perbedaan itu tidak dijadikan ukuran untuk menentukan tinggi rendahnya darjat dan 380 martabat seseorang. Semua itu di sisi Allah tidak menjadikan manusia berbeda dari manusia lain, karena perbedaan-perbedaan itu bersifat insidental incidental atau kebetulan 311 . Ketakwaanlah yang menjadikan manusia berbeda dari manusia yang lain, maka bagi Allah manusia itu hanya beda dari segi takwanya. Orang yang paling bertakwa adalah orang yang paling mulia di sisi Allah 312 . Dia-lah yang memiliki darjat dan harga diri di sisi Allah. Menurut Abdullati; Keistimewaan persamaan tersebut bukan suatu hak konstitusional atau atas kesepakatan-kesepakatan bersama. Tetapi persamaan ini sebagai bagian dari iman yang dihayati dengan serius oleh umat Islam 313 . Menurutnya lagi, konsep persamaan dalam Islam sangat mendasar. Hal ini didasarkan pada beberapa prinsip asas, antaranya; 1. Seluruh manusia adalah ciptan Allah. 2. Seluruh manusia terdiri dari komunitas, dan semuanya sama dalam satu keturunan, yaitu dari Adam dan Hawa. 3. Allah sangat adil dan sangat sayang kepada seluruh makhluk-Nya 4. Seluruh manusia dilahirkan ke dunia dalam kondisi yang sama, tidak membawa apa-apa, andaikan dia mati, dia tidak membawa apa-apa pun ke alam kubur selain amalan-amalannya, baik yang saleh atau yang buruk. 5. Allah memberi ganjaran kepada seseorang sesuai dengan amalannya. 6. Allah memberi anugerah yang tinggi kepada manusia dengan kehormatan dan kemuliaan. Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa hanya dengan ketakwaan kepada Allah sajalah satu-satunya dasar untuk menentukan tinggi rendahnya darjat seseorang muslim di hadapan Allah. Apa yang 311 Lihat, Hammudah Abdulati, Islam Satu Kepastian, terj, Ta`rifun Bil Islam, Kuweit: International Islamic Federation of Student Organisation, 1986 , h. 75 312 Dalam konteks ini al-Qur`an, 49:13 menegaskan yang artinya; Hai manusia sesungguhnya kami menjadikan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan berkelompok-kelompok agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. 313 Hammudah Abdullati, Islam Satu Kepastian. h. 75 381 akan ditegaskan dalam konteks ini, ialah betapa mendasarnya konsep persamaan di dalam ajaran Islam, oleh karenanya apabila konsep ini dapat direalisasikan sepenuhnya dalam realitas kehidupan umat manusia manusia Indonesia , maka tidak akan ada ruang munculnya ketidak adilan kezaliman dan kekacauan, tidak akan ada perlakuan intimidasi atau tekan menekan dari manusia kepada sesama manusia lain. Konsep ini jika mewarnai kehidupan masyarakat akan lahir kondisi kehidupan yang tentram, damai dan mulia, tidak akan ada sikap curiga mencurigai, perlakuan eksploitasi terhadap orang lain, penipuan, pendustaan, pencurian, perampokan, korupsi, kolusi, nepotisme dan tindakan-tindakan lain yang merugikan masyarakat, bangsa dan negara. Secara otomatik akan muncul di tengah masyarakat sikap-sikap positif antaranya; kejujuran, amanah, saling mempercayai antara satu dengan yang lainnya, maka dengan sendirinya semua rakyat akan menikmati hasil pembangunan dalam keadaan damai, tentram, dan sejahtera lahir batin. Dengan sikap-sikap positif ini akan tercapai tujuan yang ingin digapai, yaitu wujudnya bangsa yang memiliki harga diri, bermartabat dan beradab.

3. Keadilan Dan Realitas Permasalahan

Masalah yang paling memdasar dalam membangun kekuatan bangsa dan negara adalah masalah keadilan 314 . Keadilan akan terus menjadi agenda umat manusia sepanjang zaman di atas muka bumi ini. Karena 314 Di dalam Pancasila terdapat dua kata keadilan. Pertama; keadilan yang terdapat pada sila kedua, yaitu; Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kedua; terdapat pada sila kelima, yaitu; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan yang ada pada sila kedua terfokus pada sifat dan sikap yang adil dari manusia-manusia Indonesia. Sementara keadilan yang ada pada sila kelima ialah terfokus pada upaya-upaya realisasi keadilan dalam berbagai aspek kehidupan pada tataran praktis, aspek penegakan hukum, ekonomi, pembagian pendapatan, pembagian distribusi kekuasaan dan sebagainya. 382 pentingnya masalah keadilan, sehingga Al-Qur`an menyebut kata adil keadilan berulang-ulang sebanyak dua puluh delapan kali 315 . Adil atau keadilan secara umum dapat diartikan sebagai upaya menempatkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya, atau upaya untuk memastikan seseorang yang memiliki hak memperoleh haknya tanpa ada halangan apa pun 316 . Dalam pengertian lain ialah; memberikan hak kepada orang yang berhak. Selanjutnya jika kata adil atau keadilan ini dikaitkan dengan rumusan sila kedua Pancasila, iaitu; Kemanusiaan yang adil dan beradab, maka artinya ialah; Manusia-manusia Indonesia yang memiliki sifat adil, iaitu; orang-orang yang menghormati hak-hak orang lain dan tidak sewenang-wenang menuruti kecendrungan dan keinginan sendiri atau golongannya dan tidak pula berlebihan ketika memutuskan hukuman kepada orang yang terkena hukum. Agama-agama dulu menurut Musthafa al-Rafi`ie didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan. Tetapi sumber-sumber keadilannya berbeda antara satu agama dengan agama lainnya sesuai dengan perbedaan kondisi, pemikiran dan kecendrungan masing-masing bangsa dan pemeluk agama-agama yang bersangkutan, misalnya sumber keadilan bangsa Roma adalah undang-undang rakyat, bangsa Yunani keadilannya bersumber pada undang-undang natural tabi`ie , bangsa Inggris sumber keadilannya hati Raja, sumber keadilan di dalam agama Islam adalah pemikiran dan hikmaf pelaksanaan Syariat Islam perundang-ndangan yang diilhami oleh al-Qur`an dan Sunnah Nabi 317 . Dalam realitas kehidupan yang sudah carut marut, kezaliman terjadi berleluasa di mana-mana, keadilan sangat sulit diwujudkan, kecuali harus melalui proses perjuangan serius yang melibatkan semua pihak, terutama Pemerintah. Masyarakat dalam kondisi seperti ini pada umumnya merasa takut untuk menyampaikan aspirasi kebenaran, 315 Lihat, Muhammad Aziz Nazamiy Salim, al-Fikr al-Siyasi Fiy al-Islam Iskandariyah: Muassisah Shabbab al-Jami`ah, 1996 , h. 90 316 Lihat, Musthafa al-Rafi`ie, al-Islam Din al-Madaniyyah al-Qadimah Beirut: al-Shinkat al-Alawiyyah Li al-Kitab, 1990 , h. 167 317 Ibid.