e. Pancasila merumuskan realitas manusia dalam realitas kehidupan

321 baik dalam kualitas pemikiran atau profesionalitas kerja. Bebas dalam arti merdeka dari setiap belenggu dan tekanan, baik dari pihak internal ataupu eksternal, sehingga tercipta suasana nyaman yang dapat melahirkan berbagai kreativitas cerdas yang dinamis. Kemampuan dan kebebasan merupakan dua faktor penting dalam kerangka menciptakan langkah-langkah strategis untuk mencapai keberhasilan dan memobilisasi semua aktivitas dalam berbagai tataran real kehidupan. Oleh karena itu, sekali lagi, sifat dan keadaan sebuah negara sangat ditentukan oleh manusianya warganya , sebab negara yang dinamis dapat diartikan sebagai manifestasi dari berbagai aktivitas manusia yang bernegara. Kelanjutan dari premis di atas, jika dituntut agar sifat dan keadaan negara Indonesia sesuai dengan Pancasila, berarti menuntut aktivitas dan perilaku manusia bangsa Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai dari ajaran Pancasila ke dalam tataran praktis. Para pemikir dan pendiri founding fathers negara Indonesia telah meletakan konsep dasar tentang deskripsi manusia Indonesia di dalam kehidupan berdasarkan realitas dan budaya yang dimilikinya. Untuk memperoleh gambaran jelas tentang konsepsi manusia Indonesia menurut para pendiri negara, diperlukan memperhatikan rumusan dasar negara, yaitu Pancasila 201 . Dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dapat ditemukan penjelasan tentang kemerdekaan Indonesia, kemerdekaan sebagai hak setiap bangsa, perjuangan bangsa Indonesia, alasan dan tujuan kemerdekaan Indonesia, pertahanan nasional, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban, keamanan dan sebagainya. Secara ringkas dapat dikemukakan deskripsi dan konsepsi manusia Indonesia sepanjang berkaitan dengan aktivitas bernegara ialah para pendukung Pancasila, yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan, dan yang berkeadilan sosial. 12. f. Pancasila mengandung nilai-nilai aktivitas kehidupan Pancasila sebagai pandangan hidup way of life yang berakar pada kepribadian bangsa Indonesia. Dalam pandangan hidup 201 Lihat Paulus Wahana, Filsafat Pancasila Yogyakarta: Kanisius, 1993 , h. 50 322 ini terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakannya. Dalam pandangan hidup ini juga terkandung nilai-nilai tinggi bangsa Indonesia. Nilai yang dalam bahsa Inggris value termasuk dalam pengertian filsafat. Menilai berarti menimbang, yaitu; aktivitas manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, kemudian menentukan keputusan. Keputusan nilai kemudian dapat mengatakan; berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau buruk, ada nilai keagamaan atau tidak ada. 202 Jadi, keputusan nilai secara substansial harus berdasarkan pertimbangan pemikiran dan perasaan yang dimiliki manusia. Ketika menyampaikan pidato pada acara makan siang yang diadakan oleh Perdana Menteri Macmahon di Parlemen House Camberra pada 7 Februari 1972, Soeharto mantan Presiden Indonesia di era Orde Baru menyatakan; Kepribadian inilah yang kami tetapkan menjadi pandangan hidup kami, filsafat negara kami, merupakan kesatuan yang bulat dari Ketuhanan Yang maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kedaulatan rakyat, Keadilan sosial. Di dalamnya mengandung dorongan-dorongan motivasi-motivasi pada kami untuk mengejar nilai-nilai yang kami anggap luhur. Di dalamnya juga tersimpul kesadaran kami bahwa manusia pada akhirnya bergantung pada keseimbangan-keseimbangan nilai essensial tertentu 203 . Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang tidak dapat dipisahkan dari nilai rohaniah dan kebendaan. Hal ini sebagaimana ditegaskan Muh. Yamin; bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila adalah tergolong ke dalam nilai kerohanian, tetapi nilai kerohanian yang mengakui adanya nilai kebendaan dan nilai vital sesuatu yang sangat penting dan berguna bagi manusia secara seimbang, artinya Pancasila mengandung nilai-nilai kerohanian spiritual atau al-ruhiy , pada saat yang sama juga mengandung nilai-nilai kebendaan material atau al-maddiy , nilai 202 Lihat Darji Darmodiharjo et al, Santiaji Pancasila, h. 50 203 Soeharto, Pandangan Presiden Soeharto Tentang Pancasila, h. 9 - 10 323 vital, nilai kebenaran, nilai estetika, nilai etika, moral dan nilai keagamaan 204 . Berikut ini penjelasan tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagaimana di sampaikan Darji Darmodiharjo 205 , sebagai berikut;

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung nilai-nilai

keagamaan, anatara lain; a . Keyakinan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifa-Nya yang Maha sempurna sifat al-kamal yang hanya layak bagi Zat Tuhan saja, seperti Maha Kasih, Maha kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan lain-lain sifat yang suci al-munazzah dari segala sifat yang kurang. b . Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yakni mejalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. c . Nilai-nilai seperti ini menjiwai mendasari sila kedua, ketiga, keempat dan kelima.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, mengandung nilai-nlai

kemanusiaan, antara lain; a . Pengakuan terhadap martabat manusia, artinya siapa saja; kecil, muda, tua, laki-laki, perempuan, semuanya memiliki martabat dan harga diri, oleh karenanya harus dihormati. b . Perlakuan adil terhadap sesama manusia, karena keadilan menjamin wujudnya kehidupan yang aman, dan sekaligus mengangkat martabat dan harga diri manusia. c . Pengertian manusia yang beradab adalah manusia yang memiliki daya cipta idea, pemikiran , rasa, kehendak dan keyakinan sehingga menjadikan berbeda dari hewan yang tidak punya akal. d . Nilai-nilai sila kedua ini menjiwai mendasari sila ketiga, sila keempat dan sila kelima.

3. Persatuan Indonesia, mengandung nilai-nilai persatuan

bangsa yang menduduki seluruh wilayah Indonesia sebagaimana dikonsepsikan; NKRI, antara lain; a . Persatuan Indonesia adalah persatuan seluruh rakyat dan warga negara yang menduduki wilayah teritorial Indonesia. b . 204 Muh. Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia Jakarta: Djambatan, 1954 , h. 108, lihat juga Darji Darmodiharjo, et al, Santiaji Pancasila, h. 52 - 53 205 Darji Darmodiharjo et al, Santiaji Pancasila, h. 53 - 56 324 Bangsa Indonesia terbentuk dari persatuan suku-suku etnik-etnik bangsa yang menduduki wilayah Indonesia. c . Pengakuan terhadap filsahat hidup; Bhinneka Tunggal Ika berbeda-beda tetapi satu jiwa , baik dalam etnik, kebudayaan atau keagamaan. Perbedaan-perbedaan ini tidak menjadi penghalang untuk bersatu di bawah satu dasar negara, yaitu Pancasila. d . Nilai-nilai ketiga ini menjiwai mendasari sila keempat dan sila kelima.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawarata perwakilan

, mengandung nilai-nlai kerakyatan, antara lain; a. Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat. b. Pemimpin kerakyatan adalah hasil hikmah kebijaksanaan yang didasarkan akal sehat. c . Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat yang mempunyai kedudukan, hak, kewajiban dan tanggung jawab yang sama di depan hukum. d . Musyawarah untuk mufakat diperoleh dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat di Parlemen. e . Nilai-nilai sila keempat ini menjiwai mendasari sila kelima.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengandung

nilai-nilai keadilan sosial, antara lain; a . Merealisasikan keadilan dalam kehidupan sosial atau masyarakat harus meliputi seluruh rakyat Indonesia secara merata. b. Keadilan harus diwujudkan terutama meliputi aspek-aspek keberagmaan, pendidikan, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan nasional, dan sebagainaya. c . Cita-cita masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual harus segera diwujudkan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia. d . Keseimbangan atara hak dan kewajiban, dan menghormati hak orang lain. e . Komitmen pada kemajuan dan pembangunan bangsa. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Pancasila adalah filsafat kehidupan rakyat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara, meskipun ada kalangan yang tidak setuju dengan alasan bahwa Pancasila itu hanyalah sekumpulan pernyataan-pernyataan yang baik tetapi tidak mencukupi untuk dinyatakan sebagai kesatuan filsafat. Pandangan ini dibantah oleh Muh. Yamin, bahwa Pancasila itu tersusun secara harmoni dalam suatu