Bentuk Amalan Yang Menghubungkan Manusia Dengan Tuhan

359 sendiri-sendiri. Pada masyarakat Islam yang komitmen kuat terhadap ajaran agamanya, seperti di Aceh, Melayu Riau, Jambi dan sekitarnya , Minangkabau dan Jawa, Madura, Banjar dan masyarakat Bugis, kegiatan shalat lima waktu dikerjakan secara berjamaah, tetapi bagi penganut Islam yang pengaruh tradisinya masih dominan, kecendrungan shalat berjamaah hanya sebatas pada waktu tertentu saja, seperti waktu Maghrib, sementara waktu-waktu lain shalat berjamaah dilakukan kadang-kadang. Selain melakukan shalat fardhu lima waktu masyarakat Islam juga melaksanakan shalat sunnah, menghadiri ceramah-ceramah pengajian, baik yang diselenggarakan di Majlis Ta`lim, Masjid atau di tempat-tempat yang ditentukan, mengaji Al-Qur`an dan melaksankan zikir atau membaca bislimillah, al-hamdulillah ketika memulai dan setelah selesai kerja dan mengucapkan salam ketika berjumpa dengan sesama muslim. Kegiatan seperti ini merupakan perwujudan umat bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Puasa, Zakat da Haji adalah wujud ketakwaan yang penting 278 , dan sebagai perwujudan amal saleh, karena amalan-amalan ini tidak saja berimplikasi positif pada dirinya sendiri secara individual terhindar dari tindakan-tindakan buruk dan mungkar , tetapi berimplikasi pada kesalehan hidup dalam masyarakat, baik berkaitan dengan aspek pemerataan ekonomi Zakat, Haji , atau aspek ketaatan dan kesadaran untuk berbuat baik terhadap sesama umat manusia shalat dan Puasa .

4.2. Manifestasi Amalan Antara Sesama Masyarakat

Manifestasi ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk yang kedua ini, adalah wujudnya interaksi positif dalam kehidupan keluarga, kekerabatan dan kehidupan sosial yang lebih luas, seperti bantu membantu membuat rumah, tolong menolong dalam kebaikan, mendidik anak, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda, bersilaturrahmi kepada saudara dan kerabat dan sebaginya. 279 Semua itu 278 Team Perangkum Badan Litbang Agama, Ketaqwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dalam Berbagai Sistem Sosial Budaya Masyarakat Di Indonesia Jakarta: Departemen Agama RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Proyek Penelitian Keagamaan, 19891990 , h. 13 279 Ibid. h. 14 360 merupakan manifestasi amal saleh yang diharapkan dapat tercipta kesalehan kehidupan sosial dalam berbangsa dan bernegara.

4.3. Manifestasi Amal Saleh Antara Manusia Dengan Lingkungan

Manifestasi ketakwaan kepada Tuhan Allah Yang Maha Esa dalam bentuk ketiga ini adalah wujudnya interaksi antara masyarakat dengan lingkungan, seperti kerjasama dalam menjaga kebersihan, kerja bakti membuat sumur, bercocok tanam bertani , kerjasama membangun Mesjid, Musholla, gotong royong membuat rumah dan sebagainya. 280 Ini merupakan fakta adanya interaksi sosial yang tumbuh dan berkembang sebagai bukti amal saleh yang ada pada masyarakat Indonesia dan menjadi ciri khas sejak berabad-abad yang lalu berupa tolong menolong dalam kebaikan bersama, sikap kebersamaan dan solidaritas ini berimplikasi terciptanya kehidupan yang harmonis antara sesama warga sekaligus dengan lingkngannya. Namun demikian, ketakwaan yang ada pada masyarakat bertingkat-tingkat. Tingkat ketakwaan yang tinggi kuat dan ada pula tingkat ketakwaan yang rendah. Pada masyarakat yang kuat berpegang pada ajaran agama dapat dipastikan tingkat ketakwaannya tinggi. Dalam arti komitmen dan konsistensi beramal saleh lebih banyak dilakukan sehingga menjadi adat kebiasaan dan budaya yang baik. Sebaliknya pada masyarakat yang tingkat keberagamaanya lemah, maka dapat diprediksi tingkat ketakwaannyapun lemah. Oleh karenanya dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, para agamawan seperti Ustaz, Kiyai, Paderi dan sebagainya memiliki peran sangat penting dalam hal ini. Para Ustaz dan Kiyai selain bertugas melayani umat Islam dalam aktivitas keagamaan, juga bertindak sebagai konsultan tentang berbagai persoalan hidup, baik yang bersangkutan dengan hal-hal individu, keluarga, maupun yang berkaitan dengan kemasyarakatan 281 . Kiyai, seperti di Jawa Pantai Utara juga menikahkan, membagikan harta warisan, memberi pengobatan, memberi nama kepada anak yang baru lahir dan memimpin hampir semua kegiatan peribadatan dan upacara adat. Dengan demikian, para pemimpin agama dalam berbagai tingkatannya adalah paling efektif dalam upaya meningkatkan aktivitas keagamaan, karena pemimpin 280 Ibid. h. 14 281 Ibid. h. 15