Petani kopi biasa melakukan pembibitan sendiri tanaman kopi untuk penyulaman atau penyambungan batang yang berasal dari biji kopi yang dipanen. Petani kopi
yang memiliki ternak memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk kandang, sehingga petani tidak mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk kandang dan
bibit tanaman kopi. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata biaya diperhitungkan petani sertifikasi lebih rendah dari rata-rata biaya diperhitungkan petani
nonsertifikasi. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga TKDK petani nonsertifikasi lebih tinggi dari petani sertifikasi sehingga biaya diperhitungkan
petani nonsertifikasi lebih besar dari petani sertifikasi. Pendapatan lahan petani sertifikasi baik atas biaya tunai maupun biaya total lebih
baik dari petani nonsertifikasi. Pendapatan lahan atas biaya tunai maupun biaya total petani nonsertifikasi lebih kecil dari petani sertifikasi dikarenakan
penerimaan lahan petani nonsertifikasi yang lebih rendah dan biaya usahatani petani nonsertifikasi lebih tinggi dari petani sertifikasi. Nisbah penerimaan
dengan biaya RC untuk petani sertifikasi lebih besar dari petani nonsertifikasi. Hal ini berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan petani sertifikasi akan
memperoleh penerimaan lebih besar dari petani nonsertifikasi. Nisbah penerimaan dengan biaya dihitung untuk mengetahui apakah usahatani
menguntungkan atau tidak dan hasil penelitian membuktikan bahwa usahatani kopi secara organik dengan sistem tumpangsari dan naungan lebih
menguntungkan dari usahatani konvensional dengan sistem tumpangsari dan naungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani kopi organik lebih menguntungkan dari usahatani kopi konvensional. Usahatani kopi organik lebih
menguntungkan dikarenakan sistem pemeliharaan yang meminimalkan penggunaan input dari luar dan tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia.
Hal ini terbukti bahwa biaya input yang dikeluarkan petani sertifikasi lebih sedikit dibandingkan biaya input yang dikeluarkan petani nonsertifikasi. Cara budidaya
petani nonsertifikasi sangat bergantung pada pupuk dan pestisida kimia yang harganya cukup mahal sehingga biaya yang dikeluarkan petani lebih besar,
berbeda dengan petani sertifikasi yang menekankan cara budidaya ramah lingkungan dengan menggunakan pupuk kandang. Penggunaan pupuk kandang
selain menyuburkan tanah juga memiliki harga yang lebih murah sehingga dapat menguragi biaya produksi. Pada intinya usahatani kopi secara organik dapat
menurunkan biaya produksi terutama untuk penggunaan input seperti pupuk dan pestisida.
C. Manfaat Sertifikasi INOFICE Terhadap Keberlanjutan Usahatani Kopi
Organik
Manfaat dari adanya program sertifikasi INOFICE diukur dalam tiga aspek yaitu manfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Manfaat secara ekonomi diukur
dari adanya peningkatan produktivitas, efisiensi biaya, pendapatan, serta nilai tambah. Manfaat ekonomi juga diukur dengan penilaian praktik usahatani kopi
yang berkelanjutan secara ekonomi yang menggunakan empat indikator. Manfaat secara sosial dan lingkungan diukur melalui penilaian praktik usahatani secara
organik yang dapat diterima secara sosial dan ramah lingkungan. Penilaian
manfaat ekonomi,sosial dan lingkungan ini menggunakan indikator sistem pertanian organik sesuai standar SNI 6729 2013 sistem pertanian organik.
1. Manfaat Ekonomi
Penilaian manfaat ekonomi dari adanya program sertifikasi INOFICE dilakukan
untuk mengetahui apakah dengan adanya program sertifikasi INOFICE dapat meningkatkan keuntungan yang diterima petani. Penilaian manfaat ekonomi dari
adanya program sertifikasi dilakukan melalui analisis usahatani mengenai produktivitas kopi dan lahan, pendapatan kopi, pendapatan lahan, efisiensi biaya
kopi dan lahan serta nilai tambah pengolahan kopi organik menjadi kopi bubuk. Penilaian manfaat ekonomi dilakukan selama tiga tahun yaitu 2012, 2013 dan
2014. Indikator-indikator pengukuran manfaat ekonomi antara petani sertifikasi dan nonsertifikasi setiap tahunnya dibandingkan untuk diuji secara statistik apakah
terdapat perbedaan atau tidak.
a. Manfaat Ekonomi Sertifikasi INOFICE Pada Tahun 2012-2014
Sertifikasi organik INOFICE diterima petani sejak Tahun 2012. Pada tahun awal
diperolehnya sertifikasi sampai tahun 2014 dilakukan penilaian apakah sertifikasi INOFICE sudah memberikan manfaat ekonomi. Adapun hasil uji beda
produktivitas, harga, biaya usahatani, efisiensi biaya dan pendapatan petani kopi pada Tahun 2012-2014 tersaji dalam Tabel 28.
Berdasarkan Tabel 28 nilai t hitung untuk produktivitas kopi, produktivitas lahan,
biaya usahatani kopi dan pendap atan lahan lebih kecil dari t tabel α=0,05 dan
α=0,10, sehingga keputusan yang diambil yaitu terima Ho. Artinya produktivitas
kopi, produktivitas lahan, biaya usahatani, pendapatan kopi dan pendapatan lahan petani sertifikasi dan nonsertifikasi secara statistik tidak berbeda nyata. Namun
hasil uji beda harga kopi, efisiensi biaya kopi dan efisiensi biaya lahan petani sertifikasi signifikan lebih tinggi dari petani nonsertifikasi. Hal ini terlihat dari
nilai t hitung lebih besar dari t tabel sehingga keputusan yang diambil yaitu tolak Ho. Namun, harga kopi signifikan lebih tinggi hanya pada Tahun 2012,
sedangkan untuk efisiensi biaya kopi dan lahan petani sertifikasi signifikan lebih tinggi pada Tahun 2012 dan 2013.
Tabel 28. Hasil uji beda produktivitas, harga kopi, biaya usahatani, efisiensi biaya dan pendapatan usahatani kopi Tahun 2012-2014 di
Kecamatan Air Hitam Lampung Barat
Indikator Petani sertifikasi
Petani nonsertifikasi t hitung
2012 2013
2014 2012
2013 2014
2012 2013
2014 1.Produktivitas
kgha a.Produktivitas
kopi 1.226
978 605
1.172 944
631 0,339
0,200 0,856
b.Produktivitas lahan
1.468 1.185
793 1.392
1.134 812
1,287 1,139
0,075 2.Harga kopi
Rpkg 14.567
17.367 19.533
14.067 16.95
19.133 1,885
0,916 1,091
3.Biaya Usahatani Rpha
a.Biaya Usahatani kopi
9.069.334 8.883.470
7.851.154 10.078.386
9.943.439 9.117.816
0,625 0,697
0,931 b. Biaya usahatani
lahan 9.642.692
9.456.827 8.445.489
10.650.003 10.515.056
9.686.859 0,585
0,655 0,857
4.Efisiensi Biaya Rpkg
a. Efisiensi biaya kopi
8.14 10.063
16.386 10.62
13.123 20.231
1,904 1,730
0,973 b. Efisiensi biaya
lahan 6.517
7.894 11.474
7.758 9.367
12.041 1,369
1,376 0,149
5. Pendapatan kopi Rpha
a. atas biaya total 8.970.729
7.879.351 4.107.180
7.266.499 7.229.828
4.141.259 0,826
0,387 0,050
b. atas biaya tunai 13.692.099
12.600.721 8.739.511
12.236.994 12.200.323
9.090.962 0,663
0,289 0,045
6. Pendapatan lahan Rpha
a. atas biaya total 12.934.103
11.842.724 7.991.210
9.909.584 9.958.788
7.022.546 1,090
0,734 0,511
b. atas biaya tunai 18.046.186
16.954.808 13.018.854
15.270.921 15.320.125
12.380.171 0,934
0,621 0,382
Keterangan t tabel
α=0,05, df=58: 1,671553 t tabel
α=0,10, df= 58: 1,296319 signifikan pada taraf kepercayaan 95
signifikan pada taraf kepercayaan 90