Sertifikasi INOFICE GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2. Keputusan pemberian sertifikat Pemberian sertifikasi diputuskan melalui siding komisi sertifikasi oleh INOFICE. Dalam siding sertifikasi disampaikan laporan hasil inspeksi berupa ‘Risalah sida ng komisi sertifikasi’ yang berisi penetapan untuk memberikan atau tidak memberikan sertifikasi pada pelaku usaha organik. Sertifikat pangan organik dari INOFICE berlaku selama 3 tahun sejak tanggal diterbitkan dan tidak bisa dialihkan ke pelaku usaha organik lainnya. Pelaku usaha organik juga dapat menggunakan logo produk organik. 3. Survailen terjadwal Survailen terjadwal dilakukan oleh INOFICE pada pelaku usaha yang mendapat sertifikasi untuk memastikan dan menjamin bahwa pelaku usaha organik selalu menjaga kompetensinya sesuai dengan kriteria sertifikasi INOFICE. Survailen terjadwal dilakukan minimum 1 satu kali dalam setahun. 4. Survailen tidak terjadwal Survailen tidak terjadwal dilakukan oleh INOFICE jika terdapat pengaduan tertulis dari klien pelaku usaha organik atau konsumen yang meragukan kompetensi pelaku usaha organik, perubahan penting yang mempengaruhi sistem dan produksi pangan organik misal perubahan teknik budidaya atau perubahan kepemilikan, indikasi bahwa pelaku usaha organik tidak lagi memenuh kriteria sertifikasi INOFICE dan memenuhi persyaratan Komiten Akreditasi Nasional yaitu bila yang telah disertifikasi INOFICE lebih dari 20 pelaku usaha. Sertifikasi organik yang diterima Gapoktan Hulu Hilir meliputi 31,3 ha lahan yang dimiliki 30 petani. Sertifikasi ini diberikan sejak tanggal 5 Oktober 2012 dan berakhir pada tanggal 5 Oktober 2015. Sertifikasi ini difasilitasi pemerintah Kabupaten Lampung Barat sebagai bentuk pengembangan dan peningkatan kualitas dan daya saing kopi dari Kabupaten Lampung Barat. Petani yang sudah mendapat sertifikasi dari INOFICE wajib menjalankan usahatani kopi secara organik dan memelihara keberlanjutan lingkungan sekitar yang meliputi tata cara budidaya, penggunaan input, tindakan mencegah kontaminasi dan pengolahan pasca panen. Tata cara budidaya kopi dilakukan dengan menggunakan bahan- bahan alami dan cara-cara yang ramah lingkungan. Petani sertifikasi organik di Kecamatan Air Hitam menggunakan pupuk kandang sebagai pengganti pupuk kimia. Petani juga wajib membuat tanaman pembatas yang dapat berfungsi sebagai zona penyangga buffer zone untuk menghindari kontaminasi bahan kimia dari lahan lain yang menerapkan usahatani kopi konvensional. Petani sertifikasi juga wajib menanam tanaman naungan pada usahatani kopi, selain menaman tanaman naungan petani sertifikasi juga melakukan usahatani kopi dengan sistem tumpang sari. Jenis tanaman yang dominan ditumpang sarikan dengan kopi yaitu pisang, lada dan cabai. Penanaman tanaman naungan selain berfungsi sebagai penaung kopi dari cahaya matahari juga berfungsi sebagai penyangga ekosistem sekitar lahan. Petani sertifikasi melakukan pemanenan biji kopi dengan memilih biji kopi yang merah dan kekuningan. Penjemuran biji kopi dilakukan petani sertifikasi di lantai semen, terpal atau tanah. Pemasaran kopi yang telah disertifikasi selama ini masih sama dengan kopi yang tidak disertifikasi. Sejumlah 70 persen petani sertifikasi menjual kopi kepada tengkulak atau pedagang pengumpul, sedangkan sisanya sebesar 30 persen menjual kepada gapoktan untuk diolah menjadi kopi bubuk organik. Keterbatasan modal menyebabkan gapoktan tidak dapat menampung seluruh hasil panen kopi dari petani, sehingga petani harus menjual kopi organik ke tengkulak. Gapoktan Hulu Hilir hanya dapat menampung 34,25 persen atau setara dengan 10 ton biji kopi dari keseluruhan panen kopi petani sertifikasi, sementara rata-rata jumlah panen kopi seluruh petani sertifikasi yaitu sebesar 29,20 ton. Sisa panen yang tidak bisa diserap gapoktan dijual petani ke pedagang pengumpul atau tengkulak. Petani anorganik rata-rata menjual hasil panen kopi kepada tengkulak atau pedagang pengumpul. Harga kopi organik yang diterima petani sertifikasi jika menjual kopi kepada tengkulak sama dengan harga kopi biasa. Petani sertifikasi tidak mendapatkan perbedaan harga atas usahanya melakukan usaha tani kopi secara organik. Kopi organik yang dijual ke tengkulak juga tidak dibedakan atau dikumpulkan secara terpisah dari kopi anorganik melainkan dicampur dengan kopi anorganik. Kopi yang diperoleh tengkulak dari petani sertifikasi kemudian dijual ke pedagang besar atau eksportir dengan harga yang sama dengan kopi anorganik. Petani sertifikasi yang menjual kopi ke gapoktan menerima harga kopi yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp 2000,00 dari harga kopi yang berlaku di daerah tersebut. Kopi organik yang dijual ke gapoktan selanjutnya diolah menjadi kopi bubuk organik. Kopi bubuk yang dihasilkan kemudian dipasarkan melalui gerai atau outlet di Fajar Bulan dan dipasarkan langsung kepada masyarakat disekitar. Pemasaran di outlet dilakukan agar konsumen dari luar kabupaten dapat membeli sebagai oleh-oleh khas Lampung Barat. Pemasaran kopi bubuk organik ini juga dilakukan dengan mengikuti pameran stan yang diadakan di berbagai acara. Hal ini dilakukan untuk lebih mengenalkan kopi bubuk organik.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini terbagi dua yaitu petani kopi sertifikasi organik INOFICE dan petani nonsertifikasi. Kedua kelompok responden ini memiliki karekteristik yang berbeda yang mempengaruhi keberlangsungan usahatani kopi yang dilakukan oleh petani.

1. Umur

Tabel 10. Sebaran petani kopi menurut umur di Kecamatan Air Hitam Lampung Barat 2015 Umur tahun Petani Sertifikasi Persentase Petani Nonsertifikasi Persentase 25-35 7 23,33 9 30,00 36-45 8 26,67 10 33,33 46-55 11 36,67 9 30,00 56-65 4 13,33 2 6,67 Jumlah 30 100 30 100 Sebaran umur responden yaitu berkisar antara umur 46-55 tahun, untuk petani sertifikasi umur rata-rata responden yaitu 50 tahun sedangkan petani non sertifikasi juga mempunyai rata-rata umur yang relatif sama yaitu 45 tahun. Kedua kelompok responden berada pada kategori usia produktif, dimana petani berada dalam keadaan fisik yang cukup kuat dalam bekerja serta mempunyai potensi tenaga kerja yang memadai. Umur petani akan mempengaruhi usahatani kopi yang dilakukan karena berkaitan dengan kemampuan kerja petani. Usia petani yang berada pada usia produktif akan membuat petani bekerja lebih optimal dan memiliki tenaga yang lebih baik.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang ditempuh petani mempengaruhi pengetahuan dan pola pikir petani. Tingkat pendidikan yang ditempuh juga berhubungan dengan kemampuan petani dalam menerima teknologi dan adopsi inovasi dalam usahatani kopi serta mencari informasi mengenai perkembangan harga dan peluang dalam usahatani kopi. Responden penelitian mempunyai tingkat pendidikan yang beragam dari tingkat SD sampai jenjang diploma atau sarjana. Sebaran petani kopi menurut tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran petani kopi menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Air Hitam Lampung Barat 2015 Pendidikan Petani Sertifikasi Persentase Petani Nonsertifikasi Persentase Tamat SD 12 40,00 13 43,33 Tamat SMP 5 16,67 6 20,00 Tamat SMA 11 36,67 9 30,00 Tamat Perguruan Tinggi 2 6,67 2 6,67 Jumlah 30 100 30 100 Secara keseluruhan tingkat pendidikan petani sertifikasi lebih baik dibandingkan petani non sertifikasi. Hal ini tercermin dari banyaknya petani yang sudah menamatkan pendidikan sampai jenjang SMA, untuk petani sertifikasi sebesar 36,67 persen sedangkan petani nonsertifikasi sebesar 30 persen. Responden yang sudah menamatkan pendidikan dasar SD yaitu sebesar 40 persen untuk petani sertifikasi sedangkan petani nonsertifikasi sedikit lebih tinggi yaitu 43,33 persen.

3. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman dalam berusahatani akan menunjukkan perbedaan cara petani mengelola dan memelihara usahatani kopi. Semakin lama pengalaman yang dimiliki dalam berusahatani kopi maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki petani mengenai tata cara budidaya kopi yang baik. Petani sertifikasi rata-rata memiliki pengalaman berusahatani selama 30 tahun, sedangkan petani nonsertifkasi mempunyai pengalaman berusahatani selama 20 tahun. Sebaran petani kopi menurut pengalaman berusahatani tersaji pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran petani kopi menurut pengalaman berusatani di Kecamatan Air Hitam Lampung Barat 2015 Pengalaman Berusahatani tahun Petani Sertifikasi Persentase Petani Nonsertifikasi Persentase 0-10 8 26,67 8 26,67 11-20 7 23,33 16 53,33 21-30 12 40,00 4 13,33 31-40 3 10,00 2 6,67 Jumlah 30 100 30 100

4. Pekerjaan Sampingan

Usahatani kopi merupakan sumber utama mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Air Hitam. Namun selain berusahatani kopi petani juga memiliki usaha lain yang dikerjakan sebagai usaha sampingan. Pekerjaan sampingan dilakukan untuk menambah pendapatan rumah tangga karena usahatani kopi yang bersifat tahunan. Sebaran petani kopi menurut pekerjaan sampingan disajikan dalam Tabel 13.