menjaga keanekaragaman hayati, menghindari penggunaan bahan-bahan kimia, menjaga kebersihan dan kesehatan air. Hal ini menandakan pertanian organik
mampu meningkatkan daya dukung dan kualitas lingkungan. Melalui Pertanian organik keseimbangan dan keberlanjutan ekologi dapat terjadi secara alami.
3 Aspek Sosial
Cara budidaya petani sangat berhubungan dengan kehidupan sosial petani. Aspek keberlanjutan secara sosial dalam pertanian organik merupakan pengembangan
pertanian organik yang memperhatikan budaya lokal dan kehidupan sosial petani berupa kebebasan berkumpul, kesetaraan gender serta memperhatikan hak-hak
tenaga kerja. Pertanian organik mengedepankan nilai-nilai sosial dan kelembagaan dalam menjaga hubungan sosial dan keharmonisan antar petani di
desa. Aspek sosial dapat dikatakatakan berkelanjutan bila mampu mempertahankan nilai-nilai sosial, budaya dan kehidupan sosial petani dalam
pengembangan pertanian organik. 3.
Sertifikasi Organik
Sertifikasi kopi berkembang karena adanya tuntutan konsumen kopi dunia akan produk kopi khusus specialty coffee seperti kopi organik atau kopi lestari.
Berkembangnya permintaan akan kopi spesialti dikarenakan adanya perubahan pola hidup konsumen kopi yang lebih memperhatikan keamanan, kesehatan dan
isu lingkungan dalam budidaya kopi. Sertifikasi organik merupakan bentuk penjaminan suatu produk bahwa produk tersebut dibudidayakan dan diolah
mengacu pada standar organik yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi. Sertifikasi organik menekankan pada tiga elemen pokok yaitu lingkungan,
produktivitas dan standar proses. Keorganikan suatu produk sangat ditentukan oleh bagaimana produk tersebut diproses atau dihasilkan.
Pelaksanaan cara budidaya kopi harus mengacu pada standar yang digunakan lembaga sertifikasi. Proses budidaya kopi yang mengacu pada standar sertifikasi
organik mengajarkan petani berbudidaya kopi secara organik dengan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Praktik usahatani kopi secara
organik diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani berupa peningkatan kualitas kopi dan produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan
yang diterima petani kopi. Selain memberikan manfaat dari segi ekonomi sertifikasi organik juga akan berdampak pada lingkungan dan kehidupan sosial
petani. Proses budidaya organik yang ramah lingkungan dapat menjaga kesehatan lingkungan dalam jangka panjang serta menjaga keseimbangan ekologi. Manfaat
dari dimensi sosial yang dapat diperoleh petani salah satunya adalah petani memiliki suatu wadah untuk berkumpul dan saling berbagi pengalaman dan
informasi melalui kelompok tani, karena untuk memperoleh sertifikasi petani harus membentuk kelompok tani untuk mempermudah proses sertifikasi.
INOFICE Indonesian organic farm certification merupakan salah satu lembaga
sertifikasi organik di Indonesia yang berada dalam naungan yayasan Peduli Organik Madani. Standar sertifikasi yang digunakan INOFICE mengacu pada
SNI 6729-2013 tentang sistem pertanian organik. SNI Sistem Pangan Organik SNI 6729-2013 ini merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan
persyaratan sistem produksi pangan organik yang meliputi persiapan lahan pertanian, penanganan, penyimpanan, pengangkutan, pelabelan, pemasaran,
sarana produksi, bahan tambahan pangan yang diperbolehkan serta keadilan sosial dalam pertanian organik. SNI 6729-2013 juga memuat prinsip-prinsip produksi
pertanian organik yang meliputi proses budidaya, pengaturan input produksi, penanganan pasca panenpengolahan produk sampai penyimpanan dan
pengangkutan. Petani kopi yang mendapat sertifikasi organik dari INOFICE harus memenuhi standar sistem produksi organik menurut SNI 6729 2013. Proses
budidaya kopi harus mengacu pada prinsip-prinsip pertanian organik dalam SNI.
4. Standar Organik Menurut INOFICE
Standar organik yang digunakan INOFICE mengacu pada SNI 6729 2013 tentang
sistem pertanian organik. SNI 6729 2013 tentang sistem pertanian organik merupakan standar yang berisi persyaratan dalam sistem produksi pertanian
organik di Indonesia. Persyaratan dalam pelaksanaan sistem pertanian organik meliputi penyiapan lahan pertanian, penanganan, penyimpanan, pengangkutan,
pelabelan, sarana produksi dan bahan tambahan input serta bahan tambahan pangan yang diperbolehkan. Selain itu SNI ini memuat ketentuan mengenai
sistem inspeksi dan sertifikasi oleh lembaga sertifikasi. Sistem produksi pertanian organik didasarkan pada standar produksi yang ketat
dengan tujuan menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari berkelanjutan baik secara sosial, lingkungan serta ekonomi dan etika. Persyaratan untuk produk
yang diproduksi secara organik berbeda dengan pertanian lain, prosedur produksi merupakan bagian yang paling penting dan tidak terpisahkan dari identifikasi,
pelabelan dan pengakuan dari produk organik tersebut. Sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan
mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Praktik-praktik pertanian organik
mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya lahan yang disesuaikan dengan kondisi setempat serta pengelolaan budidaya dengan metode
biologi, mekanik dan penggunaan budaya setempat dalam pelaksanaanya Badan Standarisasi Nasional, 2013.
Tata cara produksi, penggunaan input, pengolahan, penyimpanan dan pelabelan
produk organik harus dilakukan sesuai prinsip-prinsip pertanian organik yang terdapat dalam SNI 6729 2013. Adapun prinsip-prinsip pertanian organik
menurut SNI adalah sebagai berikut : a
Tata cara Produksi Tanaman dan Produk Tanaman Produk organik sangat ditentukan berdasarkan standar proses atau bagaimana
produk tersebut dihasilkan. Tata cara produksi tanaman organik untuk tanaman tahunan harus melalui masa konversi selama 3 tiga tahun. Penyiapan lahan
dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan dan tanpa pembakaran. Dalam standar produksi SNI kesuburan tanah harus dipelihara dan ditingkatkan dengan
penggunaan bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuhanhewan. Sistem pengendalian hama, penyakit dan gulma dengan cara mekanisfisik dan biologi
misalnya dengan pembabatan dan penggunaan herbisida alami yang berasal dari tumbuhan.
b Penggunaan dan Pembuatan Input Produksi Pertanian Organik
Input dalam produksi pertanian organik berupa benih, pupuk, pestisida, bahan pembenah tanah dan bahan tambahan pangan yang dibutuhkan dalam produksi
pertanian organik. Benih atau bibit yang digunakan dalam pertanian organik adalah benihbibit yang dibudidayakan dengan prinsip-prinsip pertanian organik.
Persyaratan untuk input produksi dalam pertanian organik adalah input yang berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba atau mineral yang diproses secara
fisikmekanis dan enzimatis atau biologi. Penggunaan input produksi tidak boleh merusak keseimbangan ekosistem tanah, mutu air dan udara.
c Penanganan, Pengangkutan, Penyimpanan, Pengolahan dan Pengemasan.
Integritas produk organik harus tetap dijaga selama tahapan dipanen sampai pengemasan. Penanganan produk organik harus dilakukan bersih dan terpisah
dari produk anorganik untuk mencegah kontaminasi. Dalam penyimpanan dan pengangkutan produk organik tidak boleh tercampur dengan produk anorganik
atau bahan yang tidak diizinkan dalam sistem produksi. Pengolahan produk organik dilakukan secara mekanik, fisik atau biologis, pengolahan secara kimia
tidak diperbolehkan. Dalam proses pengolahan penggunaan bahan tambahan pangan BTP dan bahan penolong digunakan seminimum mungkin. Sistem
pengendalian hama, penyakit dan gulma selama proses pengangkutan dan penyimpanan dilakukan dengan tindakan pencegahan atau tindakan secara
mekanis, fisik dan biologi. Proses pengemasan produk organik menggunakan bahan daur ulang atau bahan yang dapat didaur ulang.
d Produk organik dihasilkan dari sistem produksi pertanian yang menggunakan
media tanah soil-based system.Produk pertanian yang dapat dikatakan organik adalah produk yang dihasilkan pada budidaya media tanah.