Tabel 14. Sebaran petani kopi menurut luas lahan usahatani di Kecamatan Air Hitam Lampung Barat 2015
Luas lahan ha Petani
Sertifikasi Persentase
Petani Non sertifikasi
Persentase 0,25-0,75
8 26,67
10 33,33
0,76-1,25 16
53,33 14
46,67 1,26-2,00
5 16,67
5 16,67
2,10-3,00 1
3,33 1
3,33 Jumlah
30 100
30 100
Berdasarkan hasil penelitian rentang luas lahan yang dimiliki petani sertifikasi dan
nonsertifikasi tidak berbeda. Hal ini dikarenakan luas lahan merupakan salah satu pertimbangan dalam memilih responden. Luas lahan dijadikan pertimbangan
dalam pemilihan responden agar responden yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kesamaan atau kesetaraan apple to apple. Rentang luas lahan yang
digunakan yaitu berkisar 0,25-3,00 hektar. Luas lahan rata-rata yang dimiliki petani sertifikasi yaitu seluas 1,04 hektar untuk petani sertifikasi dan 1,01 hektar
untuk petani nonsertifikasi.
6. Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan merupakan status dari lahan yang digunakan untuk
usahatani kopi. Kepemilikan lahan dalam berusahatani kopi biasanya dilakukan dengan sewa, sakap dan hak milik. Status kepemilikan lahan akan mempengaruhi
pedapatan petani. Petani yang memiliki lahan hak milik tidak mengeluarkan biaya sewa lahan, berbeda dengan petani yang berusahatani kopi dengan sewa lahan dan
sakap. Kepemilikan lahan juga merupakan salah satu bentuk investasi, petani yang berusahatani pada lahan yang hak milik mempunyai nilai investasi tiap
tahunnya dari nilai lahan tersebut. Sebaran petani kopi menurut kepemilikan lahan di Kecamatan Air Hitam disajikan dalam Tabel 15.
Tabel 15. Sebaran petani kopi menurut status kepemilikan lahan di Kecamatan Air Hitam Lampung Barat 2015
Kepemilikan lahan
Petani Sertifikasi Persentase
Petani Non sertifikasi
Persentase Hak milik
28 93,33
24 80,00
Sewa 0,00
1 3,33
Sakap 2
6,67 5
16,67 Jumlah
30 100
30 100
Tabel 15 menunjukkan bahwa 93,33 persen petani sertifikasi melakukan usahatani kopi pada lahan hak milik, sedangkan petani nonsertifikasi yang melakukan
usahatani kopi pada lahan hak milik adalah sebesar 80 persen. Sistem sakap yang dilakukan oleh petani adalah bagi hasil baik penerimaan maupun biaya usahatani
sebesar 50 : 50, dengan kata lain pembagian hasil keuntungan bersih yang diperoleh dari usahatani kopi. Sistem sewa yang dilakukan petani adalah dengan
sistem sewa gadai, biaya sewa yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp 11.000.000. Lama waktu sewa tidak ditentukan, selama pemilik lahan belum
mengembalikan biaya gadai tersebut maka penyewa dapat menggunakan dan memelihara lahan.
7. Umur Tanaman Kopi
Produksi tanaman kopi bergantung pada umur tanaman kopi. Menurut Puslitkoka
2014 umur produktif tanaman kopi adalah 5-20 tahun bahkan bila dipelihara dengan baik dapat mencapai 30 tahun. Tanaman kopi yang melebihi umur
produktif maka produktivitas kopi perlahan lahan akan menurun, sehingga perlu