Pendapatan Usahatani Efisiensi Biaya

7. Nilai Tambah Value Added

Salah satu upaya petani dalam meningkatkan penerimaannya adalah mengolah produk pertanian yang dihasilkan. Pengolahan produk pertanian ini akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi petani karena adanya nilai tambah dari produk yang diolah. Selama proses penyaluran barang dari produsen ke konsumen, produk pertanian sering mendapat perlakuan seperti pengemasan, pengolahan, pengawetan dan pemindahan tempat untuk memberikan nilai tambah. Perlakuan-perlakuan untuk meningkatkan nilai tambah tersebut bertujuan untuk meningkatkan manfaat dan keuntungan dari suatu produk. Menurut Hayami dalam Maharani 2013 nilai tambah value added merupakan penambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk form utility , pemindahan tempat place utility , maupun penyimpanan time utility . Penentuan nilai tambah menurut metode Hayami dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran. Metode nilai tambah Hayami merupakan metode yang memperkirakan besarnya perubahan nilai bahan setelah mendapat perlakuan. Analisis nilai tambah bertujuan untuk mengukur besarnya balas jasa fakor produksi dalam proses pengolahan. Analisis nilai tambah ditentukan oleh tiga faktor pendukung yaitu faktor konversi, koefisien tenaga kerja dan nilai output. Faktor konversi merupakan banyaknya output yang dapat dihasilkan dari satu satuan input. Faktor koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai output merupakan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input.

8. Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu berguna sebagai sumber referensi dan informasi dalam penelitian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu dapat menjadi acuan dan informasi mengenai metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian. Informasi penting yang peroleh dari penelitian terdahulu dapat dijadikan pembanding apakah penelitian yang akan dilakukan memberikan hasil yang sejalan atau sesuai dengan hasil peneltitian terdahulu. Penelitian Saragih 2013 mengenai dimensi sosial ekonomi dan lingkungan dalam produksi kopi arabika di Sumatera Utara menunjukkan bahwa produktivitas kopi arabika sertifikasi 8 lebih rendah dibandingkan kopi konvensional. Selain itu harga kopi bersertifikasi yang diterima petani sedikit lebih tinggi 3,57 dari harga kopi konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor ekologi memiliki peranan penting dalam pengembangan usahatani kopi arabika di daerah Simalungun, variabel ekologi pemangkasan kopi, pengendalian HPT dan konservasi lahan memberikan pengaruh positif dan dampak yang signifikan terhadap produksi kopi arabika di daerah tersebut. Sutisari, Hermawan dan Riyanto 2013 dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui kerja sama antar sektor dalam program pertanian padi organik, mendapatkan hasil bahwa hasil kerja sama antar sektor dalam program pertanian padi organik berhasil memberikan pengaruh bagi kelestarian lahan pertanian, peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat petani yang terlihat dari pemenuhan indikator-indikator pilar lingkungan, pilar ekonomi, dan pilar sosial, sehingga dikatakan telah berhasil dalam mendukung terwujudnya pembangunan berkelanjutan sustainable development. Hal tersebut tercermin dengan adanya manfaat yang dirasakan petani berupa peningkatan perekonomian dan kesempatan kerja bagi keluarga petani. Hasil penelitian Barham dan Weber 2012 yang bertujuan menganalisis keberlanjutan ekonomi sertifikasi kopi di Meksiko dan Peru menunjukkan bahwa pendapatan usahatani kopi petani sertifikasi organik di Mexico Oaxaca dan Chiapas US 480.8 lebih rendah dibandingkan pendapatan petani sertifikasi RA US 601 di Peru Junin. Penelitian ini menunjukkan bahwa produksi kopi, luas lahan, usia tanaman, pendidikan petani memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan petani kopi sertifikasi RA di Peru. Menurut Chairawaty 2012 yang meneliti tentang dampak sertifikasi Fair Trade terhadap perlindungan lingkungan, sertifikasi Fair Trade memberikan dampak ekonomi berupa berkurangnya biaya pembelian input kimia dan penambahan penghasilan dari tanaman sampingan. Dampak dari berkurangnya biaya pembelian input kimia sangat tinggi, hal ini terlihat dari sekitar 90 petani KPG sudah tidak menggunakan herbisida lagi. Selain itu petani memperoleh bantuan berupa mesin babat yang berasal dari alokasi premium fee untuk menggantikan peran herbisida. Tanaman sampingan pada lahan kopi dapat memberikan penghasilan tambahan di luar penghasilan dari tanaman kopi sehingga dapat membantu perekonomian petani saat mereka berada di luar musim panen kopi.