dilakukan gapoktan untuk meningkatkan modal adalah dengan menjalin kemitraan dengan lembaga pemasaran kopi seperti eksportir agar dapat menyerap seluruh
hasil produksi kopi petani sertifikasi. Peningkatan modal usaha bagi gapoktan juga dapat melalui kemitraan dengan lembaga perbankan. Adanya kemitraan
dengan lembaga perbankan diharapkan dapat membantu memberikan akses kredit bagi gapoktan dan kepada pemerintah daerah diharapkan dapat membantu
permasalahan modal bagi gapoktan untuk meningkatkan kapasitas gapoktan sebagai lembaga pemasaran dan agroindustri pengolahan.
c. Nilai Tambah value added
Kopi organik yang dihasilkan petani sertifikasi dijual kepada gapoktan dan
pedagang pengumpul. 30 persen petani sertifikasi menjual kopi ke gapoktan dan sisanya 70 persen dijual kepada tengkulak. Kopi organik yang dijual ke gapoktan
selanjutnya akan diolah menjadi kopi bubuk organik. Gapoktan hanya dapat mengolah 34,25 persen atau 10 ton biji kopi dari jumlah produksi petani
sertifikasi yang mencapai 29,20 ton. Pengolahan biji kopi organik menjadi kopi organik ini ditujukan untuk meningkatkan harga jual kopi organik. Adanya
pengolahan berupa perubahan bentuk dari biji kopi beras menjadi kopi bubuk akan memberikan nilai tambah yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan bagi
petani. Keadaan ini berbeda dengan petani nonsertifikasi, kopi yang dihasilkan petani nonsertifikasi dijual kepada pedagang pengumpul dan tidak dilakukan
pengolahan menjadi kopi bubuk seperti kopi organik. Pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk dikelola oleh Gapoktan Hulu Hilir yang
sudah berdiri sejak tahun 2005 namun untuk pengolahan kopi bubuk organik baru
dimulai pada tahun 2010. Kopi bubuk organik ini dipasarkan dengan nama ‘Kopi
Hitam Organik Liwa’. Proses produksi kopi bubuk organik ini dilakukan setiap dua minggu sekali atau tiap bulan dilakukan dua kali proses produksi.
Adanya pengolahan kopi organik menjadi kopi bubuk ini memberikan manfaat
berupa perekrutan masyarakat sekitar sebagai pekerja. Tenaga kerja pengolahan kopi bubuk organik berjumlah tiga orang. Tenaga kerja yang bertugas
menggoreng dan menggiling adalah satu orang, kemudian tenaga kerja yang bertugas sebagai pengemas berjumlah dua orang. Dalam satu kali pengolahan
dibutuhkan 4,5 HOK. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja adalah Rp 50.000HOK, dimana 1 HOK sama dengan delapan jam kerja. Penggunaan tenaga
kerja pada proses pengolahan kopi bubuk organik tersaji pada Tabel 30. Tabel 30. Penggunaan tenaga kerja dalam pengolahan kopi bubuk organik
per bulan
Kegiatan Tenaga kerja
Upah RpHOK
Biaya TK JO
LJK JH
HOK Menggoreng
1 2
2 0,5
50.000 25.000
Menggiling 1
2 2
0,5 50.000
25.000 Packing
2 8
4 8
50.000 400.000
Jumlah 4
12 8
9 150.000
450.000
Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam untuk pengolahan kopi per bulan yaitu Rp 450.000, biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan ini merupakan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja dari kegiatan produksi kopi bubuk organik. Bila diakumulasikan selama setahun, tenaga kerja
menerima pendapatan sebesar Rp 5.400.000. Hal ini berarti masyarakat sekitar yang menjadi pekerja telah menerima manfaat secara tidak langsung dari adanya
program sertifkasi organik INOFICE. Program sertifikasi ini memberikan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja pada proses produksi kopi bubuk organik. Hal ini sangat membantu masyarakat dalam
menambah penghasilan dan mengurangi pengangguran di wilayah tersebut. Pengolahan kopi bubuk organik ini dilakukan secara murni tanpa tambahan atau
campuran bahan lain. Selain biji kopi, input lain yang mendukung pengolahan yaitu aluminium foil dan label untuk pengemasan serta solar sebagai bahan bakar.
Penggunaan bahan baku penunjang pada produksi kopi bubuk organik tersaji pada Tabel 31.
Tabel 31. Penggunaan bahan baku penunjang produksi kopi bubuk organik per bulan
Bahan baku Jumlah
Satuan Harga Rpsatuan
Biaya Rp Aluminium foil
6 Kg
55.000 330.000
Label 3.200
Buah 450
1.440.000 Solar
16 Liter
7.000 112.000
Jumlah 1.882.000
Input lain yang tak kalah penting dalam produksi kopi bubuk organik yaitu peralatan yang berupa mesin penyangrai, mesin penggiling, silker, dan blower.
Bahan baku pendukung dan peralatan dalam perhitungan nilai tambah digolongkan dalam dalam sumbangan input lain. Peralatan yang digunakan ini
memiliki umur ekonomis atau jangka waktu pemakaian dan memiliki nilai penyusutan tiap tahun. Besarnya nilai penyusutan mesin per bulan tersaji pada
Tabel 32.